Perguruan Tinggi Punya PR Memanfaatkan Bonus Demografi
Perguruan tinggi dinilai strategis untuk mendukung Indonesia maju dan memanfaatkan bonus demografi.
Perguruan tinggi berperan penting dan sangat strategis bagi kemajuan negara. Peran strategis ini setidaknya dibutuhkan dalam dua hal, yakni menghasilkan sumber daya manusia unggul, kreatif, inovatif, fleksibel, adaptif, dan agile atau lincah, serta inovasi yang sejalan dengan kebutuhan hilirisasi untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan bangsa.
Investasi pada pendidikan tinggi diyakini berdampak yang cepat karena lulusannya langsung diserap dunia kerja. Demikian pula riset dan inovasi yang selaras dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dapat dipakai untuk meningkatkan produktivitas. Apabila berjalan baik, hal ini akan menggerakkan pertumbuhan ekonomi yang dapat menambah pendapatan negara dan kesejahteraan masyarakat.
Presiden Joko Widodo di acara Konvensi XXIX dan Temu Tahunan Ke-25 Forum Rektor Indonesia (FRI) di Surabaya, Jawa Timur, Senin (15/1/2024), menekankan peran perguruan tinggi (PT) yang strategis. PT memiliki tugas untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM), ilmu pengetahuan dan teknologi, serta inovasi berkualitas. Menurut Presiden, Indonesia akan menjadi negara maju. Kesempatan itu didapat Indonesia dengan hadirnya bonus demografi.
Baca juga: Perguruan Tinggi Optimalkan SDM untuk Manfaatkan Bonus Demografi
”Dalam 5-10 tahun yang akan datang, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. SDM unggul akan menjadi kunci dan harus dipersiapkan secara konkret. Sumber daya alam kita melimpah, tapi tidak cukup untuk menjadi negara maju. Kita sering lupa, misal batubara langsung dijual, nikel langsung diekspor tanpa nilai tambah,” ujar Joko Widodo.
Jokowi mencontohkan Vietnam yang terus bergerak maju. Di negara ini, ada satu perusahan swasta memiliki riset dan pengembangan yang didukung 2.400 peneliti. Bahkan, pemerintah setempat mengembangkan strategi PT yang bersinergi dengan industri. Adapun di China, ada satu perusahaan punya 24.000 periset.
Vietnam baru mulai pembangunan tahun 1975 seusai perang atau 30 tahun lama dari Indonesia. Namun, pendapatan per kapita sudah mencapai 4.300 dollar AS, sedangkan Indonesia 5.100 dollar AS.
”Hati-hati income per kapita hampir melampaui Indonesia. Kalau Indonesia hanya monoton atau santai-santai saja bisa didahulu Vietnam. Ini yang tidak kita mau,” ujar Joko Widodo.
Jokowi mengingatkan jangan sampai Indonesia kehilangan momen bonus demografi agar tidak terjebak menjadi negara berpendapatan menengah atau middle income trap. Sebagai contoh negara-negara di Amerika Latin di kurun 1950-1960 sudah menjadi negara berkembang. Karena tidak mampu memanfaatkan peluang, kini tetap menjadi negara berkembang, bahkan ada yang turun menjadi negara miskin.
Pekerjaan rumah
Oleh karena itu, PT didorong untuk menghasilkan SDM unggul dan inovasi. Namun, disadari pengembangan pendidikan tinggi masih memiliki banyak pekerjaan rumah. Belum ada PT di Indonesia yang masuk top 100 dunia, apalagi top 50 dunia. Memang sudah ada yang masuk di top 200, tetapi masih sedikit PT Indonesia yang masuk dalam daftar perankingan dunia,
Termasuk juga perbandingan jumlah populasi produktif dengan jumlah penduduk berpendidikan S-1 dan S-2. Di Indonesia baru mencapai 0,45 persen, sedangkan negara tetangga, seperti Vietnam dan Malaysia bisa mencapai 2,43 persen. Negara maju sudah mencapai sekitar 9,8 persen.
Talenta ini menjadi daya tarik masuk investasi dan fondasi untuk ekonomi maju.
Presiden berjanji untuk secara serius mendukung pengembangan PT di Indonesia, termasuk dari segi anggaran pendidikan guna mengoptimalkan bonus demografi untuk Indonesia maju.
Sebab, peluang sebuah negara untuk menjadi maju hanya sekali saat diberikan bonus demografi. Karena itu, peluang-peluang untuk mengembangkan ekonomi hijau, ekonomi biru, pertanian cerdas, perikanan cerdas, bioengineering, teknologi baterai, computing, dan analisis data harus segera disiapkan.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nizam mengatakan, masih banyak pekerjaan rumah dalam pengembangan PT di Indonesia. Meski demikian, ia menyebutkan sudah banyak hasil yang sudah diraih dan diakselerasi.
”Peran PT yang besar dan nyata di hadapan kita, bisa kita wujudkan dengan menyiapkan SDM tangguh serta riset dan inovasi yang menyasar dan menjawab kebutuhan nyata DUDI, membangun kedaulatan pangan, teknologi, informasi, obat-obatan, kesehatan, dan berbagai sektor lain. Kita bisa, asal mau serius dan fokus dengan yang dilakukan,” ujar Nizam.
Ada kemajuan
Meskipun dalam inovasi diakui Indonesia masih tertatih untuk masuk menjadi negara maju, ujar Nizam, tetapi ada kemajuan luar biasa. Dengan kolaborasi matching fund atau (dana padu padan) dan program hilirisasi, kolaborasi kampus dan DUDi makin erat dan kuat.
Hasil riset tidak lagi hanya untuk publikasi, tetapi juga diarahkan untuk dimanfaatkan industri dengan mengacu pada lisensi dan nilai tambah agar optimal. Kerja sama kampus dan DUDI selama empat tahun terakhir mengakselerasi peringkat Indonesia di indikator ini dari peringkat ke-35 di tahun 2020 menjadi peringkat lima besar dunia di tahun 2023.
Terkait penyiapan SDM unggul, kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) mulai menuai hasil, dampak, atau output/outcome. Lulusan menjadi lebih terserap di dunia kerja dan menciptakan lapangan kerja baru. Hampir satu juta mahasiswa keluar kampus untuk mendapat ilmu dan pengalaman guna memasuki dunia kerja sehingga menjadi percaya diri. DUDI pun mulai melihat talenta dari Sabang-Merauke, termasuk dari perguruan tinggi yang tidak pernah menjadi sasaran perusahaan besar ketika menggelar pameran bursa kerja (job fair).
Baca juga: Perguruan Tinggi Tertatih Menyongsong Bonus Demografi
Akhir tahun 2023, dampak program penguatan talenta PT dari publikasi INSEAD tentang Indeks daya saing global adalah Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan kesiapan talenta tercepat di Asia, tercepat kedua di dunia. Dari peringkat ke-89 menjadi ke-75 dalam waktu lima tahun.
”Ini kerja keras dari PT untuk mengakselerasi kesiapan talenta. Masih banyak pekerjaan rumah dan akselerasi yang harus dikerjakan. Bagaimana kita menjaga momentum supaya lima tahun ke depan bisa masuk 50 besar dalam pool talenta global. Sebab, talenta ini menjadi daya tarik masuk investasi dan fondasi untuk ekonomi maju,” ujar Nizam.
Dukungan Universitas Indonesia (UI) untuk memajukan negeri salah satunya dengan terus menambah guru besar. Sepanjang tahun 2023, UI mengukuhkan 93 guru besar guna memainkan peran sentral dalam mewujudkan komitmen UI dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada tahun 2023, hampir seluruh hasil penelitian para guru besar itu berusaha menjawab tantangan global dan bertujuan membangun dunia yang berkelanjutan dari segi lingkungan, ekonomi, dan kesejahteraan pada tahun-tahun mendatang.
Salah seorang di antaranya, Imansyah Ibnu Hakim dari bidang Ilmu Teknik Konservasi Energi Termal Fakultas Teknik. Ia memberikan orasi ilmiah berjudul ”Mindset of Energy Conservation: Konservasi Energi Termal Menuju Masa Depan Berkelanjutan”. Guru Besar ini menyosialisasikan pentingnya konservasi energi sehingga dapat berkontribusi dalam mencapai salah satu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs, yaitu energi bersih dan terjangkau serta penanganan perubahan iklim.
Rektor UI Ari Kuncoro mengatakan, UI bertekad melahirkan pemikir bangsa yang tidak hanya dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi juga turut berkontribusi dalam menangani permasalahan global dan pembangunan yang berkelanjutan. ”Dengan semakin bertambahnya guru besar UI, kami berharap kontribusi UI juga makin berdampak bagi masyarakat dan negara, memperkuat peran UI sebagai lembaga pendidikan unggul, dan memberikan manfaat positif bagi kepentingan publik,” ujar Ari.
Baca juga: Tiga Guru Besar Baru FKUI Tawarkan Transformasi Kesehatan Nasional
Secara terpisah, Ketua Forum Rektor Indonesia 2022 -2023 Mohammad Nasih yang juga Rektor Universitas Airlangga mengatakan, perguruan tinggi negeri dan swasta berkomitmen membantu kemajuan Indonesia dengan prinsip berkelanjutan. Termasuk program MBKM, akan terus didukung.
”Namun, diharapkan tidak hanya Merdeka Belajar saja yang terus dikuatkan, tetapi juga Kampus Merdeka, yakni kampus yang memiliki kemerdekaan untuk berkreasi dan berinovasi,” ujar Nasih.
Apalagi, lanjut Nasih, target Indonesia menjadi negara maju, dipercepat menjadi tahun 2034, bukan 2045. ”Jalan menuju Indonesia maju terjal. Kuncinya insan Indonesia yang sehat, terdidik, terlatih, dan ini fokusnya ada di dunia pendidikan. Untuk sampai dapat ke sana, tentu diperlukan komitmen kuat, kebersamaan, kepemimpinan kuat untuk fokus di dunia pendidikan, dan peningkatan SDM,” kata Nasih.