Level Karbon Dioksida Saat Ini Terakhir Teramati 14 Juta Tahun Lalu
Tingkat karbon dioksida yang dihasilkan manusia saat ini terakhir terjadi 14 juta tahun yang lalu, jauh sebelum kemunculan manusia modern.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peningkatan emisi karbon dioksida yang menjadi pemicu utama pemanasan global telah mencapai level yang mengkhawatirkan dengan kenaikan mencapai dua kali lipat dalam tiga abad terakhir. Studi skala besar menunjukkan, tingkat karbon dioksida yang dihasilkan manusia saat ini terakhir terjadi 14 juta tahun yang lalu, jauh sebelum kemunculan manusia modern atau Homo sapiens.
Penelitian yang diterbitkan di jurnal Science pada Kamis (8/12/2023) ini menganalisis tanda-tanda biologis dan geokimia dari masa lalu untuk merekonstruksi catatan sejarah CO2 dengan lebih presisi dibandingkan sebelumnya. Analisis mencakup periode dari 66 juta tahun yang lalu hingga saat ini.
”(Temuan) ini (harus) menyadarkan bahwa apa yang kita lakukan sangat tidak biasa dalam sejarah Bumi,” kata pemimpin penulis Baerbel Hoenisch dari Lamont-Doherty Earth Observatory di Columbia Climate School kepada AFP pada Jumat (9/12/2023).
Analisis baru ini, antara lain, menemukan bahwa terakhir kali udara mengandung emisi karbon dioksida seperti saat ini, yaitu 420 bagian per juta (ppm), adalah 14 juta-16 juta tahun yang lalu, ketika tidak ada es di Greenland dan nenek moyang manusia baru saja bertransisi dari hutan ke padang rumput. Hal ini jauh lebih maju dibandingkan 3 juta-5 juta tahun yang ditunjukkan oleh analisis sebelumnya.
Penelitian menemukan, hingga akhir tahun 1700-an, karbon dioksida di atmosfer berjumlah sekitar 280 ppm. Ini berarti manusia telah menyebabkan peningkatan sekitar 50 persen gas rumah kaca, yang memerangkap panas di atmosfer dan menghangatkan Bumi sebesar 1,2 derajat celsius dibandingkan sebelum industrialisasi.
”Yang penting adalah spesies Homo, yang menjadi leluhur manusia, baru berevolusi 3 juta tahun lalu,” kata Hoenisch. ”Jadi peradaban kita menyesuaikan diri dengan permukaan laut seperti saat ini, memiliki daerah tropis yang hangat dan kutub yang sejuk serta daerah beriklim sedang yang memiliki banyak curah hujan.”
Jika emisi CO2 global terus meningkat, Bumi diprediksi akan memiliki emisi sebesar 600-800 ppm pada tahun 2100. Tingkat tersebut terakhir terjadi pada zaman Eosen, 30juta-40 juta tahun yang lalu, sebelum Antartika tertutup es dan ketika flora dan fauna di dunia terlihat sangat berbeda—misalnya serangga besar masih berkeliaran di Bumi dan manusia belum muncul.
Komposisi kimia purba
Studi baru ini merupakan hasil kerja keras selama tujuh tahun oleh konsorsium yang terdiri dari 80 peneliti di 16 negara dan kini dianggap sebagai konsensus terkini komunitas ilmiah. Tim tersebut tidak mengumpulkan data baru, tetapi menyintesis, mengevaluasi ulang, dan memvalidasi karya yang diterbitkan berdasarkan ilmu pengetahuan terkini dan mengategorikannya berdasarkan tingkat kepercayaan, lalu menggabungkan nilai tertinggi ke dalam timeline baru.
Banyak orang yang akrab dengan konsep pengeboran lapisan es atau gletser untuk mengekstraksi inti es yang gelembung udaranya mengungkapkan komposisi atmosfer masa lalu, tetapi hal ini baru terjadi pada periode ini, umumnya dalam ratusan ribu tahun.
Peningkatan CO 2 sebanyak dua kali lipat diperkirakan akan memanaskan planet ini sebesar 5-8 derajat celsius dalam jangka waktu yang lama.
Untuk melihat lebih jauh ke masa lalu, ahli paleoklimatologi menggunakan ”proksi”: dengan mempelajari komposisi kimia daun purba, mineral, dan plankton, mereka secara tidak langsung dapat memperoleh karbon atmosfer pada suatu titik waktu tertentu.
Para peneliti mengonfirmasi bahwa periode terpanas selama 66 juta tahun terakhir terjadi 50 juta tahun yang lalu, ketika CO2 melonjak hingga 1.600 ppm dan suhu 12 derajat celsius lebih panas, sebelum terjadi penurunan jangka panjang. Pada 2,5 juta tahun yang lalu, karbon dioksida berjumlah 270-280 ppm, menyebabkan serangkaian zaman es.
Angka tersebut masih sama dengan ketika manusia modern muncul 400.000 tahun yang lalu dan bertahan hingga spesies kita mulai membakar bahan bakar fosil dalam skala besar, sejak Revolusi Industri sekitar tahun 1850.
Tim memperkirakan bahwa peningkatan CO2 sebanyak dua kali lipat diperkirakan akan memanaskan planet ini sebesar 5-8 derajat celsius dalam jangka waktu yang lama. Situasi pemanasan ini bisa bertahan hingga ratusan ribu tahun.
Peningkatan suhu berdampak besar pada sistem Bumi. Misalnya, mencairnya lapisan es di kutub akan mengurangi kemampuan planet ini untuk memantulkan radiasi matahari dan menjadi umpan balik yang semakin kuat.
Hoenisch mengatakan, penelitian baru ini dinilai relevan bagi para pembuat kebijakan. Catatan karbon mengungkapkan bahwa 56 juta tahun yang lalu, Bumi mengalami pelepasan karbon dioksida dengan cepat, yang menyebabkan perubahan besar pada ekosistem dan membutuhkan waktu sekitar 150.000 tahun untuk menghilang.
”Kita berada dalam situasi ini untuk waktu yang sangat lama, kecuali kita menyerap karbon dioksida, mengeluarkannya dari atmosfer, dan kita menghentikan emisi kita dalam waktu dekat,” katanya.