Bantuan untuk Palestina lewat Baznas Disiapkan hingga Rekonstruksi
Bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina dari Indonesia terus digalang, salah satunya lewat Baznas.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bantuan kemanusiaan untuk rakyat Palestina masih terus diberikan Indonesia lewat Badan Amil Zakat Nasional. Dari alokasi bantuan yang ditargetkan Rp 250 miliar, sekitar 60 persen difokuskan untuk tahap rekonstrusi guna membantu membangun kembali Palestina yang porak-poranda akibat perang dengan Israel, terutama untuk memperbaiki tempat ibadah, fasilitas kesehatan/rumah sakit, dan sekolah.
Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) KH Noor Achmad dalam acara Laporan Bantuan Kemanusiaan: Membasuh Luka Palestina di Jakarta, Rabu (10/1/2024), menyampaikan, bantuan untuk Palestina berasal dari lebih dari 600 lembaga/organisasi, perusahaan, hingga perorangan. Di acara ini, Baznas menyampaikan laporan sekaligus mengapresiasi seluruh mitra yang memercayakan penyaluran bantuan kemanusiaan untuk Palestina.
Baznas menyalurkan bantuan tersebut bekerja sama dengan berbagai lembaga tepercaya, seperti Kementerian Luar Negeri, Tentara Nasional Indonesia, dan KBRI Kairo, Mesir. Baznas juga bekerja sama dengan berbagai lembaga di Mesir, seperti Mishr Al Kheir, Bayt Zakat wa Shadaqat, Egytian Red Crescent, serta Women’s Center Al Thouri Silwan.
Noor mengatakan, hampir Rp 200 miliar bantuan yang sudah terkumpul. Meskipun penyaluran bantuan di tahap tanggap darurat tidak mulus karena ketatnya penjagaan di perbatasan menuju Gaza, Baznas terus mencari upaya menyalurkan bantuan secara efektif dan tepat sasaran.
”Kami berkolaborasi dengan sejumlah lembaga/organisasi di Mesir yang memang dipercaya untuk memfasilitasi bantuan bagi Palestina. Nanti, di tahap rekonstruksi, kami juga berharap bisa berkolaborasi dengan lembaga di Palestina,” katanya.
Noor menjelaskan, bantuan kemanusiaan sebesar Rp 250 miliar nantinya akan disalurkan dalam tiga tahap. Di tahap tanggap darurat sebesar 30 persen, masa rehabilitasi sebesar 10 persen, dan masa rekonstruksi sebesar 60 persen.
Bantuan tahap pertama sekitar Rp 75 miliar, yang sudah disalurkan baru mencapai Rp 32 miliar. ”Menyalurkan bantuan ke Gaza sulit. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyinyalir hanya 10 persen kebutuhan masyarakat Gaza yang bisa dipasok dari pintu masuk satu-satunya. Padahal, banyak anak yang meninggal dan kelaparan, ibu melahirkan tanpa bantuan dokter, dan orang sakit tanpa perawatan,” jelas Noor.
Noor mengecam blokade dan genosida yang dilakukan Israel kepada Palestina. ”Perang ini menjadikan bangsa Palestina yang sakit tetap sakit. Ini peperangan paling jahat yang pernah kita saksikan di dunia dan ini menimpa saudara-saudara kita,” kata Noor.
Noor juga menyampaikan keyakinannya pada kekuatan bangsa Indonesia dalam membantu Palestina. Hal ini diapresiasi negara-negara lain. ”Kita kompak membantu di Palestina. Ini akan dicatat oleh dunia. Bantuan kemanusiaan ini untuk membangkitkan semangat hidup masyarakat Palestina. Kita tidak membantu peperangan, tetapi kemanusiaan. Kepedulian ini juga memperlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia yang mayoritas Muslim dekat dengan bangsa Palestina,” tuturnya.
Perang ini menjadikan bangsa Palestina yang sakit tetap sakit.
Adapun bantuan yang dikirim dalam masa tanggap darurat meliputi makanan, obat-obatan, alat kesehatan, perlengkapan musim dingin, air bersih, pakaian, perlengkapan sanitasi, dan kebutuhan keluarga.
Sementara bantuan yang akan disalurkan di masa rehabilitasi meliputi bantuan aktivasi sumber air, dukungan psikologis bagi anak-anak dan korban disabilitas, serta pengobatan korban luka. Bantuan di masa rekonstruksi meliputi perbaikan tempat ibadah, perbaikan fasilitas kesehatan/rumah sakit, dan perbaikan sekolah.
”Langkah ini menjadi salah satu bukti nyata dari kebaikan hati masyarakat Indonesia dan kesungguhan Baznas dalam membawa bantuan kepada masyarakat Palestina yang membutuhkan. Semoga upaya ini membawa berkah dan harapan bagi saudara-saudara kita di sana,” kata Noor.
Penderitaan
Sementara itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir Lutfi Rauf menyampaikan, perang di jalur Gaza yang telah berlangsung lebih dari tiga bulan menimbulkan penderitaan yang sangat mendalam bagi warga Palestina. Berdasarkan data United Nations Relief and Works Agency for Palestine (UNWRA) hingga 6 Januari 2024, sebanyak 22.835 warga sipil Palestina terbunuh, dengan 70 persen di antaranya perempuan dan anak-anak. Masih banyak jenazah yang diperkirakan tertimbun reruntuhan bangunan.
Sekitar 1,4 juta warga di Palestina harus menjadi pengungsi dan tinggal di tenda pengungsian. Mereka menghadapi tantangan kekurangan air bersih, pangan, cuaca ekstrem di musim dingin, serta terbatasnya akses listrik, bahan bakar, fasilitas kesehatan, dan fasilitas mendasar lainnya.
”Belum tampak tanda-tanda perang akan berakhir. Kepedihan dan kesedihan yang dirasakan masyarakat Palestina juga dirasakan umat manusia di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia,” ujar Lutfi.
Lutfi menambahkan, Indonesia konsisten mendukung kemerdekaan Palestina. Sebagai bentuk rasa solidaritas dan kemanusiaan yang mendalam atas perjuangan warga Palestina, masyarakat terlihat antusias memberikan bantuan kemanusiaan dalam berbagai bentuk melalui lembaga-lembaga tepercaya, salah satunya Baznas.
”Kami berharap bantuan bagi Palestina dari masyarakat dan pemerintah Indonesia terus meningkat demi turut meringankan beban warga Palestina di Gaza. Beban penderitaan mereka belum akan berakhir ketika perang berakhir nanti. Dengan kondisi Gaza yang luluh lantak, setelah tahap tanggap darurat yang belum dapat dipastikan kapan selesai, masih perlu disiapkan napas panjang dalam tahap rehabilitasi dan rekonstruksi,” jelas Lutfi.