Kita yang Harus Pakai AI, Jangan AI yang Pakai Kita
Bagi para pendidik ”coding”, membuat gim menggunakan kecerdasan artifisial (AI) adalah cara terbaik untuk mempersiapkan anak-anak di dunia masa depan.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·4 menit baca
”Kami pakai javascript dan html. Kami juga pakai game engine dari Cursor. Dan, kami mengerjakan dengan bantuan AI, artificial intelligence,” ujar Ahsan dengan sedikit kesan gugup di atas panggung di sebuah pusat perbelanjaan di Cibubur, Depok, Jawa Barat, Sabtu (18/11/2023) pagi. Maklum, masih SMP.
Ahsan adalah salah satu dari 70-an siswa SMP dan SMA yang tampil mempresentasikan gim buatan mereka di atas panggung acara puncak Lomba Cipta Game Nasional Powered by AI 2023. Mereka terdiri atas 35 tim dengan anggota masing-masing dua orang.
Lomba Cipta Game Nasional adalah acara tahunan yang diselenggarakan Clevio Coder Camp, sebuah lembaga pendidikan bahasa pemrograman untuk anak usia TK hingga SMA. Clevio pertama kali menyelenggarakan kompetisi pembuatan gim pada 2016.
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Lomba Cipta Game ini mengangkat tema tertentu. Kali ini, dengan acara puncak sekitar sepekan setelah peringatan Hari Pahlawan, tema yang diangkat adalah ”Digital Heroes”. Namun, ada elemen khusus pada Lomba Cipta Game 2023 ini, yakni adanya elemen kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI). Para peserta diajak untuk menciptakan gim dengan memanfaatkan kemampuan AI.
Cofounder dan CEO Clevio Coder Camp Fransiska Oetami atau akrab dipanggil Siska mengatakan, keputusan untuk melibatkan AI dalam lomba cipta gim ini berakar pada munculnya kekhawatiran akan kemampuan AI yang mampu menggantikan manusia dalam pekerjaan-pekerjaan tertentu di masa depan.
Siska meyakini, tidak seharusnya AI dimusuhi sebagai lawan manusia. Manusialah yang harus bisa memanfaatkan AI sebaik-baiknya.
”Manusia yang tidak mampu memanfaatkan AI akan digantikan oleh orang yang mau dan bisa menguasai AI. Jadi, kami ingin anak-anak kita mulai diperkenalkan dengan AI untuk menggunakannya secara efektif,” kata Siska.
Manusia yang tidak mampu memanfaatkan AI akan digantikan oleh orang yang mau dan bisa menguasai AI.
Dalam rangkaian lomba ini, para peserta mengikuti pelatihan daring sejak Oktober 2023 sebanyak tiga kali. Peserta diajari dasar-dasar pemrograman sederhana, termasuk pemanfaatannya dalam menggunakan AI untuk penulisan kode program gim.
Praktisi TI yang juga Cofounder Clevio Coder Camp Aranggi Soemardjan berpendapat bahwa pendidikan seharusnya mewujud layaknya gim video. Idealnya, selayaknya video gim, pendidikan juga bisa menyenangkan bagi anak-anak.
”Pendidikan itu seharusnya seperti gim video, bikin orang suka untuk memecahkan masalah karena playing games is about problem-solving. Dalam bermain gim, kita juga diajarkan untuk trial and error,” kata Aranggi.
Proses pembuatan gim pun dinilai Siska menjadi media yang menarik bagi anak-anak untuk belajar. Tidak hanya dari sisi pengajaran logika dan langkah-langkah berpikir, tetapi juga teknis pembuatan gim sebagai bekal di masa depan. ”Bagi anak-anak yang mau berkarier di dunia game development, saya harap acara ini bisa memacu minat dan bakat mereka,” kata Siska.
Makin bijak pakai AI
Bagi Natan (17) dan Ghazalah (17), murid SMAN 94 Jakarta, rangkaian workshop dan lomba cipta gim ini bahkan menjadi pengalaman pertama merancang dan menulis program. Selama ini, mereka berdua hanya mengonsumsi gim, belum membuatnya sendiri. ”Saya biasanya hanya bermain komputer. Tapi, setelah ikut coding gini, saya jadi tahu bagaimana cara coding-coding sederhana,” kata Ghazalah.
Saya biasanya hanya bermain komputer. Tapi, setelah ikut coding gini, saya jadi tahu bagaimana cara coding-coding sederhana.
Minat Ghazalah di masa depan sebetulnya tidak langsung berhubungan dengan dunia coding dan programming. ”Ingin jadi psikolog,” ujarnya. Namun, dengan mencicipi dunia penulisan kode program, ia merasa kelak kemampuan menulis kode akan penting dan berguna di masa depan.
Sepertinya coding ini akan membantu pekerjaan saya nantinya.
”Sepertinya coding ini akan membantu pekerjaan saya nantinya,” kata Ghazalah. Bagi Natan, pelatihan ini justru menyadarkannya tentang potensi AI di masa depan. Menurut dia, pelatihan ini mengarahkan dia bagaimana cara memanfaatkan AI. ”Program ini mengarahkan kita supaya bisa makin bijak pakai AI, agar di masa depan ini dunia kita enggak berantakan. Kita yang pakai AI, bukan AI yang pakai kita,” kata Natan.
Keberlangsungan masa depan umat manusia memang tampaknya mendapat perhatian khusus dari Ghazalah dan Natan. Gim yang mereka buat berjudul Our Future. Pemainnya diajak untuk melakukan hal-hal sederhana yang dapat mengubah dunia menjadi lebih baik, seperti membersihkan lingkungan sekitar dari sampah.
”Tema lombanya adalah pahlawan. Pahlawan itu bagi kita adalah orang yang bisa membuat perubahan. Apa pun caranya, bahkan dengan langkah kecil pun. Dan, di gim ini para pemain diarahkan mengambil tindakan yang nantinya akan berdampak ke masa depan,” kata Natan.
Bagi Muhammad Rusli (59), ayah dari Ghazalah, meski ia mengetahui bahwa TI bukan minat utama dari anaknya, menurut dia pengetahuan TI menjadi penting. Ia berharap, Ghazalah dapat mengartikulasikan ide-idenya dengan berbekal kemampuan teknologi. ”Harapannya, ide-ide Ghazalah bisa dia sampaikan, bisa dijadikan inspirasi dalam memanfaatkan TI,” kata Rusli.
Di aspek lain, lomba cipta gim ini diharapkan dapat menjadi pemicu bagi anak-anak agar tidak sekadar sebagai penikmat, tetapi juga pembuat gim.
Doni, guru SMKN 1 Gunungputri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menilai bahwa saat ini, kecanduan gim adalah masalah nyata di kalangan muridnya. Lomba cipta gim ini diharapkannya dapat mengajak murid-muridnya untuk mulai mengubah dari minat bermain gim menjadi membuat gim.
”Saya berharap anak-anak jadi sadar bahwa asyik lho bikin gim itu. Enggak cuma main gim saja yang asyik,” ucap Doni.