Dengan meraba nadi menggunakan kedua jari, kita dapat mengetahui irama jantung yang menunjukkan kondisi kesehatan kita.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Deteksi dini menjadi kunci dalam pencegahan penyakit jantung. Upaya ini bisa dilakukan secara mandiri dengan meraba nadi sendiri. Bila terdapat kelainan irama jantung, kita bisa mencegah risiko terburuk dengan mengubah gaya hidup dan rutin berolahraga.
Guru Besar Aritmia Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, Yoga Yuniadi, mengatakan, meraba nadi sendiri bisa mendeteksi kelainan irama jantung. Gerakan yang dinamakannya "menari" atau "meraba nadi sendiri" ini bisa dilakukan dengan mudah oleh siapapun dan di mana pun.
"Ini merupakan salah satu cara mudah untuk mengenali atrial fibrilasi serta gangguan irama jantung lainnya yang diharapkan dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti stroke dan gagal jantung," kata Yoga dalam jumpa pers Hari Jantung Sedunia 2023 di Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (26/9/2023).
Selain bisa meningkatkan daya tahan tubuh, olahraga juga menjadi salah satu ajang rekreasi yang menyehatkan juga dapat mengurangi risiko penyakit jantung.
Caranya, tempelkan ujung jari telunjuk dan jari tengah pada bagian pergelangan tangan kiri, tepat pada pangkal bawah ibu jari atau sebaliknya. Bisa juga pada area leher rahang bawah pada salah satu sisi tenggorokan.
Tekan jari secara lembut dan rasakan denyut nadi pada bagian tersebut, sesuaikan letak jari hingga bisa merasakan adanya denyut nadi di sana. Jangan menggunakan ibu jari agar tidak salah hitung, karena bagian jari ini memiliki denyut nadinya sendiri.
Hitung denyut nadi selama 30 detik lalu kalikan dua untuk mengetahui kecepatan detak jantung. Bisa juga dengan menghitung denyut nadi selama 10 detik dan mengalikannya dengan enam. Namun, untuk hasil penghitungan yang lebih akurat bisa menghitung selama 1 menit penuh.
Perkiraan detak jantung normal pada manusia berdasarkan umur dalam satuan bpm (denyut per menit) adalah pada bayi baru lahir (100-160 bpm), bayi umur 0-5 bulan (90-150 bpm), bayi 6-12 bulan (80-140 bpm), anak balita 1-3 tahun (80-130 bpm), balita 3-4 tahun (80-120 bpm), anak 6-10 tahun (70-110 bpm), anak 11-14 tahun (60-105 bpm), remaja 15 tahun ke atas (60-100 bpm).
Sementara detak jantung normal dewasa terkadang berbeda sesuai dengan kondisi kesehatannya. Bagi orang dewasa atau yang lebih tua adalah 50-100 bpm.
Gejala-gejala penyakit jantung lain yang perlu diperhatikan adalah cepat lelah, irama jantung tak beraturan, sesak napas, berdebar, dan kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari. Kemudian, rasa nyeri di dada terasa seperti tertekan dan diikat, serta pusing juga rasa mengambang seperti berputar hingga pingsan.
"Jika kita mengalami gejala-gejala seperti yang disebutkan, jangan ragu untuk konsultasikan ke dokter agar bisa ditangani sesuai kebutuhan," ujarnya.
Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sampai saat ini menduduki peringkat nomor satu dalam mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan) di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan 2018 menunjukan tren peningkatan penyakit jantung, yakni 0,5 persen pada 2013 menjadi 1,5 persen pada 2018.
Penyakit jantung yang dimaksud, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, gagal jantung, serangan jantung/sindrom koroner akut, kelainan irama jantung, atau kematian mendadak, dan banyak lagi. Beberapa faktor penyebab penyakit jantung yang dapat dikendalikan meliputi pola makan, kontrol stres, konsumsi rokok, konsumsi alkohol, serta kebiasaan berolahraga.
Secara global, menurut data WHO, penyakit jantung koroner dan stroke masih menyumbang 16 persen dari penyebab kematian. Pada 2020 saja terdapat sekitar 20 juta orang di dunia meninggal karena jantung dan stroke dan diprediksi akan meningkat menjadi 24,2 juta orang pada 2030.
“Meskipun begitu, penyakit jantung merupakan penyakit yang dapat dicegah dan dideteksi secara dini oleh masyarakat," ujar Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) Radityo Prakoso.
Aktivitas fisik
Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia Esti Nurjadin menambahkan, pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah pada populasi umum dapat dimulai dari modifikasi gaya hidup. Ini tidak hanya berlaku pada kelompok usia lanjut, tetapi pada semua kelompok umur dianjurkan untuk menghindari gaya hidup yang tidak banyak bergerak dan berolahraga dalam batas toleransi individu.
Salah satu aktivitas fisik yang paling mudah dilakukan adalah berjalan kaki. Berjalan dapat memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan. Lebih dari itu, berjalan kaki juga bermanfaat besar bagi kesehatan jantung.
"Olahraga adalah salah satu cara paling ampuh untuk menjaga kesehatan. Selain bisa meningkatkan daya tahan tubuh, olahraga juga menjadi salah satu ajang rekreasi yang menyehatkan juga dapat mengurangi risiko penyakit jantung," kata Esti.
Dalam rangka memperingati Hari Jantung Sedunia 2023, YJI dan Perki akan menyelenggarakan beberapa kegiatan. Sejumlah kegiatan itu, di antaranya jalan sehat sejauh 7 km dengan rute membentuk hati yang akan diselenggarakan di 8 kota besar di Indonesia (Jakarta, Pontianak, Bandung, Medan, Malang, Mataram, Palembang, dan Makassar), serta pemecahan Rekor MURI untuk kegiatan pemeriksaan mandiri menilai denyut nadi diri sendiri (menari) dengan peserta terbanyak yang dilakukan serentak di berbagai kota di Indonesia.
Selain itu, juga ada sosialisasi kegiatan Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada masyarakat umum sebagai kegiatan edukasi dan praktik langsung terhadap para penanganan pertama terhadap pasien henti jantung di lapangan. Puncaknya akan diramaikan oleh parade kostum dengan tema Hari Jantung Sedunia dan penampilan spesial dari grup musik RAN di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta pada Kamis (28/9/2023).