Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Melani Budianta menerima penghargaan BRIN Sarwono Award 2023. Melani salah seorang yang memelopori pengembangan kajian budaya dan sastra di Indonesia.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Melani Budianta menerima penghargaan BRIN Sarwono Award 2023. Melani dianggap telah memberikan sumbangsih yang nyata dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan serta kemanusiaan, khususnya dalam memelopori pengembangan kajian budaya dan sastra di Indonesia.
Acara penghargaan BRIN Sarwono Award XXI dan penyampaian Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XXIIIdiselenggarakan di Auditorium Sumitro Djojohadikusumo, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta, Rabu (23/8/2023). Pemberian penghargaan diberikan langsung oleh Kepala BRIN Laksana Tri Handoko.
Melani pertama kali mendalami ilmu kesusastraan saat menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) yang ia selesaikan pada 1979. Melani kemudiian melanjutkan studi magister di University of Southern California pada 1981 dan menyelesaikan studi doktoral di English Literature, Cornell University, Amerika Serikat, pada 1992.
Setelah menyelesaikan studi doktoral dan kembali ke Indonesia, wanita kelahiran Malang, 16 Mei 1954, ini mulai mengembangkan kajian budaya dan sastra di dalam negeri. Kajian yang dilakukan Melani menitikberatkan pada masyarakat dan ekosistem sastra itu sendiri.
Selain aktivitasnya sebagai guru besar UI, sampai sekarang Melani masih terus aktif mengembangkan kajian budaya dengan menjadi anggota jejaring digital aktivitas kampung, yakni Jaringan Kampung Nusantara (Japung Nusantara). Ia juga mengembangkan kajian transdisiplin untuk membangunan pengetahuan budaya bersama aktivis lokal.
”Merefleksikan perjalanan keilmuan saya yang muncul bukan capaian, tetapi suatu proses pergulatan dan pembelajaran seumur hidup tentang makna hidup serta kemanusiaan yang tak lepas dari konteks zaman dan relasi kuasa. Saya sangat bersyukur proses ini dihargai,” ujar Melani saat memberikan sambutan.
Menurut Melani, kemampuan untuk membayangkan dan menghayati keragaman sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Sebab, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan budaya tertinggi di dunia. Oleh karena itu, peran sastra sangat strategis dalam menjaga kemajemukan ini.
”Melalui sajak Taufik Ismail, anak-anak muda yang tinggal di Jawa bisa membayangkan Sumba yang tidak pernah dilihat dan merasakan tinggal di sana,” ungkapnya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan budaya tertinggi di dunia. Oleh karena itu, peran sastra sangat strategis dalam menjaga kemajemukan ini.
Melani menyatakan, karya sastra bukan hanya memungkinkan pembaca membayangkan dirinya menjadi satu bangsa dengan berbagai kelompok masyarakat yang tidak pernah ditemuinya. Namun, karya sastra membawa pembaca masuk ke dalam era dan zaman yang berbeda serta ikut merasakan proses kesejarahan yang membangun negara.
Sebagai bidang kajian, selain mengaitkan teks sastra dengan konteks masyarakatnya, ilmu kesusastraan juga mengasah daya nalar kritis untuk menggali segala hal yang tersirat. Di sisi lain, ilmu kesusastraan juga dapat membongkar retorika dan siasat narasi untuk mengarahkan emosi, menunjukkan kelenturan pengaruh lintas, serta mengungkap konstruksi ideologis maupun kemungkinan-kemungkinan pemaknaannya yang sangat kompleks.
”Dalam penerapannya di masyarakat, beragam tradisi bertutur, seperti tradisi lisan, manuskrip, sampai teater rakyat, menjadi sarana untuk membangun kebersamaan serta mewariskan memori kolektif dari satu generasi ke generasi lainnya,” katanya.
”Memorial lecture”
Dalam kesempatan yang sama, Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture tahun ini disampaikan Rektor Universitas Hasanuddin Makassar, Jamaluddin Jompa. Jamaluddin yang juga merupakan guru besar bidang biologi dan ekologi kelautan ini menyampaikan orasi ilmiah bertajuk ”Pemberdayaan Sosietal untuk Jagat Nusantara”.
Dalam orasi ilmiahnya, Jamaluddin menekankan pentingnya memasukkan inklusi dan transformasi sosial khususnya bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil guna membangun kesejahteraan ekonomi dan ekologi. Inklusi ini merupakan langkah awal dalam mewujudkan peradaban bahari sebagai poros maritim.
”Cita-cita negara untuk mencapai Indonesia emas 2045 seyogianya mempertimbangkan mereka sebagai negara paling awal yang tercapai cita-citanya. Bila pendapatan nasional bruto Indonesia memenuhi kriteria negara maju, semoga saja mereka kebagian kue kemajuan dalam porsi paling besar dalam misi transformasi sosial dan ekonomi,” ucapnya.
Sejak pertama kali diadakan pada 2002 sampai saat ini, BRIN Sarwono Award sudah diberikan kepada 31 ilmuwan yang telah memberikan sumbangsih nyata dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Sementara sejak 2001, sebanyak 22 kuliah ilmiah sudah disampaikan oleh penerima Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture. Sebelumnya, penghargaan ini diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Laksana Tri Handoko mengatakan, Sarwono Award merupakan apresiasi atau penghargaan kepada peneliti atau akademisi yang bersifat pengabdian seumur hidup (lifetime achievement). Oleh karena itu, penghargaan ini diberikan kepada peneliti atau akademisi yang telah tekun dan berkomitmen di bidangnya masing-masing sejak puluhan tahun lalu.
”Kami tidak sekadar memberikan penghargaan kepada sivitas akademika terkait arkeologi dan sastra. Akan tetapi, kami juga telah menetapkan program spesifik di bidang arkeologi, manuskrip, dan tradisi lisan,” katanya.