Ekstrak Kulit Manggis dan Pegagan untuk Mengatasi Jerawat
Hasil pemeriksaan menunjukkan, ekstrak kulit manggis dan tanaman pegagan dapat menurunkan tingkat keparahan jerawat.
Banyak masyarakat masih berpandangan bahwa acne vulgaris atau jerawat merupakan masalah kulit biasa yang kerap terjadi. Padahal, jerawat adalah penyakit peradangan kronis pada kulit yang dialami sebagian besar remaja dan merupakan patologi yang ditandai dengan hipersekresi atau sekresi hormon berlebihan.
Secara umum, jerawat muncul akibat popula folikuler non-inflamasi, nodul, pustule, dan radang popula. Jerawat bisa terjadi karena berbagai penyebab, antara lain genetik dan hormonal. Jerawat juga bisa muncul akibat pola makan kaya gula dan lemak yang diperkirakan dapat merangsang diferensi serta aktivitas lipogenik atau produksi sebum (zat yang berfungsi menjaga kelembaban kulit).
Selain itu, faktor lingkungan juga dapat menjadi penyebab munculnya jerawat pada remaja ataupun orang dewasa. Beberapa faktor lingkungan ini, antara lain, kebiasaan ialah merokok secara berlebihan, konsumsi alkohol, stres, polusi perkotaan, dan paparan sinar matahari.
Hasil pemeriksaan menunjukkan, tingkat keparahan jerawat menurun signifikan antara pemeriksaan awal dan kedua.
Data Beban Penyakit Global (GBD) menunjukkan, jerawat menyerang 85 persen orang dewasa muda pada rentang usia 12-25 tahun. Sementara di Asia Tenggara terdapat 40-80 persen kasus dan secara khusus terus meningkat di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Sementara berdasarkan laporan ZAP Beauty Index 2023, jerawat menempati urutan kelima sebagai masalah kulit wajah pada perempuan Indonesia setelah kusam, komedo, pori-pori besar, dan bekas jerawat menghitam. Jerawat sebagai masalah kulit inilah yang dapat menyebabkan komplikasi fisik dan memicu tekanan psikologis, terutama terkait dengan kepercayaan diri seseorang.
Saat ini, industri obat dan farmasi, khususnya di bidang kecantikan, telah mengembangkan produk antijerawat untuk membantu mengurangi dan mengatasi permasalahan jerawat. Jenis produk tersebut, di antaranya, ialah pembersih wajah, toner, masker, pelembab, dan emulsi.
Beberapa produk kecantikan untuk mengatasi jerawat tersebut banyak dikembangkan dari bahan alam. Hal ini juga yang melatarbelakangi Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berupaya mengembangkan ekstrak kulit manggis dan pegagan sebagai bahan aktif antijerawat.
Perekayasa Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN Susi Kusumaningrum dalam diskusi secara daring, akhir Desember 2023, menyampaikan, BRIN melakukan riset untuk melihat potensi ekstrak kulit mangis dan pegagan sebagai bahan aktif antijerawat karena kedua bahan alam tersebut banyak tersedia di Indonesia.
”Pengembangan ini menjadi penting karena selama ini lebih dari 80 persen bahan baku kosmetika, baik aktif maupun eksipien, masih impor. Jadi, ketergantungan suplai bahan baku ekstrak berkhasiat untuk kosmetik terhadap impor masih tinggi,” ujarnya.
Urgensi lainnya ialah bahwa Indonesia masih perlu meningkatkan bahan baku alam aktif dan sediaan antijerawat untuk menangani masalah kulit, terutama jerawat. Dengan begitu, alternatif obat yang aman, bermutu, dan terjangkau bisa dikembangkan.
Kandungan senyawa
Manggis (Garcina mangostana) telah banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional sebagai antidiare, infeksi kulit, dan penyembuhan luka. Kulit buah manggis juga mempunyai kandungan senyawa aktif turunan xanton atau sekumpulan senyawa heterosiklik mengandung oksigen, alfa mangostin, dan gamma mangostin.
Sementara pegagan (Centella asiatica) adalah tanaman obat yang mengandung senyawa asiaticoside yang berkhasiat sebagai antilepra dan penyembuh luka. Pegagan banyak digunakan untuk bahan jamu dan kosmetik karena berkhasiat sebagai antioksidan, mempercepat proliferasi sel fibroblast yang terluka, meluruhkan lemak, dan meningkatkan daya ingat.
Ekstrak kulit manggis dan pegagan tersebut menjadi bahan pembuatan nanopartikel kitosan, polisakarida yang biasa diisolasi dari kulit udang dan kepiting. Beberapa penelitian menunjukkan, kitosan bersifat antimikroba dan penyembuh luka sehingga bisa digunakan sebagai eksipien sekaligus bahan aktif dalam formulasi sediaan topikal antijerawat.
Baca juga: Masyarakat Diminta Cermat Memilih Produk Perawatan Kulit
Susi menjelaskan, tahapan pengembangan dimulai dengan mengekstraksi kulit manggis dan herba pegagan. Optimasi proses pembuatan komposit kitosan-ekstrak kemudian dilakukan pada ekstrak terpilih. Setelah itu, formula kitosan nano-ekstrak terpilih dikembangkan menjadi formula sediaan antijerawat hingga dibuat produk.
”Formulasi tersebut juga menjalani uji stabilitas dan uji penetrasi. Selanjutnya, produk tersebut dicoba dengan studi pendahuluan khasiat dan keamaan sediaan. Dalam studi ini, kami bekerja sama dengan PT Mustika Ratu,” ucapnya.
Uji stabilitas sediaan bersama Mustika Ratu dilakukan dengan memakai gel antijerawat dengan sampel terdiri dari dua kelompok. Uji stabilitas ini menggunakan penyimpanan suhu kamar dan kondisi dipercepat serta jangka waktu pengamatan selama 24 minggu.
Dalam uji stabilitas ini, terdapat empat parameter yang diamati, yakni fisika, kimia, aktivitas antibakteri terhadap Propionibanterium acnes, dan mikrobiologi. Parameter fisika diperlukan untuk melihat warna, bau, homogenitas, derajat keasaman (PH), dan viskositas.
Sementara parameter kimia mengamati kadar asiatikosida dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC). Parameter kimia ini juga mengamati kadar total fenol dengan metode folin ciocalteu. Prinsip metode folin ciocalteu adalah senyawa fenolik teroksidasi oleh reagen sehingga larutan dapat diukur dengan spektrofotometer.
Hasil pemeriksaan
Guna mengetahui khasiat produk dalam merawat dan mengurangi jerawat, BRIN bersama Mustika Ratu melakukan studi pendahuluan sediaan gel antijerawat terhadap responden. Studi ini juga bertujuan untuk mengetahui penilaian responden terhadap beberapa paramater kualitas dan melihat efek samping setelah pemakaian.
Studi ini menggunakan metode eksperimental terhadap 40 perempuan dan laki-laki yang memenuhi kriteria inklusi. Gel yang digunakan oleh responden tersebut dipakai dua kali sehari selama 28 hari pada waktu pagi dan malam sebelum tidur.
Hasil pemeriksaan menunjukkan, tingkat keparahan jerawat menurun signifikan antara pemeriksaan awal dan kedua. Selain itu, selama pengujian tidak dilaporkan adanya efek samping pemakaian gel ekstrak kulit manggis dan pegagan. Seluruh responden juga menyatakan dapat menerima produk tersebut.
Baca juga: Narasin, Senyawa Antibakteri Baru yang Lebih Efektif Obati Jerawat
”Aplikasi mikropartikel kitosan ekstrak kulit manggis dan pegagan pada sediaan gel terbukti secara in vitro mampu menghambat bakteri Propionibanterium acnes. Sediaan gel yang mengandung mikropartikel ini dapat menurunkan kadar sebum kulit secara signifikan, tingkat keparahan secara nyata pada pengamatan hari ketiga dan sangat nyata setelah pengamatan hari kelima dan ketujuh,” ucap Susi.
Kepala Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN Sofa Fajriah mengatakan, potensi bahan alam perlu terus dipelajari sehingga diharapkan bisa dimanfaatkan untuk berbagai bidang, termasuk sebagai bahan baku obat ataupun obat tradisional Indonesia.