Orang yang Mulai Merokok Sebelum Usia 20 Tahun Lebih Kecanduan
Berdasarkan penelitian terbaru, orang yang mulai merokok di bawah usia 20 tahun lebih kecanduan dan sulit untuk berhenti merokok.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Banyak negara menetapkan batas usia minimal 18 tahun untuk membeli atau mengonsumsi produk tembakau. Sejumlah peneliti menilai batasan usia itu perlu dinaikkan. Berdasarkan penelitian terbaru, orang yang mulai merokok di bawah usia 20 tahun lebih kecanduan dan sulit untuk berhenti.
Penelitian yang dipresentasikan pada Kongres European Society of Cardiology (ESC) 2023 ini menguji hubungan antara usia mulai merokok, ketergantungan nikotin, dan berhenti merokok. Penelitian melibatkan para perokok yang pernah mengunjungi klinik berhenti merokok di Jepang.
Penulis penelitian itu, Koji Hasegawa dari National Hospital Organization Kyoto Medical Center, Kyoto, Jepang, mengatakan, mulai merokok sejak dini dikaitkan dengan ketergantungan nikotin yang lebih tinggi. ”Studi ini menunjukkan bahwa meningkatkan usia legal untuk membeli produk tembakau menjadi 22 tahun atau lebih dapat mengurangi jumlah orang yang kecanduan nikotin dan berisiko mengalami konsekuensi kesehatan yang merugikan,” ujarnya dilansir dari Eurekalert.org, Senin (28/8/2023).
Peserta penelitian melalui Fagerström Test for Nicotine Dependence (FTND) yang merupakan instrumen tes standar untuk mengukur tingkat ketergantungan perokok pada nikotin. Tes ini memuat sejumlah pertanyaan, seperti seberapa cepat waktu merokok setelah bangun pagi, apakah sulit berhenti merokok di tempat yang dilarang, dan berapa batang rokok yang diisap setiap hari.
Riset ini diikuti oleh 1.382 perokok dengan 30 persen di antaranya perempuan. Rata-rata usia saat pertama kali datang ke klinik berhenti merokok adalah 58 tahun.
Sebanyak 556 perokok mulai merokok sebelum usia 20 tahun. Sementara 826 perokok memulainya saat berusia 20 tahun ke atas. Usia 20 tahun digunakan sebagai batas karena merupakan usia legal untuk merokok di Jepang.
Hanya 46 persen peserta yang mulai merokok sebelum usia 20 tahun berhasil berhenti merokok. Sementara keberhasilan kelompok yang memulai merokok pada usia 20 tahun ke atas mencapai 56 persen.
Karbon monoksida dalam napas diukur untuk menunjukkan jumlah rokok yang diisap dalam 24 jam terakhir. Penghentian merokok didefinisikan sebagai tidak merokok dalam tujuh hari terakhir dan tingkat karbon monoksida yang diembuskan kurang dari 7 ppm.
Para peneliti menganalisis hubungan antara ketergantungan nikotin dan keberhasilan berhenti merokok berdasarkan usia peserta mulai merokok. Analisis disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia pada saat mendatangi klinik berhenti merokok.
Mereka yang mulai merokok lebih awal melaporkan konsumsi rokok lebih tinggi dengan 25 batang per hari. Sementara yang mulai merokok pada usia 20 tahun ke atas menghabiskan 22 batang per hari.
”Perokok yang memulai lebih awal memiliki tingkat karbon monoksida pernapasan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memulainya terlambat,” kata Hasegawa.
Hanya 46 persen peserta yang mulai merokok sebelum usia 20 tahun berhasil berhenti merokok. Sementara keberhasilan kelompok yang memulai merokok pada usia 20 tahun ke atas mencapai 56 persen.
Dalam penelitian lain di Medical University of South Carolina, Amerika Serikat, disebutkan bahwa upaya berhenti merokok telah dilakukan sejumlah perokok di banyak negara. Studi ini menganalisis penggunaan rokok elektrik dan dampaknya sebagai alat bantu berhenti merokok.
”Ini bukanlah obat mujarab untuk berhenti merokok,” kata Matthew Carpenter, penulis pertama penelitian tersebut.
Penggunaan rokok elektrik untuk membantu berhenti merokok masih terus diperdebatkan. Rokok elektrik juga mengandung bahan kimia berbahaya yang membuat banyak aktivis kesehatan masyarakat menyarankan untuk menghindarinya.