Watchdoc, Rumah Produksi Indonesia, Terima Penghargaan Ramon Magsaysay
Rumah produksi film dokumenter Indonesia, Watchdoc, dianggap telah berkontribusi bagi peradaban dan masyarakat di Asia melalui karya-karya yang berkualitas.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
Para penerima penghargaan Ramon Magsaysay 2021 di Manila, Filipina, Sabtu (11/11/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Dua tahun lalu, rumah produksi film dokumenter asal Indonesia, Watchdoc, meraih penghargaan Ramon Magsaysay untuk kategori Emergent Leadership. Namun, akibat pandemi Covid-19, hadiah penghargaan yang kerap disebut sebagai ”Nobel versi Asia” itu baru dapat diserahkan tahun ini.
Penyerahan penghargaan Ramon Magsaysay berlangsung di Manila, Filipina, Sabtu, 11 November 2023. Hari itu bertepatan dengan peringatan 65 tahun penghargaan yang diambil dari nama presiden ketujuh Filipina tersebut.
Watchdoc membuat film dokumenter bertema sosial, politik, kemanusiaan, dan lingkungan. Rumah produksi itu dianggap telah berkontribusi bagi peradaban dan masyarakat di Asia melalui karya-karya yang berkualitas dan independen dalam mengangkat isu-isu publik.
”Di tengah informasi yang serba instan, bahkan merebaknya hoaks, Watchdoc mengombinasikan film dokumenter, jurnalisme investigatif, dan mendistribusikannya melalui platform digital dan nonton bersama,” ujar Presiden Yayasan Ramon Magsaysay Award, Susan Afan, dalam siaran pers yang diterima Kompas, Senin (13/11/2023).
Rumah produksi yang didirikan jurnalis Dandhy Laksono dan Andhy Panca pada 2009 ini juga dianggap konsisten mengangkat isu-isu yang diabaikan media-media arus utama. Karena itu, panitia penghargaan Ramon Magsaysay memasukkan Watchdoc dalam kategori Emergent Leadership. Untuk pertama kalinya kategori ini diterima oleh sebuah organisasi, bukan perorangan.
”Yang membanggakan bagi kami adalah penghargaan ini sebagai pengakuan kerja-kerja kolektif, dan bukan pencapaian individual,” kata Dandhy, yang mewakili Watchdoc bersama produser senior, Edy Purwanto.
Watchdoc mendistribusikan film-film karyanya melalui berbagai platform. Film mereka ditonton lewat layar tancap atau nonton bareng, di sekolah dan kampus, jejaring bioskop komersial, televisi, dan internet.
Watchdoc membuat film dokumenter bertema sosial, politik, kemanusiaan, dan lingkungan. Rumah produksi itu dianggap telah berkontribusi bagi peradaban dan masyarakat di Asia melalui karya-karya yang berkualitas dan independen dalam mengangkat isu-isu publik.
Menurut Dandhy, penghargaan ini seperti kontrak sosial yang dianugerahkan kepada mereka. Itu mendorong mereka bekerja lebih keras membuat film dokumenter untuk advokasi dan menjangkau lebih banyak audiens.
”Sebanyak 60 persen (dari penghargaan ini) membuat syok dan jadi beban moral, serta 40 persen lainnya menjadi suntikan energi bagi kami. Kami rasa penghargaan ini diberikan bukan karena kami berbuat sesuatu, melainkan untuk melakukan sesuatu,” ucap Dandhy (Kompas, 1/11/2021).
Selain Watchdoc, penghargaan Ramon Magsaysay 2021 juga diberikan kepada Roberto Ballon (nelayan, Filipina), Firdausi Qadri (dokter, Bangladesh), Steven Muncy (aktivis kemanusiaan Asia), dan M Amjad Saqib (ekonom, Pakistan).
Sementara penghargaan Ramon Magsaysay 2023 diberikan kepada Korvi Rakshand (aktivis pendidikan asal Bangladesh), Eugenio Lemos (petani dari Timor Leste), Miriam Coronel-Ferrer (profesor dari Filipina), dan Ravi Kannan (dokter dari India).
Penghargaan Ramon Magsaysay pertama kalinya diberikan pada 1957 untuk sosok-sosok yang dianggap berpengaruh di Asia. Di antara para penerima adalah Dalai Lama (1958) dan Madam Teresa (1962). Selama 65 tahun, sebanyak 348 tokoh di Asia telah menerima penghargaan ini.
Sementara dari Indonesia tercatat sejumlah tokoh, seperti Ali Sadikin (1971), Gus Dur (1993), dan sastrawan Pramoedya Ananta Toer (1995). Untuk organisasi atau lembaga, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pernah mendapatkan penghargaan tertinggi di Asia itu pada 2013.