Sang Guru Besar UPI yang Berperan dalam Desain Kurikulum 2013 Berpulang
Said Hamid Hasan yang punya peran penting dalam mendesain dan mengembangkan Kurikulum 2013 berpulang.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Said Hamid Hasan meninggal dan dimakamkan di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (20/1/2024). Hamid aktif dalam mengawal dan mengkritisi kebijakan pemerintah dalam pendidikan, terutama terkait ujian nasional dan kurikulum.
Hamid berperan besar dalam mendesain Kurikulum 2013 dan ditunjuk menjadi Ketua Tim Pengembang Kurikulum 2013. Guru Besar dengan bidang keahlian pendidikan sejarah dan evaluasi/kurikulum ini mengembuskan napas terkahir saat dalam perawatan di Ruang ICU Rumah Sakit Advent Bandung pada Jumat (19/1/2024) sore.
Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia, Sumardiansyah Perdana Kusuma mengatakan, Hamid merupakan begawan kurikulum, guru intelektual, sekaligus inspirator dalam bidang kurikulum dan pendidikan sejarah.
”Profesor Hamid sangat peduli terhadap dunia pendidikan sejarah dan itu dibuktikan oleh beliau yang selalu konsisten mendukung perjuangan kami di Asosiasi Guru Sejarah Indonesia serta tanpa lelah ikut menyuarakan agar mata pelajaran sejarah mendapatkan posisi strategis dalam pendidikan nasional dengan diampu oleh guru-guru sejarah yang profesional dan berdedikasi,” kata Sumardiansyah.
Almarhum dinilai sebagai sosok yang rendah hati, berdedikasi, idealis, dan menguasai teori-teori pendidikan secara mapan. Ia giat dalam perkuliahan, diskusi kebijakan, serta menulis buku-buku terkait Pendidikan Sejarah dan kurikulum.
Di awal rencana perubahan Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka, Hamid turut mengkritisi. Ia mendorong agar perubahan kurikulum dipikirkan matang-matang implementasinya dalam konteks Indonesia. Apalagi, dengan mengacu dari konsep luar negeri, tentu harus dicermati bagaimana situasi dan kondisi pendidikan di Indonesia
”Perubahan kurikulum hal biasa. Namun, harus jelas mengapa kita butuh kurikulum baru. Hingga saat ini rasanya belum jelas alasan-alasan kenapa butuh kurikulum baru. Jika dikatakan untuk mengatasi krisis pembelajaran karena learning loss, sebelum pandemi sudah terjadi, di masa pandemi juga terjadi. Masalahnya, kan, di pembelajaran, jadi obatnya ya di pembelajaran,” kata Hamid, beberapa waktu lalu.