Biomekatronika Dapat Diaplikasikan untuk Mengidentifikasi Bakat Atlet
Biomekatronika memiliki peluang riset atau pemanfaatan di bidang olahraga, khususnya mengidentifikasi bakat atlet.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH (DRI)
Gelandang Gavin Kwan Adsit dan Stefano Lilipaly melakukan terapi penyembuhan cedera di sela-sela mengikuti pemusatan latihan timnas sepak bola Indonesia di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Selasa (18/2/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Biomekatronika memiliki peluang riset dan pemanfaatan dalam bidang olahraga modern. Selain bisa mengidentifikasi bakat atlet, disiplin ilmu yang menggabungkan ilmu biomekanik dengan teknologi robotika dan elektronika ini bisa untuk mendukung aplikasi medis.
Menurut Kepala Laboratorium Olahraga Universitas Islam ’45 Aridhotul Haqiyah, biomekatronika merupakan ilmu yang mengintegrasikan elemen mekanis, elektronik, dan bagian dari organisme biologis atau mencakup robotika dan ilmu saraf.
”Jadi, implementasi riset biomekatronika akan memiliki dampak positif yang signifikan pada peningkatan kinerja atlet,” ujarnya dalam webinar bertajuk ”Aplikasi Riset Biomekatronika di Bidang Sport Science, Ergonomi Industri, dan Rehabilitasi Medik” yang diselenggarakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Jakarta, Rabu (27/9/2023).
Beberapa hal yang bisa dimanfaatkan dalam riset biomekatronika di ilmu keolahragaan adalah untuk analisis dan pengembangan teknik atlet.
Biomekatronika juga bisa dipakai untuk pemantauan kinerja real-time, desain alat tes dan peralatan latihan yang lebih baik, pengembangan program latihan yang efektif, serta pencegahan cedera agar penyembuhan bisa lebih cepat.
Implementasi riset biomekatronika akan memiliki dampak positif yang signifikan pada peningkatan kinerja atlet.
Menurut Aridhotul, biomekatronika memiliki peluang riset, khususnya untuk identifikasi bakat atlet, performa fisik, dan pengembangan berbagai instrumen lain. Khusus untuk identifikasi bakat atlet, riset ini dapat digunakan pada cabang olahraga sepak bola.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Para atlet lari jarak pendek mengikuti sesi latihan penguatan otot di Pelatnas PB PASI di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (26/8/2019). Penguatan otot ini menjadi salah satu latihan penting untuk meningkatkan performa atlet, terutama menghadapi kejuaraan-kejuaraan kelas dunia.
”Beberapa temuan dari hasil riset oleh perguruan tinggi, identifikasi bakat atlet yang saat ini dilakukan salah satunya memakai sport search. Hal ini merupakan adopsi dari Australia yang dilakukan pada anak berusia 11-15 tahun dengan variabel diukur terkait dengan antropometri (pengukuran fisik),” tuturnya.
Riset biomekatronika untuk identifikasi bakat ini dapat jadi fokus karena olahraga prestasi memerlukan profil biologis, khususnya dengan memahami ciri-ciri atau kemampuan biomotorik serta psikologis yang kuat. Pemanduan bakat bertujuan, antara lain, memprediksi peluang seseorang mencapai prestasi maksimal.
Para peneliti dari Kroasia saat ini juga mengembangkan sistem berupa website untuk mengidentifikasi bakat olahraga anak-anak dan remaja berusia 6-18 tahun. Melalui sistem tersebut, peneliti bisa mengetahui persentase potensi cabang olahraga dari anak tersebut.
Terkait penerapan di Indonesia, kata Aridhotul, peneliti dan akademisi dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) juga sudah melakukan riset identifikasi bakat atlet dayung yunior menggunakan model logika fuzzy.
Model logika fuzzy merupakan cabang ilmu matematika yang mempunyai fungsi untuk memberikan pemodelan pemecahan masalah seperti yang dilakukan manusia dengan bantuan teknologi komputer.
KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO
Salah satu perlengkapan olahraga renang dipamerkan dalam kegiatan Indonesia Sport Expo and Forum (ISEF) di Jakarta, Rabu (21/8/2019). Pameran ini dibuka untuk memperkenalkan berbagai peralatan dan perlengkapan olahraga modern.
”Hasil riset itu menunjukkan 88,5 persen atlet dayung didukung kriteria antropometri. Jadi, riset penting dilakukan untuk identifikasi bakat dengan salah satu variabel antropometri. Hasil riset di Australia menyebut pentingnya variabel antropometri untuk identifikasi atlet cabang olahraga berkelompok,” ucapnya.
Aplikasi medis
Selain olahraga, biomekatronika dapat dioptimalkan untuk aplikasi medis berfokus pada penerapan prinsip rekayasa pada sistem biologi. Biomekatronika untuk medis ini menggabungkan beberapa ilmu teknik dan sistem biologis untuk mengembangkan alat kesehatan dan peralatan terkait dengan terapi.
Menurut dosen Program Studi Teknik Mesin Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, Wahyu Dwi Lestari, biomedical engineering dimulai sebelum 1960. Alat kesehatan yang dikembangkan berupa x-ray, elektrokardiogram, kardiopulmumonari, teknologi produksi antibodi, dan defibriliator.
”Seorang teknisi bidang biomedis terlibat mengembangkan perawatan maupun produk medis seperti peningkatan mesin pencitraan atau biomaterial. Untuk pengembangan artifisial organ butuh kajian dari segi mekanisme maupun fungsi organ yang akan digantikan,” ungkapnya.