Penggunaan AI dalam Pembelajaran Perlu Dibarengi Peningkatan Kompetensi Guru
Penggunaan AI dalam pembelajaran membutuhkan peningkatan kompetensi guru dan infrastruktur digital yang merata di sekolah. Langkah antisipasi plagiarisme juga perlu diterapkan dengan tegas.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam pembelajaran tidak bisa dihindari. Namun, hal ini perlu dibarengi dengan peningkatan kompetensi guru dan infrastruktur digital yang merata di sekolah-sekolah.
Dengan memakai berbagai aplikasi digital, pemanfaatan AI mendukung pembelajaran dan memberikan kemudahan bagi guru dan siswa. Hal ini pun diharapkan akan meningkatkan capaian pembelajaran.
Ketua Departemen Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sumardiansyah Perdana Kusuma mengatakan, penggunaan AI dalam pembelajaran dapat diintegrasikan dalam semua pelajaran. Menurut dia, pemanfaatan teknologi digital itu juga relevan dengan kebutuhan dunia pendidikan abad ke-21.
”Dengan catatan, pemerintah harus menyiapkan infrastruktur digital secara merata di sekolah-sekolah. Selain itu, menyediakan kanal-kanal pelatihan bagi guru agar terjadi proses transfer of knowledge sehingga guru mampu menguasai skill AI,” ujarnya di Jakarta, Senin (22/1/2024).
Berbagai teknologi AI mulai digunakan dalam dunia pendidikan. Salah satu produk AI yang populer saat ini adalah ChatGPT, chatbot yang dikembangkan OpenAI. Teknologi ini mampu menjawab pertanyaan yang diajukan dengan cepat dan membuat konten dari data yang dihimpunnya.
Akan tetapi, ketidakakuratan hasil AI mungkin terjadi karena bergantung pada data yang dihimpun dari berbagai sumber. Sebab, mesin AI bekerja berdasarkan statistik dan bisa melakukan ekstrapolasi. Jadi, keputusan AI bergantung pada data yang diolah.
Menurut Sumardiansyah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) perlu menggandeng Kementerian Agama, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta dinas pendidikan di daerah untuk menyusun cetak biru kurikulum digital. Cetak biru ini mencakup literasi digital, etika digital, mahadata, dan penggunaan platform pendidikan lainnya.
Antisipasi plagiarisme
Salah satu tantangan penggunaan AI dalam pendidikan adalah potensi plagiarisme karya akademik. Hal ini harus diantisipasi karena akan mencederai integritas akademik.
”Potensi plagiarisme seperti dalam penggunaan ChatGPT bisa diminimalkan apabila literasi dan etika digital benar-benar ditanamkan kepada para penggunanya, seperti guru, dosen, siswa, dan mahasiswa,” ucapnya.
Pengawasan terhadap pemanfaatan AI tidak boleh diabaikan. Pencegahan plagiarisme dapat dilakukan, salah satunya, dengan menggunakan beberapa aplikasi yang bisa mengidentifikasi penjiplakan karya, seperti Turnitin dan PlagScan.
Penerapan sanksi yang tegas dalam dunia akademik terhadap pelaku plagiarisme juga penting. Sanksi ini mulai dari teguran lisan, tertulis, penundaan pangkat atau kenaikan kelas, sampai pemberhentian maupun pencabutan rapor dan ijazah.
”Kita harus mulai berani mengampanyekan bahwa mencontek atau plagiarisme adalah tindakan tercela dan memalukan dalam dunia akademik. Larangan plagiarisme juga mesti masuk dalam kultur sekolah,” ucapnya.
Potensi plagiarisme seperti dalam penggunaan ChatGPT bisa diminimalkan apabila literasi dan etika digital benar-benar ditanamkan kepada para penggunanya, seperti guru, dosen, siswa, dan mahasiswa.
Guru Besar Universitas Terbuka Daryono menyebutkan, penggunaan AI generatif mengubah beberapa hal dalam sistem pendidikan. Aspek-aspek mendasar, seperti pengetahuan umum, akan digantikan oleh teknologi kecerdasan buatan.
”Fondasi itu mungkin sudah tidak lagi harus diajarkan karena diambil alih AI. Jadi, kita harus moving up (bergerak) pada level advanced, terkait bagaimana berpikir kritis dan berinovasi. Jadi, tidak lagi bergerak pada hal-hal dasar,” katanya.
Daryono menambahkan, pembelajaran imersif dengan menggunakan realitas virtual akan semakin menarik minat pelajar. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan capaian pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi.