Cakupan Sub-PIN Polio putaran pertama 98,3 persen. Namun, masih ada 13 wilayah yang belum mencapai target minimal.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Target cakupan pelaksanaan Sub-Pekan Imunisasi Nasional Polio putaran pertama di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, telah tercapai. Namun, cakupan tersebut tidak merata di seluruh wilayah. Setidaknya masih ada 13 wilayah dengan cakupan imunisasi di bawah target yang ditetapkan.
Pemerintah sebelumnya telah menargetkan cakupan Sub-Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio minimal bisa mencapai 95 persen. Jumlah itu perlu dicapai agar kekebalan komunitas (herd immunity) dari pemberian imunisasi bisa terbentuk. Namun, berdasarkan data Kementerian Kesehatan, setidaknya ada 13 wilayah yang belum mencapai target yang diharapkan. Wilayah itu, antara lain, adalah Temanggung (86,3 persen), Kota Pekalongan (87,3 persen), Jepara (87,7 persen), Sampang (88,2 persen), dan Pamekasan (89,2 persen).
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine di Jakarta, Selasa (23/1/2024), menuturkan, cakupan capaian Sub-PIN Polio pada putaran pertama secara keseluruhan telah mencapai 98,3 persen. Adapun cakupan di Jawa Timur sebesar 97,1 persen, Jawa Tengah sebesar 99,8 persen, dan Kabupaten Sleman, DIY, sebesar 99,4 persen.
”Putaran pertama (Sub-PIN Polio) ini dilaksanakan dalam satu pekan. Kemudian, akan dilanjutkan satu minggu lagi untuk sweeping. Jadi, semua kabupaten/kota melakukan sweeping sekaligus mengejar anak-anak atau sasaran yang belum mendapatkan imunisasi,” ujarnya.
Sub-PIN Polio saat ini dilaksanakan sebagai respons adanya Kejadian Luar Biasa Polio di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pelaksanaan Sub-PIN Polio diperluas di Kabupaten Sleman, DIY, karena wilayah tersebut berbatasan langsung dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga juga berisiko terhadap penularan polio.
Putaran pertama (Sub-PIN Polio) ini dilaksanakan dalam satu pekan. Kemudian, itu akan dilanjutkan satu minggu lagi untuk ’sweeping’.
Prima mengatakan, waktu satu pekan untuk sweeping diharapkan dapat dimanfaatkan untuk menjangkau sasaran yang belum diimunisasi. Imunisasi dalam Sub-PIN Polio menyasar seluruh anak usia 0-7 tahun, termasuk pendatang, tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.
Menurut dia, sejumlah tantangan masih dihadapi dalam pelaksanaan Sub-PIN Polio. Pada daerah yang belum mencapai target, tantangan yang dihadapi, antara lain, ialah pelaksanaan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat yang belum optimal terkait dengan pentingnya Sub-PIN Polio. Selain itu, peran serta lintas sektor, terutama pemuka agama dan masyarakat, masih belum optimal.
Perlindungan
Secara terpisah, Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Hartono Gunardi menuturkan, peran tokoh masyarakat, terutama tokoh adat dan tokoh agama, sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan imunisasi di masyarakat. Selama ini masih ada masyarakat yang ragu akan pemberian imunisasi.
Padahal, vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional sudah terbukti aman dan bermanfaat bagi masyarakat, terutama anak-anak, agar terlindungi dari risiko penularan penyakit berbahaya. Imunisasi, termasuk imunisasi polio, sangat diperlukan untuk melindungi anak-anak dari penularan polio yang berisiko menyebabkan kelumpuhan permanen.
”Imunisasi ini tujuannya bukan untuk keberhasilan program, melainkan tujuan utamanya adalah untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang berbahaya,” katanya.
Hartono menuturkan, kekebalan komunitas yang ditimbulkan dari imunisasi dapat melindungi anak-anak di suatu wilayah dari penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Namun, perlindungan tersebut harus tetap diiringi dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. Pencegahan penularan polio dapat dilakukan dengan imunisasi serta menjaga kebersihan, seperti tidak buang air besar secara sembarangan, mengonsumsi air minum yang bersih dan layak, serta sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
”Selain mencapai kekebalan komunitas, pola hidup yang bersih dan sehat juga tidak kalah penting untuk mencegah penularan penyakit, termasuk polio. Pastikan pula cakupan imunisasi bisa merata sebab jika masih ada wilayah yang cakupannya rendah itu bisa menjadi sumber penularan penyakit,” ujar Hartono.