Peneliti mengklaim pemanfaatan kerang telanjang sebagai pangan akan membantu mengatasi pemenuhan protein di masa depan dan sampah kayu.
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·3 menit baca
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Nyale (cacing) laut hasil tangkapan masyarakat. Cacing ini jenis berbeda dari cacing kapal atau kerang telanjang.
Cacing kapal selama ini dikenal sebagai hama. Ia mampu melumat kayu yang sangat keras sehingga menjadikannya musuh bagi perahu dan dermaga kayu.
Kemampuan makhluk yang diberi nama naked clams atau kerang telanjang ini justru menarik perhatian para peneliti dari Inggris. Mereka melakukan riset guna membudidayakan cacing kapal sebagai makanan laut atau seafood.
Hewan yang hidup di air asin ini bentuknya lebih mirip cacing. Namun, ia masuk dalam keluarga kerang meski tak memiliki cangkang seperti kerang atau tiram pada umumnya.
Ketiadaan cangkang ini justru menjadikan kerang air asin berwarna putih ini memiliki pertumbuhan tubuh tercepat di antara jenis kerang-kerang lain. Cacing kapal ini dapat tumbuh mencapai 30 sentimeter dalam waktu enam bulan.
Cacing kapal tersebut menggerogoti kayu bekas dan mengubahnya menjadi ”daging” yang tinggi protein.
Para peneliti menemukan, kadar vitamin B12 pada naked clams lebih tinggi dibandingkan kebanyakan kerang lainnya. Kadarnya bahkan dua kali lipat jumlah yang ditemukan pada kerang cangkang biru (Mytilus edulis). Dengan penambahan pakan berbasis alga ke dalam sistem, kerang telanjang ini dapat diperkaya dengan asam lemak tak jenuh ganda Omega-3 yang merupakan nutrisi penting bagi kesehatan manusia.
Para peneliti mengembangkan sistem akuakultur tertutup yang dapat dikontrol sepenuhnya, termasuk kualitas air dan keamanan pangan. Desainnya dapat digunakan di lingkungan perkotaan yang jauh dari laut.
JURNAL SUSTAINABLE AGRICULTURE, 20 NOVEMBER 2023
Cacing kapal Teredo navalis berukuran 82 mm dikeluarkan dari kayu, ditunjukkan pada (a). Sebagian besar daging putihnya melampaui katup seperti yang ditunjukkan oleh huruf V kuning di (a) – oleh karena itu dinamakan "kerang telanjang". Kerang telanjang dapat ditanam di kayu menggunakan sistem akuakultur modular yang sederhana seperti yang ditunjukkan pada (b). Sifon dari kerang telanjang adalah satu-satunya struktur yang melampaui liang kayu, dan digambarkan dengan garis putus-putus berwarna kuning dan diperbesar dalam (c). Remahan kayu sisa (frass) yang menutupi panel kayu ditunjukkan dengan panah biru, yang menunjukkan aktivitas makan dan pertumbuhan. Hal ini, bersama dengan kematangan gonad yang ditunjukkan oleh panah merah pada (a), menunjukkan kemanjuran sistem akuakultur modular dalam memelihara hewan yang sehat.
”Kerang telanjang rasanya seperti tiram, bergizi tinggi dan dapat diproduksi dengan dampak yang sangat rendah terhadap lingkungan,” kata David F Willer, peneliti di Departemen Zoologi Universitas Cambridge dan penulis pertama laporan tersebut, dalam laman internet kampus tersebut pada 20 November 2023.
Ia mengklaim budidaya kerang telanjang belum pernah dilakukan sebelumnya. Sejumlah komunitas masyarakat mengonsumsi kerang telanjang yang dihasilkan oleh alam.
Para peneliti membudidayakannya dengan menggunakan kayu bekas atau tak terpakai yang seharusnya dibuang ke tempat pemrosesan akhir (TPA) atau didaur ulang. Cacing kapal tersebut menggerogoti kayu bekas dan mengubahnya menjadi ”daging” yang tinggi protein dan bernutrisi penting seperti vitamin B12.
Peneliti mengklaim pemanfaatan kerang telanjang atau cacing kapal ini sebagai pangan akan membantu mengatasi dua persoalan sekaligus, yaitu pemenuhan protein di masa depan dan sampah kayu. Hasil riset Willer dan kawan-kawan ini telah dipublikasikan dalam jurnal Sustainable Agriculture pada 20 November 2023.
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Sukarelawan mengangkut sampah kayu dan bambu dari Pantai Kesenden, Kota Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (12/8/2023).
Dalam jurnal itu, kerang telanjang dicontohkan Teredo navalis. Makhluk ini digolongkan ke dalam Teredinids dan tidak memiliki cangkang, tetapi digolongkan sebagai kerang-kerangan dan berkerabat dengan tiram dan kerang. Karena kerang telanjang tidak menggunakan energi untuk menumbuhkan cangkang, mereka tumbuh jauh lebih cepat dibandingkan kerang dan tiram yang membutuhkan waktu dua tahun untuk mencapai ukuran yang bisa dipanen.
Pengganti daging putih
Cacing kapal liar merupakan salah satu sumber protein di Filipina. Masyarakat mengonsumsinya baik mentah maupun digoreng seperti cumi-cumi. Namun, bagi konsumen Inggris, para peneliti berpendapat, naked clams ini akan lebih populer sebagai pengganti ”daging putih” dalam makanan olahan seperti fish finger dan kue ikan.
”Kami sangat membutuhkan sumber pangan alternatif yang menyediakan profil daging dan ikan yang kaya nutrisi mikro, tapi tanpa dampak lingkungan, dan sistem kami menawarkan solusi berkelanjutan,” kata Reuben Shipway dari Fakultas Biologi dan Ilmu Kelautan Universitas Plymouth, yang terlibat dalam penulisan laporan.
Ia pun mengatakan, mengganti produk protein hewani daging sapi ke nugget kerang telanjang ini dapat menjadi cara untuk mengurangi jejak karbon. Tim peneliti kini sedang menguji berbagai jenis limbah kayu dan pakan alga dalam sistem mereka untuk mengoptimalkan pertumbuhan, rasa, dan profil nutrisi naked clams. Mereka juga bekerja sama dengan Cambridge Enterprise untuk mengomersialkannya.