Bagaimana Banjir Bisa Meningkatkan Risiko Kematian sekalipun Sudah Berlalu
Studi di 34 negara menemukan orang-orang yang terdampak banjir memiliki risiko kematian meningkat signifikan dalam beberapa pekan setelah bencana.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penelitian di 34 negara menemukan orang-orang yang terdampak banjir memiliki risiko kematian naik signifikan tiga dan enam minggu setelah bencana tersebut. Hal itu disebabkan antara lain kontaminasi makanan dan minuman, paparan patogen, dan terganggunya akses kesehatan.
Studi yang dipimpin para ilmuwan Monash University di Australia ini diterbitkan di The British Medical Journal (BMJ) pada Senin (2/10/2023). Para peneliti menemukan bahwa risiko kematian meningkat dan bertahan hingga 60 hari setelah satu hari terkena banjir.
Risiko kematian ini meningkat 2,1 persen untuk semua penyebab kematian dan 4,9 persen kematian akibat pernapasan. Sementara untuk kematian akibat penyakit kardiovaskular meningkat hingga 50 hari setelah banjir sebesar 6 persen,
Temuan ini menjadi peringatan serius karena banjir mencakup hampir setengah (43 persen) dari semua bencana alam dan diperkirakan makin parah, durasi, dan frekuensinya seiring perubahan iklim. Sebanyak 23 persen penduduk terpapar langsung genangan dengan kedalaman lebih dari 0,15 meter setiap dekadenya.
Penelitian ini dipimpin Shanshan Li dan Yuming Guo dari Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Pengobatan Pencegahan Universitas Monash bekerja sama dengan London School of Hygiene and Tropical Medicine.
Riset tersebut memberikan garis waktu pertama mengenai dampak kesehatan dari banjir, yang memengaruhi otoritas kesehatan setempat dan pembuat kebijakan mempunyai cetak biru mengenai kapan mereka harus secara aktif memantau masyarakat yang terkena dampak banjir.
Para peneliti mempelajari 761 komunitas dari 34 negara yang pernah mengalami setidaknya satu peristiwa banjir selama 2000-2019, meninjau total 47,6 juta kematian akibat semua penyebab, termasuk 11,1 juta kematian akibat penyakit kardiovaskular, dan 4,9 juta kematian akibat pernapasan dalam periode riset.
Menurut Guo, hubungan antara kematian akibat banjir ini bervariasi menurut tipe iklim setempat dan lebih kuat pada populasi dengan status sosial ekonomi rendah atau proporsi populasi lanjut usia yang tinggi.
Dua perempuan melintasi jalan yang terendam banjir akibat badai Idalia di Batabano, Kuba, S29 Agustus 2023. Idalia menguat menjadi badai pada Selasa dan meluncur menuju Pantai Teluk Florida.
”Sekarang kita mengetahui pertanyaan yang muncul: apakah risiko kematian pada masyarakat umum berubah setelah banjir? Jawabannya adalah ya dan hal ini perlu diperhitungkan dalam respons kebijakan terhadap peristiwa banjir,” katanya.
Menurut Li dari Monash University, salah satu penulis utama makalah ini, ”Penelitian kami menunjukkan semua penyebab, risiko kematian akibat kardiovaskular, dan pernapasan mencapai puncaknya pada sekitar 25 hari dan berlangsung hingga 60 hari setelah terpapar banjir.”
Faktor Risiko
Peningkatan risiko kematian setelah banjir dipicu oleh berbagai faktor, di antaranya kontaminasi makanan dan air, paparan patogen (misalnya jamur, bakteri, dan virus), gangguan akses terhadap layanan kesehatan, dan gangguan psikologis.
Penelitian kami menunjukkan semua penyebab, risiko kematian akibat kardiovaskular, dan pernapasan mencapai puncaknya pada sekitar 25 hari dan berlangsung hingga 60 hari setelah terpapar banjir.
Menurut Guo, penyedia layanan kesehatan harus menyadari peningkatan risiko kesehatan setelah banjir, khususnya di komunitas rentan dan ketika banjir terus terjadi, karena dampak kesehatan akan terakumulasi.
”Mereka harus menerapkan pengetahuan ini ke dalam praktik mereka dan bersiap menghadapi tuntutan layanan kesehatan yang tiba-tiba meningkat untuk mengurangi kematian yang disebabkan oleh sebab alamiah,” katanya.
Selain itu, para peneliti merekomendasikan agar institusi kesehatan masyarakat memantau perubahan angka kematian dalam 25 hari setelah banjir untuk memungkinkan intervensi yang cepat.
”Para pengambil kebijakan harus memprioritaskan kesiapsiagaan bencana yang komprehensif, sistem peringatan dini, dan protokol tanggap bencana yang efisien mengurangi kematian akibat banjir. Hal ini termasuk adaptasi perubahan iklim karena proyeksi peningkatan banjir secara global,” sebut para peneliti.