Cukup Berat Menurunkan Hujan Buatan di Jabodetabek
Operasi modifikasi cuaca untuk mengurangi polusi udara mulai dilakukan meski cukup berat untuk membuat hujan buatan saat musim kemarau. Hasilnya, hujan baru terasa di 12 titik di Jabodetabek.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Polusi udara menyelimuti langit Jakarta, Jumat (18/8/2023). Dari pemberitaan Kompas, sejak Maret 2023 hingga Agustus 2023, platform informasi mutu udara milik perusahaan Swiss, IQAir, beberapa kali menempatkan mutu udara harian Jakarta dalam kategori tak sehat.
JAKARTA, KOMPAS — Badan Riset dan Inovasi Nasional mulai melakukan operasi teknologi modifikasi cuaca untuk mengurangi polusi udara di wilayah Jabodetabek. Meski berat, sejumlah daerah mulai merasakan turun hujan dalam dua hari terakhir. Ini pertama kalinya langkah modifikasi cuaca diambil untuk mengurangi polusi. Sebelumnya, teknologi ini biasa digunakan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan.
Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN, Budi Harsoyo, mengatakan, posko operasi TMC dipusatkan di Bandara Lanud Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat. Sesuai prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, terdapat potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian wilayah DKI Jakarta dan Jabar bagian selatan pada 19-21 Agustus 2023.
”Ada potensi hujan di periode 19-21 Agustus ini untuk wilayah Jabodetabek meski peluangnya hanya 50-70 persen,” kata Budi saat dihubungi dari Jakarta, Senin (21/8/2023).
Mereka melakukan operasi TMC dengan pesawat CASA 212 registrasi A-2108 milik TNI AU. Penerbangan pertama dilakukan pukul 13.00-14.50 dengan target penyemaian di Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Tangerang Selatan, Tangerang, dan Kabupaten Bogor yang dilakukan pada ketinggian 10.000 kaki dengan menghabiskan bahan semai NaCl sebanyak 800 kilogram.
Penerbangan kedua dilakukan pukul 15.00-16.50 dengan target penyemaian di Kabupaten Bogor bagian Timur, Depok, Jakarta Selatan, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Bogor bagian Barat (Parung Panjang) yang dilakukan pada ketinggian 10.000 kaki dengan menghabiskan bahan semai NaCl sebanyak 800 kg.
ARSIP BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
Data radar pemantauan cuaca menunjukkan pergerakan awan hujan setelah dilakukan operasi teknologi modifikasi cuaca pada Minggu (20/8/2023). Sejumlah wilayah seperti Bogor, Depok, dan Tangerang Selatan mulai hujan pada sore hingga malam hari.
Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani menjelaskan, peluang turun hujan cukup berat melihat kondisi musim kemarau yang minim awan kumulus sebagai target untuk ditaburkannya NaCl atau garam. Namun, dari hasil pemodelan atmosfer selama dua hari ke depan, ada peluang hujan di Bogor dan Tangerang Selatan.
”Diharapkan angin akan membawa awan bergerak ke arah Jakarta. Karena modifikasi cuaca tidak bisa menggeser awan, tetapi bisa memperluas area cakupan hujan,” kata Andri.
Dalam musim kemarau, tingkat kelembapan udara di lapisan atas cukup kering sehingga awan-awan yang ada kurang banyak mengandung uap air. Selain itu, CAPE (convective available potential energy) atau energi yang memantik pertumbuhan awan-awan konvektif cukup rendah sehingga sulit mengharapkan bisa terjadi pertumbuhan awan secara vertikal.
Ini adalah pertama kali Indonesia memodifikasi cuaca untuk mengurangi polusi. Beberapa negara seperti China, Korea Selatan, Thailand, dan India sudah melakukannya terlebih dahulu.
Meski begitu, posko TMC mencatat sejumlah wilayah Jabodetabek sudah merasakan hujan. Sedikitnya hingga Minggu (20/8/2023) pukul 20.30, hujan sudah turun di 12 daerah, mulai dari Depok, Hambalang, Bogor, Ciomas, Sawangan, Cibinong, Sentul, Tanah Sereal, Bogor Timur, Pakansari, Serpong, dan Tangerang Selatan dengan intensitas ringan hingga lebat.
Ini adalah pertama kali Indonesia memodifikasi cuaca untuk mengurangi polusi. Beberapa negara seperti China, Korea Selatan, Thailand, dan India sudah melakukannya terlebih dahulu. ”Indonesia baru pertama kali dilaksanakan di wilayah Jabodetabek dengan menggunakan dana siap pakai BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana),” ungkapnya.
Metode lain
Budi menambahkan, cara yang lebih efektif untuk mengurangi polusi udara memang dengan menjatuhkan atau mengguyurnya dengan air hujan. Namun, jika hal tersebut tidak memungkinkan dilakukan, TMC dapat dilakukan dengan ”mengganggu” stabilitas atmosfer.
Caranya dengan menaburkan bahan semai dalam bentuk es kering atau dry es di ketinggian tertentu di udara. Di situ terdapat semacam hamparan awan serupa karpet panjang. Hal itu terjadi karena tidak adanya perbedaan temperatur di titik ketinggian tersebut atau isoterm yang kemudian menimbulkan lapisan inversi.
”Nah, ini yang akan kita ganggu, dibuka ibaratnya, sehingga kumpulan-kumpulan polutan yang terkungkung di sekitar wilayah Jakarta bisa terus naik ke atas,” tutur Budi.
Pekerja mengisi garam semai ke konsol penampung sebelum dimasukkan ke pesawat CN 295 Skuadron 2 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma untuk operasi teknologi modifikasi cuaca di langit kawasan Selat Sunda, Jumat (3/1/2020).
Namun, pengelola TMC BRIN belum siap melalukan metode modifikasi cuaca tanpa hujan tersebut. Sebab, mereka masih perlu mendesain dan membuat konsul untuk menempatkan dry ice di dalam kabin pesawat.
”Dry ice ini yaitu CO2. Jika packaging dan handling di pesawat sembarangan, kru bisa kehabisan oksigen atau hipoksia,” ujarnya.
Menurut Budi, ada satu alternatif bahan semai lain yang bisa dicoba dan lebih memungkinkan untuk diimplementasikan, yaitu menggunakan kapur tohor. Bedanya, kalau dry ice mengondisikan udara agar menjadi lebih dingin, sementara dengan kapur tohor sebaliknya, mengondisikan udara menjadi lebih panas.
"Tapi prinsipnya sama, mengondisikan suhu di lapisan isoterm pada ketinggian tertentu untuk mengganggu kestabilan atmosfer,” ujar Budi.
Sementara itu, Senin (21/8/2023) pagi, berdasarkan data dari IQAir per pukul 08.23, Jakarta menduduki peringkat kelima sebagai kota terburuk kualitas udara di dunia dengan tingkat cemaran PM 2,3 mencapai 160. Hal ini mengindikasikan udara yang tak sehat, tidak hanya untuk kelompok yang sensitif, tetapi juga untuk orang secara umum.