Nutrisi Daging Sapi dan Susu Tingkatkan Respons Kekebalan pada Kanker
Asam ”trans-vaccenic” dalam daging dan produk susu dapat digunakan sebagai suplemen makanan untuk membantu pengobatan kanker berbasis sel T.
Oleh
AHMAD ARIF
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Asam trans-vaccenic, asam lemak rantai panjang yang ditemukan dalam daging dan produk susu dari hewan penggembalaan seperti sapi dan domba, bisa meningkatkan kemampuan sel T CD8+ untuk menyusup ke tumor dan membunuh sel kanker. Mengingat dampak negatif konsumsi berlebih daging merah atau susu, para peneliti menyarankan penggunaan suplemen berbasis asam trans-vaccenic.
Riset terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature pada Rabu (22/11/2023) ini ditulis para peneliti dari Universitas Chicago. Dalam kajian ini, para peneliti berhasil menunjukkan pasien dengan tingkat asam trans-vaccenic yang lebih tinggi dalam darah memberikan respons lebih baik terhadap imunoterapi.
Ada banyak penelitian yang mencoba menguraikan hubungan antara pola makan dan kesehatan manusia, dan sangat sulit untuk memahami mekanisme yang mendasarinya karena banyaknya variasi makanan yang dimakan orang.
”Namun, jika kita hanya fokus pada nutrisi dan metabolit yang berasal dari makanan, kita mulai melihat bagaimana pengaruhnya terhadap fisiologi dan patologi,” kata Jing Chen, Profesor Kedokteran Janet Davison Rowley Distinguished Service di Universitas Chicago dan salah satu penulis senior penelitian ini.
Dengan berfokus pada nutrisi yang dapat mengaktifkan respons sel T, para peneliti menemukan nutrisi yang meningkatkan kekebalan antitumor dengan mengaktifkan jalur kekebalan yang penting.
Mengaktifkan sel kekebalan
Laboratorium Chen sebelumnya berfokus pada pemahaman bagaimana metabolit, nutrisi, dan molekul lain yang bersirkulasi dalam darah memengaruhi perkembangan kanker dan respons terhadap pengobatan kanker.
Dalam studi baru ini, dua peneliti postdoktoral Universitas Chicago, Hao Fan dan Siyuan Xia—keduanya merupakan rekan penulis pertama—memulai dengan database sekitar 700 metabolit yang diketahui berasal dari makanan dan menyusun perpustakaan senyawa ”nutrisi darah” yang terdiri dari 235 molekul bioaktif yang berasal dari nutrisi.
Mereka menyaring senyawa dalam perpustakaan baru ini untuk mengetahui kemampuannya memengaruhi kekebalan antitumor dengan mengaktifkan sel T CD8+, sekelompok sel kekebalan yang penting untuk membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus.
Setelah para ilmuwan mengevaluasi enam kandidat teratas pada sel manusia dan tikus, mereka melihat bahwa asam trans-vaccenic memiliki kinerja terbaik. Asam trans-vaccenic adalah asam lemak trans yang paling banyak terdapat dalam air susu ibu atau ASI, tetapi tubuh tidak dapat memproduksinya sendiri.
Jika kita hanya fokus pada nutrisi dan metabolit yang berasal dari makanan, kita mulai melihat bagaimana pengaruhnya terhadap fisiologi dan patologi.
Hanya sekitar 20 persen asam trans-vaccenic yang dipecah menjadi produk sampingan lainnya, menyisakan 80 persen beredar di darah. ”Itu berarti pasti ada hal lain yang bisa dilakukannya, jadi kami mulai mengerjakannya lebih lanjut,” kata Chen.
Kemudian para peneliti melakukan serangkaian percobaan dengan sel dan model tikus dari beragam jenis tumor. Makanan pada tikus diperkaya asam trans-vaccenic secara signifikan mengurangi potensi pertumbuhan tumor melanoma dan sel kanker usus besar dibandingkan tikus yang diberi makanan kontrol. Diet asam trans-vaccenic juga meningkatkan kemampuan sel T CD8+ untuk menginfiltrasi tumor.
Tim juga melakukan serangkaian analisis molekuler dan genetik untuk memahami bagaimana asam trans-vaccenic memengaruhi sel T. Hal ini termasuk teknik baru untuk memantau transkripsi DNA beruntai tunggal yang disebut pengurutan DNA beruntai tunggal berbantuan ketoksal, atau KAS-seq, yang dikembangkan Chuan He, profesor kimia dari John T Wilson Distinguished Service di Universitas Chicago dan penulis senior studi lainnya.
Pengujian tambahan yang dilakukan laboratorium Chen dan He ini menunjukkan asam trans-vaccenic menonaktifkan reseptor di permukaan sel disebut GPR43 yang diaktifkan asam lemak rantai pendek yang kerap diproduksi mikrobiota usus. Asam trans-vaccenic mengalahkan asam lemak rantai pendek ini dan mengaktifkan proses sinyal seluler sebagai jalur CREB, yang terlibat berbagai fungsi, termasuk pertumbuhan sel, kelangsungan hidup, dan diferensiasi.
Tim juga menunjukkan bahwa model tikus yang reseptor GPR43 secara eksklusif dihilangkan dari sel T CD8+ juga tidak memiliki kemampuan melawan tumor yang lebih baik.
Terakhir, tim bekerja sama dengan Justin Kline, profesor kedokteran di Universitas Chicago, untuk menganalisis sampel darah yang diambil dari pasien yang menjalani pengobatan imunoterapi sel CAR-T untuk limfoma.
Mereka melihat pasien dengan tingkat asam trans-vaccenic lebih tinggi cenderung memberikan respons lebih baik pada pengobatan dibandingkan pasien dengan tingkat asam trans-vaccenic lebih rendah. Mereka juga menguji garis sel dari leukemia bekerja sama dengan Wendy Stock, profesor kedokteran Anjuli Seth Nayak, dan melihat bahwa asam trans-vaccenic meningkatkan kemampuan obat imunoterapi untuk membunuh sel leukemia.
Fokus pada nutrisi
Studi tersebut menunjukkan asam trans-vaccenic dapat digunakan sebagai suplemen makanan untuk membantu pengobatan kanker berbasis sel T meskipun Chen menekankan bahwa penting untuk menentukan jumlah optimal nutrisi itu sendiri, bukan sumber makanannya.
Ada makin banyak bukti tentang dampak merugikan kesehatan dari mengonsumsi terlalu banyak daging merah dan produk susu. Karena itu, penelitian ini tidak boleh dijadikan alasan untuk makan lebih banyak burger keju dan piza. Sebaliknya, hal ini menunjukkan suplemen nutrisi seperti asam trans-vaccenic dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas sel T. Chen berpikir mungkin ada nutrisi lain yang bisa melakukan hal yang sama.
”Ada data awal yang menunjukkan asam lemak lain dari tumbuhan memberi sinyal melalui reseptor serupa. Jadi, kami yakin ada kemungkinan besar nutrisi dari tumbuhan dapat melakukan hal sama dengan mengaktifkan jalur CREB juga,” ujarnya.
Penelitian baru ini juga menyoroti potensi pendekatan ”metabolomik” untuk memahami bagaimana pola makan memengaruhi kesehatan kita. Chen mengatakan timnya berharap membangun perpustakaan komprehensif nutrisi yang beredar dalam darah untuk memahami dampaknya pada kekebalan dan proses biologis lainnya seperti penuaan.
”Setelah jutaan tahun evolusi, hanya ada beberapa ratus metabolit berasal dari makanan yang akhirnya bersirkulasi di dalam darah. Jadi, hal itu berarti metabolit tersebut mempunyai arti penting dalam biologi kita,” kata Chen.
”Melihat bahwa nutrisi tunggal seperti asam trans-vaccenic memiliki mekanisme sangat ditargetkan pada jenis sel kekebalan yang ditargetkan, dengan respons fisiologis sangat mendalam pada tingkat organisme secara keseluruhan—menurut saya hal itu sungguh menakjubkan dan menarik,” tuturnya.