Minim Awan di Jabodetabek, Modifikasi Cuaca Dihentikan Sementara
Keberadaan awan kumulus dan stratokumulus sebagai target untuk ditaburkannya garam dan kapur tohor masih minim di langit Jabodetabek. Operasi TMC akan dilanjutkan pada 24 Agustus 2023.
Oleh
Stephanus Aranditio
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah tiga hari melakukan penyemaian garam ke langit untuk membuat hujan buatan demi mengurangi polusi udara, Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN menghentikan sementara operasi teknologi modifikasi cuaca atau TMC di wilayah Jabodetabek. Operasi akan dilanjutkan pada Kamis (24/8/2023).
Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN Budi Harsoyo menjelaskan, keberadaan awan kumulus dan stratokumulus sebagai target untuk ditaburkannya NaCl atau garam masih minim di langit Jabodetabek. Hal ini disebabkan musim kemarau sehingga peluang untuk turun hujan cukup berat.
”Hasil rapat sore kemarin diputuskan kegiatan TMC sementara dihentikan karena BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) menilai potensi hujan kecil. Operasi akan dilanjutkan kembali mulai 24 Agustus mendatang,” kata Budi saat dihubungi, Selasa (22/8/2023).
Posko operasi TMC yang sebelumnya dipusatkan di Bandara Lanud Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, juga akan dipindahkan ke Bandara Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta. Operasi TMC ini dilakukan oleh tim gabungan dari BRIN, BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan menggunakan pesawat TNI AU.
Selama tiga hari pada 19-21 Agustus 2023 kemarin, tim sudah menyemai sebanyak total 4.000 kilogram garam ke awan dan 800 kilogram kapur tohor (CaO). Stok bahan semai yang tersisa saat ini ada sebanyak 1.000 kg garam dan 200 kg kapur tohor.
Penyemaian dilakukan enam kali penerbangan dengan pesawat CASA 212 registrasi A2108 dengan ketinggian 8.000-10.000 kaki. Penyemaian dilakukan tim pada pukul 08.50-10.20, 12.00-13.30, dan 14.30-16.30, mengikuti pertumbuhan awan yang terpantau citra satelit BMKG.
Adapun penyemaian dilakukan di atas langit Kabupaten Cianjur, Kota Depok, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, serta Kabupaten Lebak di sekitar Rangkasbitung dan Maja.
Hari pertama (19/8/2023) dan ketiga (20/8/2023) penyemaian, operasi TMC belum membuahkan hasil, tidak ada informasi hujan di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat. Hujan baru turun pada hari kedua (20/8/2023) dengan intensitas ringan hingga sedang di sejumlah titik di Jabodetabek, mulai dari Depok, Hambalang, Bogor, Ciomas, Sawangan, Cibinong, Sentul, Tanah Sereal, Bogor Timur, Pakansari, Serpong, dan Tangerang Selatan dengan intensitas ringan hingga lebat.
Sejak awal operasi, peluang keberhasilan menurunkan hujan buatan hanya 50-70 persen. Berdasarkan prediksi cuaca BMKG, kemungkinan turun hujan di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat sangat minim, sekitar 1-3 milimeter per hari. Budi menegaskan, prinsip teknologi modifikasi cuaca tidak bisa menggeser awan, tetapi bisa memperluas area cakupan hujan.
Terlebih lagi, saat musim kemarau tingkat kelembapan udara di lapisan atas cukup kering sehingga awan-awan yang ada kurang banyak mengandung uap air. Selain itu, CAPE (convective available potential energy) atau energi yang memantik pertumbuhan awan-awan konvektif cukup rendah sehingga sulit mengharapkan bisa terjadi pertumbuhan awan secara vertikal.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menambahkan, upaya ini merupakan upaya jangka pendek yang diambil pemerintah untuk mengatasi polusi udara. Meski sulit karena kemarau, TMC tetap akan dilakukan dengan harapan setidaknya seminggu sekali ada hujan yang turun.
”Pada saat ini kita sedang dalam fase puncak kemarau, artinya peluang turun hujan secara natural sangat kecil. TMC ini penanganan dalam fase kedaruratan, nanti akan ada kebijakan jangka panjang. Untuk saat ini kita fokus dulu penanganan jangka pendek, paling tidak selama kemarau ini minimal dua sampai tiga kali seminggu hujan turun,” kata Abdul.
Abdul menyarankan masyarakat turut berpartisipasi mengurangi polusi udara dengan beralih menggunakan transportasi umum. Jika harus beraktivitas keluar rumah, disarankan menggunakan masker.