Bencana Hidrometeorologi Mendominasi, 267 Korban Jiwa Selama 2023
Sebanyak 4.940 bencana melanda Indonesia pada 2023, sebagian besar terkait hidrometeorologi.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 4.940 bencana melanda Indonesia pada tahun 2023 dengan kejadian terbanyak berupa kebakaran hutan dan lahan, disusul banjir, serta cuaca ekstrem. Bencana hidrometeorologi diprediksi masih akan mendominasi pada tahun 2024.
”Sepanjang tahun 2023, dalam sehari ada 15-17 kali bencana skala kecil dan menengah, hampir setiap bulan ada bencana besar dengan korban jiwa,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto dalam keterangan pers tentang Kaleidoskop Bencana 2023 dan Outlook Bencana 2024, di Jakarta, Jumat (12/1/2024).
Data BNPB menunjukkan, bencana kebakaran hutan dan lahan tercatat paling banyak, mencapai 1.802 kejadian, disusul banjir 1.170 kejadian, cuaca ekstrem 1.155 kejadian, tanah longsor 579 kejadian, kekeringan 168 kejadian, dan gelombang pasang serta abrasi 31 kejadian. Sementara bencana geologi berupa gempa bumi sebanyak 31 kejadian dan erupsi gunung api 4 kejadian.
Menurut Suharyanto, besarnya kejadian bencana kebakaran hutan dan lahan disebabkan adanya El Nino. ”Pada 2023 juga karena ada EL Nino moderat,” katanya.
Serangkaian bencana ini menyebabkan 267 orang meninggal, 33 hilang, dan 5.785 orang luka-luka. Adapun warga yang terdampak dan pengungsi lebih dari 9 juta orang.
Bencana juga menyebabkan 34.832 rumah rusak dengan 4.233 di antaranya mengalami rusak berat. Fasilitas umum yang rusak mencapai 877 unit dengan 426 di antaranya sekolah, 380 rumah ibadah, dan 71 fasilitas kesehatan.
Jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, jumlah korban jiwa relatif menurun. Pada tahun 2021, dari 5.402 kejadian bencana terdapat 815 korban jiwa. Pada tahun 2022, dari 3.544 kejadian bencana, jumlah korban jiwa mencapai 895 orang.
Jumlah kerusakan rumah juga cenderung menurun. Pada tahun 2021, kerusakan rumah akibat bencana mencapai 158.659 unit dan pada tahun 2022 sebanyak 95.403 rumah rusak.
Tiga daerah dengan frekuensi kejadian bencana terbanyak adalah Jawa Barat, yaitu 770 kali, disusul Jawa Tengah 584 kali, dan Kalimantan Selatan 490 kali. Sementara daerah yang mengalami bencana paling sedikit adalah Papua Tengah, berupa kekeringan yang menyebabkan krisis pangan dan korban jiwa enam orang.
Menurut Suharyanto, pada 2024 ini bencana hidrometeorologi kemungkinan masih akan mendominasi. Untuk bulan tiga bulan pertama, yaitu Januari, Februari, Maret, bisa dipastikan bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan longsor.
”Kami sudah sampaikan ke daerah-daerah, misalnya pada bulan pertama ini yang akan terdampak banjir dan longsor, seperti Jawa Barat, Aceh, dan Kalimantan Selatan. Bencana banjir bisa diprediksi,” katanya.
Menurut dia, memasuki musim kemarau, ancaman kebakaran hutan dan lahan diproyeksikan akan kembali terjadi. Meskipun demikian, skalanya dinilai tidak akan sebesar pada 2023.
Pada 2024 ini bencana hidrometeorologi kemungkinan masih akan mendominasi. Untuk bulan tiga bulan pertama, yaitu Januari, Februari, Maret, bisa dipastikan bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir dan longsor.
”
”
Suharyanto menambahkan, sepanjang 2023 juga banyak tempat pembuangan sampah yang terbakar yang harus diantisipasi pada musim kemarau 2024 mendatang. ”Tahun 2023 ada 16 tempat pembuangan sampah yang terbakar. Semoga ini tidak terjadi pada 2024, tetapi kalau terjadi kita sudah lebih siap,” ujarnya.
Lima kecamatan
Yang terbaru terkait bencana hidrometeorologi, sejumlah permukiman warga di lima kecamatan Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terendam banjir pada Kamis (11/1/2024) malam. Pemerintah Kabupaten Bandung telah menetapkan status siaga banjir yang mengakibatkan ribuan warga terdampak.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung menunjukkan, lima kecamatan yang terdampak banjir ialah Dayeuhkolot, Bojongsoang, Kertasari, Katapang, dan Baleendah.
Daerah yang terdampak paling parah di Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot. Banjir di daerah ini disebabkan tanggul penahan air Sungai Cigede di desa tersebut jebol.
Ketinggian air yang menggenangi lokasi tersebut lebih dari 1 meter. Tim Basarnas Bandung bersama sukarelawan dan BPBD menyelamatkan 41 keluarga yang terdampak banjir di Citeureup.
”Sebanyak 130 warga dari Desa Citeureup telah diungsikan ke SMP Negeri 1 Dayeuhkolot. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini,” papar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Uka Puji Utama, Jumat (12/1/2024).
Uka menuturkan, jumlah warga yang terdampak banjir di Dayeuhkolot mencapai 2.344 keluarga atau sebanyak 7.027 jiwa. Ribuan warga yang terdampak ini tersebar di 17 RW wilayah Dayeuhkolot.
”Kami masih mendata jumlah warga yang terdampak banjir di empat kecamatan lainnya. Kami akan menyiapkan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum warga yang mengungsi ke sejumlah lokasi yang aman,” tutur Uka. (FLO)