Energi Letusan Menurun, Gunung Marapi Tetap Berbahaya
Jumlah dan energi letusan Gunung Marapi telah berkurang, tetapi tetap berbahaya. Proses evakuasi korban diharapkan mengedepankan keselamatan.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah mengalami erupsi pada Minggu (3/12/2023), Gunung Marapi di Sumatera Barat masih berstatus Waspada atau Level II, Rabu (6/12/2023). Meski jumlah dan energi letusannya telah menurun, ancaman bahaya masih ada.
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Marapi tercatat sudah mengalami erupsi sebanyak 46 kali. Erupsi terakhir tercatat melalui seismograf pada Selasa (5/12/2023) pukul 06.24 WIB dengan amplitudo maksimum 25,1 milimeter dan durasi 80 detik. Gunung api dengan ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut itu masih berstatus Waspada atau Level II.
”Masih ada letusan, tetapi terus menurun jumlah dan energinya,” kata Kepala PVMBG Hendra Gunawan.
Penurunan energi itu terlihat dari tren hasil pemantauan beberapa hari. Berdasarkan data pemantauan pada Senin (4/12/2023), dalam 24 jam teramati asap dari kawah bertekanan sedang. Pada hari itu teramati sepuluh kali letusan dengan tinggi 400-800 meter dan warna asap kelabu dan hitam, sedangkan embusan terjadi 50 kali. Tremor menerus juga terekam dengan amplitudo 0,5-2 mm atau dominan 1 mm.
Sementara itu, pemantauan pada Minggu, dalam 24 jam tercatat 36 kali letusan dengan amplitudo 2,3-30 mm dan durasi 18-281 detik. Sementara embusan terekam 16 kali dengan amplitudo 2-9,8 mm dan durasi 23-85 detik. Sepanjang hari itu juga teramati adanya hujan kerikil di radius 6 kilometer dari puncak dan hujan abu sampai radius 13 km dari kawah.
Menurut Hendra, sekalipun erupsi Marapi semakin menurun, ancaman bahaya tetap ada di sekitar puncak. Oleh karena itu, dia mengimbau agar proses evakuasi dilakukan dengan hati-hati. ”Tetap kedepankan keselamatan agar tidak terjadi bencana lagi,” katanya.
Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyampaikan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar bersama tim gabungan terus memonitor perkembangan erupsi Gunung Marapi. Dengan begitu, tim di lapangan dapat mengevakuasi warga apabila aktivitas vulkanik yang lebih besar kembali terjadi.
Sekalipun erupsi Marapi semakin menurun, ancaman bahaya tetap ada di sekitar puncak.
Masyarakat di sekitar Gunung Marapi juga telah diminta untuk tidak beraktivitas apa pun pada jarak kurang dari 3 km dari puncak gunung. Selain itu, masyarakat yang berada di empat kecamatan terdekat diimbau untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. Masyarakat juga diimbau agar memakai masker ketika beraktivitas di luar ruangan.
Menurut Hendra, PVMBG telah menetapkan status Waspada atau Level II di Marapi sejak 2011 dengan rekomendasi warga dilarang mendekat dalam radius 3 km dari puncak. Jika rekomendasi ini dijalankan, seharusnya tidak boleh ada pendakian ke puncak gunung ini. ”Setiap dua minggu kami telah mengirim status gunung api dan rekomendasi zona bahayanya ke pemerintah provinsi dan kabupaten, termasuk status Gunung Marapi. Kewenangan penutupan ini ada di pemerintah daerah,” katanya.
Sebelumnya, jalur pendakian ke Taman Wisata Alam Gunung Marapi, dengan nama jalur Pendakian Proklamator, telah dibuka oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat pada Oktober 2022. Laporan Antara pada 30 Oktober 2022, jalur pendakian ini dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Djoinaldy.
Sementara itu, jumlah korban meninggal akibat erupsi Gunung Marapi di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar mencapai 20 orang. Jenazah para korban telah dievakuasi. Sementara tiga orang lainnya masih dicari oleh tim SAR gabungan.
Kepala Kantor SAR Kelas A Padang Abdul Malik mengatakan, hingga Selasa pukul 20.00, sebanyak 20 orang korban dipastikan meninggal. Lima jenazah telah dievakuasi pada Senin dan sudah teridentifikasi. Sementara itu, 15 jenazah lain yang dievakuasi pada Selasa sedang diidentifikasi.
”Jadi, totalnya 20 orang dipastikan meninggal sampai hari ini. Tiga orang lagi masih dalam pencarian dan evakuasi. Semoga selesai hari ini,” kata Malik, Selasa malam, di Agam.
Dengan tambahan data tersebut, 72 orang dari 75 orang pendaki telah dievakuasi. Sebanyak 52 orang ditemukan selamat, beberapa di antaranya mengalami luka-luka.