Penular Cacar Monyet Berisiko Terjadi Berkepanjangan
Edukasi dan pencegahan penularan cacar monyet perlu terus dilakukan. Meski penularan tak cepat meluas, risiko penularan bisa terjadi dalam waktu lama.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus MPox atau cacar monyet yang dilaporkan di Indonesia kini mencapai 35 kasus. Meskipun penularannya tidak meluas secara cepat, kasus penyakit ini bisa terjadi berkepanjangan. Karena itu, edukasi mengenai cara penularan serta upaya pencegahan harus diperkuat.
Data Kementerian Kesehatan per 6 November 2023 menunjukkan, jumlah total kasus cacar monyet di Indonesia 35 orang, dan 11 kasus di antaranya dinyatakan telah sembuh.
Adapun penyebaran kasus yang dilaporkan terdeteksi di DKI Jakarta sebanyak 28 kasus, di Bandung, Bekasi, dan Tangerang masing-masing satu kasus, serta Kabupaten Tangerang dan Tangerang Selatan masing-masing dua kasus.
Seluruh kasus yang ditemukan berjenis kelamin laki-laki dan mayoritas merupakan LSL (laki-laki berhubungan seksual dengan laki-laki).
Ketua Satuan Tugas MPox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Hanny Nilasari dalam Media Briefing terkait kasus MPox secara daring dari Jakarta, Selasa (7/11/2023), mengatakan, edukasi harus dilakukan secara masif di masyarakat mengenai penularan MPox.
Harapannya, masyarakat, khususnya populasi berisiko seperti kelompok LSL, bisa menekan risiko terjadinya penularan penyakit tersebut.
”Infeksi MPox terlihat seperti tidak terlalu luas. Kasusnya hanya ditemukan 35 kasus hingga saat ini. Namun, (penularan) ini masih bisa berlanjut sampai akhir tahun 2023 atau 2024 karena sudah terjadi penularan lokal,” ujarnya.
Hanny menyampaikan, penularan MPox dapat dikendalikan dengan memperkuat upaya pencegahan dan deteksi dini. Lebih dari 90 persen penularan terjadi melalui kontak erat, terutama akibat kontak seksual.
Pada populasi berisiko diharapkan bisa menghindari perilaku berisiko. Hubungan seksual pun mesti dilakukan dengan aman, yakni menggunakan kondom. Selain itu, vaksinasi sangat disarankan, terutama bagi populasi berisiko terinfeksi.
Pencegahan penularan dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak fisik dengan pasien terduga MPox. Hindari pula penggunaan barang secara bersama, seperti handuk, pakaian, alat mandi, ataupun perlengkapan tidur.
Infeksi MPox terlihat seperti tidak terlalu luas. Kasusnya hanya ditemukan 35 kasus hingga saat ini. Namun, (penularan) ini masih bisa berlanjut sampai akhir 2023 atau 2024 karena sudah terjadi penularan lokal.
Apabila muncul gejala seperti lesi kulit yang tidak khas serta demam, sebaiknya segera konsultasi ke dokter dengan kecurigaan MPox. Kondisi imunokompromais atau gangguan sistem imun serta penyakit kronis dapat menjadi faktor risiko yang patut diwaspadai.
”Banyak warga belum terinformasi dengan baik mengenai apa itu MPox. Diperlukan penyebaran edukasi secara luas kepada masyarakat umum tentang infeksi ini, terutama cara penularan, pencegahan, dan deteksi dini,” ucap Hanny, menambahkan.
MPox merupakan jenis penyakit zoonosis yang disebabkan virus Monkeypox (MPXV). Gejala paling banyak dilaporkan yaitu muncul lesi atau luka, demam, ruam, pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati), sakit tenggorokan, nyeri pada lesi, rasa lemas, dan menggigil.
Vaksin
Hanny menambahkan, penyediaan obat antivirus dan vaksin perlu dipastikan di setiap dinas kesehatan kabupaten atau kota. Obat antivirus dan vaksin diberikan sesuai indikasi serta prioritas pemberian mengingat jumlah yang tersedia masih terbatas.
”Pemberian vaksin bisa diprioritaskan pada nara kontak yang paling dekat dengan pasien. Itu bisa pada pasangan terdekat yang sudah melakukan kontak dengan kasus yang terkonfirmasi,” ujarnya.
Secara terpisah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR mengatakan, pemerintah telah menyiapkan obat dan vaksin untuk penanganan kasus MPox. Setidaknya dibutuhkan sekitar 6.000 dosis vaksin MPox.
Jumlah itu merujuk pada perkiraan jumlah kasus MPox di Indonesia yang mencapai 1.500 kasus dengan rata-rata kontak erat sebanyak dua orang. Vaksin diberikan sebanyak dua dosis untuk setiap sasaran.
Budi menambahkan, Kementerian Kesehatan tengah melaksanakan pengadaan obat dan vaksin MPox sebanyak 1.008 botol tecovirimat dan 4.500 dosis vaksin MPox. Obat dan vaksin tersebut diperkirakan tersedia pada Minggu keempat November 2023.
”Vaksin akan diberikan pada kelompok dengan faktor risiko khusus. Pada kasus yang dilaporkan saat ini hampir semuanya bisa sembuh,” ucapnya.