Hasil temuan peneliti dari Copenhagen University, parkinson merupakan penyakit degeneratif yang disebabkan oleh penyebaran materi genetik yang rusak.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sampai saat ini, pemahaman tentang penyakit parkinson masih sangat terbatas sehingga berdampak terhadap minimnya pilihan pengobatan. Namun, tim peneliti mengungkap informasi baru tentang parkinson dan menemukan bahwa penyakit degeneratif ini disebabkan oleh penyebaran materi genetik yang rusak.
Temuan ini menjadi informasi baru yang penting khususnya untuk meningkatkan upaya penanganan dan pengobatan parkinson. Sebab, selama ini banyak pihak yang menilai bahwa mayoritas pasien parkinson disebabkan faktor genetik dalam keluarga.
Profesor Shohreh Issazadeh-Navikasdari Copenhagen University, Denmark, yang memimpin penelitian ini telah mengungkap wawasan baru terkait cara kerja otak pada pasien parkinson. Laporan studi ini terbit di Nature Molecular Psychiatry, 2 Oktober 2023.
Hasil penelitiannya menunjukkan, pasien parkinson mengalami kerusakan mitokondria yang merupakan penghasil energi vital dalam sel-sel otakkhususnya neuron. Kondisi ini menyebabkan gangguan pada DNA mitokondria hingga memicu dan menyebarkan penyakit seperti api ke seluruh otak.
”Dari temuan kami, penyebaran materi genetik yang rusak,yakni DNA mitokondria,menyebabkan gejala yang mengingatkan pada penyakit parkinson dan berkembang menjadi demensia,” ujarnya dikutip dari situs resmi Copenhagen University, Jumat (6/10/2023).
Dalam studi ini, peneliti mengamati otak manusia dan tikus. Mereka kemudian menemukan bahwa kerusakan mitokondria pada sel-sel otak terjadi dan menyebar ketika sel-sel tersebut memiliki cacat pada gen respons anti-virus.
Shohreh menjelaskan, fragmen kecil yang sebenarnya merupakan DNA dari mitokondria umumnya dilepaskan ke dalam sel. Ketika fragmen DNA yang rusak ini salah tempat, mereka akan menjadi racun bagi sel dan mendorong sel-sel saraf untuk mengeluarkannya.
”Mengingat sifat sel-sel otak yang saling berhubungan, fragmen DNA beracun ini menyebar ke sel-sel yang berdekatan dan jauh. Kondisi ini mirip dengan kebakaran hutan yang tidak terkendali yang dipicu oleh api unggun biasa,” tuturnya.
Penanda biologis (biomarker) adalah indikator obyektif dari kondisi medis tertentu yang diamati pada pasien. Biomarker juga memberikan wawasan mengenai penyakit tertentu seperti mutasi gen pada kanker atau kadar gula darah pada diabetes. Mengidentifikasi biomarker penyakit parkinson memberikan harapan besar untuk meningkatkan pengobatan di masa depan.
”Ada kemungkinan kerusakan DNA mitokondria di sel otak bocor dari otak ke dalam darah. Hal ini memungkinkan pengambilan sampel kecil darah pasien sebagai cara untuk mendiagnosis sejak dini,” katanya.
Emilie Tresse dari Copenhagen University yang juga terlibat dalam studi ini menyebut bahwa penelitian ini menandai langkah awal menuju pemahaman yang lebih baik tentang penyakit parkinson. Pada akhirnya hal ini juga dapat menjadi jalan untuk pengembangan pengobatan, diagnostik, dan penyembuhan penyakit parkinson di masa depan.
Upaya selanjutnya yang perlu dilakukan para peneliti ialah mengamati bagaimana kerusakan DNA mitokondria dapat berfungsi sebagai penanda prediktif untuk berbagai tahapan dan perkembangan penyakit. Mereka juga akan mengeksplorasi strategi terapi potensial yang bertujuan memulihkan fungsi mitokondria normal guna memperbaiki disfungsi mitokondria yang terlibat dalam parkinson.
Parkinson adalah suatu kondisi kronis yang memengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan gejala seperti kesulitan berjalan, gemetar, gangguan kognitif, hingga akhirnya memicu demensia.Penyakit ini menimpa lebih dari 10 juta orang di seluruh dunia. Meskipun saat ini belum ada obatnya, perawatan medis tertentu dapat meredakan gejala parkinson.