Anak muda sejak dini diajak memahami persoalan bangsa dan turut serta berkolaborasi untuk mencari solusi.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Generasi muda Indonesia diajak untuk memahami permasalahan bangsa di berbagai sektor, mulai dari masalah perubahan iklim, kesehatan, kesetaraan dan inklusivitas, pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan, serta pendidikan berkualitas. Para pemuda yang masih bersekolah ini diajak untuk memiliki semangat kolaborasi sejak dini dengan berbagai elemen agar mampu membangun bangsa dengan asas gotong royong.
Untuk itu, Indonesia Student Youth Forum (ISYF) yang bergerak dalam bidang pemberdayaan dan pengembangan pemuda dan pelajar menginisiasi Forum Pelajar Indonesia (FOR) Ke-12 dengan tema ”Sinergi Pelajar Berkarakter, Wujudkan Indonesia Maju”. Program bagi pelajar SMA se-Indonesia ini menjadi ajang untuk berdiskusi, berbagi pengalaman dengan menyampaikan berbagai ide, gagasan, dan inovasi sebagai upaya untuk mewujudkan Generasi Emas Indonesia 2045.
Ketua Pelaksana FOR 12 Rusdan Arifin Al Mugni mengatakan, program yang berlangsung sejak Selasa (19/12/2023) hingga Jumat (22/12/2023) ini diharapkan dapat menjadi wahana bagi pelajar Indonesia untuk memahami permasalahan di berbagai sektor. Terpilih 136 pelajar dari 33 provinsi di Indonesia yang ikut dalam program ini.
Beberapa kegiatan utama yang akan diikuti oleh peserta antara lain Meet the Leaders, Government Visit, Corporate Visit, Focus Group Discussion, Cultural Performance, dan akan ditutup dengan kampanye proyek akhir tahun 2023. ”Kami harap pelajar Indonesia dapat berperan aktif di berbagai sektor strategis, bukan hanya sebagai obyek yang pasif,” ujar Rusdan.
Indonesia menjadi salah satu negara yang aktif mendukung program Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 yang memiliki tujuan untuk menciptakan dunia yang lebih baik, salah satunya dalam segi kualitas sumber daya manusia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Indonesia ingin memaksimalkan bonus demografi yang diperkirakan akan terjadi dalam rentang waktu 2025-2045. Pada rentang waktu tersebut, sekitar 70 persen penduduk Indonesia didominasi oleh usia produktif, yakni 18-45 tahun.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Warsito mengapresiasi kegiatan FOR 12. ”Kami bangga terhadap prestasi para pelajar yang terpilih dalam kegiatan ini,” ujar Warsito.
Di program FOR 12, peserta melakukan kunjungan dan audiensi ke berbagai tempat, antara lain Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan DPR RI.
Anggota Komisi II DPR, Hugua, mengatakan, gen Z menjadi bagian penting bagi pembangunan sumber daya manusia menyongsong Indonesia Emas 2045. Sejak dini mereka harus mengasah pengetahuan, wawasan, dan moral.
”Gen Z tumbuh besar di dua era, yaitu 4.0 dan saat ini menuju 5.0. Hal ini berdampak pada lemahnya karakter mereka. Untuk itu, penting memperkuat landasan etika dan moral dalam bertindak agar gen Z menjadi generasi berkarakter dan berintegritas serta pemimpin yang baik di masa depan,” ujar Hugua.
Stop perundungan
Di tahun ini, salah tema yang diangkat ialah kesetaraan dan inklusivitas. Hal ini berkaitan dengan maraknya kasus perundungan yang terjadi di kalangan pelajar. Perundungan sering kali terjadi ketika seseorang dianggap berbeda atau dianggap tidak setara oleh kelompok tertentu.
Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pada Februari 2023 tercatat kenaikan angka kasus perundungan sebanyak 1.138 dari kasus kekerasan fisik hingga psikis. Untuk itu, FOR 12 berkolaborasi dengan Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) dan Rumah Guru BK (RGBK) mengampanyekan gerakan #AyoBalasBaik, Stop Bullying untuk menghentikan dan mencegah perundungan di lingkungan sekolah.
Gerakan #AyoBalasBaik, Stop Bullying diperkenalkan melalui berbagai metode belajar aktif yang melibatkan peran aktif peserta untuk memahami lebih jauh akan kategori dan dampak dari perundungan. Di akhir kegiatan semua peserta membuat afirmasi langkah yang akan mereka lakukan terkait bagaimana memutus mata rantai perundungan di lingkungan sekolahnya.
”Para peserta FOR 12 dapat menjadi agen perubahan di sekolah dan di daerahnya masing-masing serta berperan aktif untuk memutus mata rantai perundungan melalui gerakan #AyoBalasBaik, Stop Bullying,” kata Koordinator Program KGSB Riki M Iskandar.