Potensi cuaca ekstrem berupa peningkatan intensitas curah hujan dan banjir rob mengancam Jawa.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Cuaca ekstrem berupa peningkatan intensitas curah hujan dan banjir rob berpotensi melanda wilayah Jawa, setelah sebelumnya banjir terjadi di sebagian Sumatera. Potensi cuaca ekstrem bisa berlangsung hingga sepekan ke depan.
Dalam 24 jam terakhir, Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) telah mencatat intensitas hujan lebat hingga sangat lebat di berbagai wilayah di Jawa. Di Sleman, Yogyakarta, tercatat intensitas hujan 102,7 milimeter (mm) per hari, Cilacap di Jawa Tengah 94,4 mm per hari, Sangkapura di Jawa Timur 71,9 mm per hari, dan Cengkareng di DKI Jakarta 55 mm per hari. ”Mencermati hasil analisis dinamika atmosfer terkini, potensi cuaca ekstrem di sebagian wilayah Jawa diprakirakan masih dapat berlangsung hingga pekan depan,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, di Jakarta, Jumat (19/1/2024).
Menurut Guswanto, potensi cuaca ekstrem tersebut dipicu oleh menguatnya aktivitas monsun Asia yang disertai potensi seruakan dingin. Hal ini dapat menyebabkan adanya peningkatan massa udara basah di wilayah Indonesia bagian barat dan sebelah selatan ekuator.
Selain itu, saat ini Madden Julian Oscillation (MJO) aktif di sekitar wilayah Indonesia bagian tengah sehingga turut memicu potensi peningkatan awan hujan. Faktor lainnya berupa terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di wilayah Laut Jawa dan Pulau Jawa bagian barat hingga bagian tengah yang disebabkan oleh adanya sistem tekanan rendah di sekitar Australia dan di Samudra Pasifik tenggara Papua.
Dengan kondisi ini, BMKG memperkirakan, potensi hujan lebat di wilayah Jawa pada periode 20-23 Januari 2024 bisa terjadi di sebagian wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Adapun pada periode 24-26 Januari bisa terjadi di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Ancaman banjir rob juga bisa terjadi di sebagian pesisir. Menurut Guswanto, berdasarkan prediksi pasang surut, terdapat peningkatan tren ketinggian pasang untuk wilayah Jakarta dengan ketinggian lebih dari 1 meter (m) pada 21-27 Januari 2024. Titik threshold atau ambang batas banjir rob utara Jakarta di atas 1 m, bersamaan juga dengan fase bulan baru pada 11 Januari 2024.
”Untuk wilayah perairan utara Jakarta, tidak ada potensi gelombang tinggi lebih dari 1,25 meter. Potensi gelombang dengan tinggi 1,25-2,5 meter terpantau di Laut Jawa bagian barat, sebagian perairan Kepulauan Seribu, perairan utara Jawa Barat,” kata Guswanto.
Khusus untuk daerah bertopografi curam, bergunung, tebing atau rawan longsor dan banjir agar tetap waspada terhadap dampak yang ditimbulkan akibat cuaca ekstrem, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang.
Dengan kondisi ini, BMKG mengimbau masyarakat dan instansi terkait agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai dengan kilat atau petir dan angin kencang hingga sepekan ke depan. ”Khusus untuk daerah bertopografi curam, bergunung, tebing atau rawan longsor dan banjir agar tetap waspada terhadap dampak yang ditimbulkan akibat cuaca ekstrem, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang,” tuturnya.
Banjir di Sumatera
Sebelumnya, banjir karena kenaikan intensitas hujan bersamaan pasang tinggi dilaporkan telah terjadi di sejumlah wilayah Sumatera. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, banjir dengan ketinggian antara 20 cm dan 30 cm terjadi di Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung, Senin (15/1/2024).
Menurut Muhari, banjir terjadi karena hujan berlangsung selama 5 jam dengan intesitas sedang hingga lebat disertai angin kencang ditambah pasang air laut di angka 2,6 meter. Banjir ini merendam 458 rumah warga dan dua kantor pemerintahan, yaitu Kantor Lurah Genas dan Koramil Tamansari.
Banjir juga masih merendam sejumlah daerah di Provinsi Riau. Menurut Kepala BNPB Suharyanto, hingga hari ini ribuan masyarakat Riau masih mengungsi. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, total warga mengungsi berjumlah 2.523 kepala keluarga (9.930 jiwa). Pengungsian tersebar di enam kabupaten, yaitu Pelalawan, Rokan Hilir, Inhu, Dumai, Bengkalis, dan Siak.