Arsitek Perancis Mulai Periksa Bangunan Museum Nasional
Arsitek Perancis yang pernah terlibat dalam restorasi Katedral Notre-Dame, Paris, Perancis, mulai mengevaluasi bangunan Museum Nasional Indonesia.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Proses pemulihan Museum Nasional Indonesia terus dilakukan. Ahli arsitektur yang terlibat dalam restorasi Katedral Notre-Dame, Paris, Perancis, sudah memulai perbaikan struktur bangunan museum yang terdampak dan memastikan stabilitas struktur bangunan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Ahli arsitektur dari Perancis tersebut adalah Cédric Trenesaux dan Frédéric Martorello. Mereka merupakan pakar monumen bersejarah dan bangunan warisan khusus dengan pengalaman yang luas, termasuk dalam menangani kerusakan pascakebakaran pada bangunan bersejarah.
”Bulan ini, tim ahli arsitektur yang didelegasikan Kedutaan Besar Perancis di Indonesia telah mendukung kami dalam menyusun rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk mendukung pemulihan bangunan Museum Nasional Indonesia yang terdampak kebakaran,” kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB) Ahmad Mahendra dalam siaran pers, Kamis (26/10/2023).
Fokus kami restorasi Museum Nasional Indonesia dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengundang ahli dari Perancis karena pengalaman mereka dalam menangani kebakaran Katedral Notre-Dame pada Senin (15/4/2019) silam. Gedung cagar budaya yang berdiri di Kota Paris sejak abad ke-12 itu juga menyimpan berbagai karya seni dan relik agama yang tak ternilai.
Ahmad mengatakan, kedua ahli dari Perancis ini menyampaikan bahwa laporan komprehensif yang dihasilkan tim ahli dapat segera diimplementasikan bersama untuk menstabilkan bangunan museum terdampak. Hal ini dilakukan untuk melindungi bangunan warisan, koleksi, serta para pekerja di area yang terkena dampak.
”Fokus kami restorasi Museum Nasional Indonesia dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu,” ucapnya.
Hingga Rabu (24/10/2023), total artefak yang berhasil diidentifikasi mencapai 703 artefak dari total 817 koleksi terdampak. Proses ini diperkirakan selesai bulan ini. Sementara itu, sebanyak 694 koleksi, di antaranya, telah selesai di klasifikasikan dan sedang melalui uji sampel dan analisis di Balai Konservasi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Sebanyak 817 koleksi terdampak itu berada di Gedung A Museum Nasional. Ratusan koleksi itu ada di enam ruangan, yakni di Galeri Prasejarah (116 koleksi), Galeri Keramik (226), Galeri Perunggu (110), Galeri Terakota (184), Ruang Budaya Indonesia (125), dan Ruang Peradaban Islam (56).
Koleksi tersebut kebanyakan terbuat dari perunggu, keramik, terakota, dan kayu. Ada pula koleksi miniatur dan replika benda prasejarah yang ditemukan dalam kondisi utuh ataupun rusak ringan sampai berat.
Sebelumnya, Direktur Perlindungan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Judi Wahjudin mengungkapkan, Museum Nasional Indonesia yang terbakar pada Sabtu (16/9) akan distandardisasi ulang. Proses ini melibatkan semua pihak terkait, mulai dari kementerian dan lembaga terkait hingga para ahli konservator, arkeolog, antropolog, budayawan, sejarawan, kurator, dan akademisi.
Standardisasi museum ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum. Adapun aspek standardisasinya mencakup tata pengelolaan, tanah dan bangunan, pengamanan, pengelolaan koleksi, pengkajian, pendanaan, aktivitas dan program, hingga pemanfaatan museum di luar tugas dan fungsi museum.
”Tentu kemarin pelajaran yang baik buat kami. Pengawasan harus melekat dan jangan terlena dengan kondisi kenyamanan yang ada. (Kebakaran) Museum Nasional sekarang masih dikaji penyebabnya, tetapi berdasarkan kejadian tersebut akan dilakukan kajian yang lebih detail lagi,” kata Judi di Museum Bahari, Jakarta, Rabu (18/10/2023).
Sampai saat ini, Museum Nasional masih ditutup untuk pengunjung sampai waktu yang belum ditentukan. Ahmad Mahendra berharap, dengan adanya dukungan dari berbagai ahli dari dalam dan luar negeri dapat mempercepat proses pemulihan Museum Nasional Indonesia sehingga dapat kembali dinikmati oleh masyarakat Indonesia dan pengunjung mancanegara.