Tidur Puas di Akhir Pekan Tak Cukup ”Bayar” Kekurangan Tidur
Menghabiskan waktu di kasur saja untuk tidur seharian selama akhir pekan tidak cukup untuk mengembalikan kesehatan jantung ke kondisi semula.
Oleh
Stephanus Aranditio
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menghabiskan akhir pekan dengan tidur seharian sering kali dianggap bisa ”membayar” semua kekurangan waktu tidur selama beraktivitas padat di hari kerja. Anggapan ini keliru karena upaya itu tidak cukup untuk mengembalikan kesehatan jantung ke kondisi semula.
Sebuah studi yang dipimpin para peneliti di Universitas Negeri Pennsylvania, Amerika Serikat, dalam jurnal Psychosomatic Medicine, menunjukkan, tidak ada dampak yang signifikan dari tidur sepuasnya saat akhir pekan pada tekanan darah diastolik seseorang. Tekanan darah diastolik adalah kondisi tekanan darah pada saat jantung relaksasi.
Penelitian dilakukan dengan merekrut 15 pria sehat berusia 20-50 tahun untuk studi rawat inap selama 11 hari. Pada tiga malam pertama, mereka diizinkan tidur 10 jam per malam setiap pukul 22.00, lalu bangun pukul 08.00.
Lima malam berikutnya, sesuai dengan waktu hari kerja, mereka diminta hanya tidur 5 jam per malam, tidur pukul 00.30 dan bangun pukul 05.30. Kemudian, dua hari terakhir, mereka kembali diminta tidur 10 jam per malam.
Selama penelitian, mereka tinggal di kamar pribadi dengan peredam suara tanpa jendela di Pusat Penelitian Klinis, Universitas Negeri Pennsylvania. Mereka tidak diperbolehkan berolahraga dan hanya mengonsumsi makanan yang disediakan selama penelitian. Setiap dua jam, peneliti mengukur detak jantung dan tekanan darah mereka.
”Hasilnya menunjukkan gangguan atau peningkatan tekanan darah dan detak jantung tidak benar-benar kembali ke tingkat dasar,” Anne Marie Chang, profesor asosiasi dari kesehatan biobehavioral Universitas Negeri Pennsylvania, dalam jurnal Psychosomatic Medicine, Jumat (18/8/2023).
Jadi, meski memiliki kesempatan tambahan untuk istirahat, pada akhir pekan penelitian, sistem kardiovaskular mereka masih belum pulih.
Anne mengungkapkan, penelitian ini hanya melibatkan sukarelawan pria karena perempuan memiliki siklus menstruasi yang berpengaruh pada kualitas tidur dan hasil kardiometabolik.
Hasilnya, detak jantung mereka meningkat hampir satu detak per menit. Rata-rata detak jantung dasar manusia adalah 69 denyut per menit, sedangkan rata-rata detak jantung para sukarelawan pada akhir penelitian hampir 78 denyut per menit.
Tekanan darah sistolik mereka juga meningkat sekitar 0,5 millimeter air raksa (mmHg) per hari. Rata-rata tekanan darah sistolik awal adalah 116 mmHg dan hampir 119,5 mmHg pada akhir periode pemulihan. Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah.
”Jadi, meski memiliki kesempatan tambahan untuk istirahat, pada akhir pekan penelitian, sistem kardiovaskular mereka masih belum pulih,” kata David Reichenberger, tim peneliti Universitas Negeri Pennsylvania.
Hani Aiash, ahli jantung dan asisten dekan penelitian interprofesional di Sekolah Tinggi Profesi Kesehatan di Upstate Medical University, menilai, penelitian ini kurang presisi karena sukarelawan ditempatkan di tempat terpusat, bukan di rumah masing-masing. Dengan demikian, mereka bisa merasa tidak nyaman, bosan, hingga cemas yang meningkatkan detak jantung dan tekanan darah.