Seni budaya lipat janur yang dirangkai dengan bunga juga jadi cara mempromosikan budaya bangsa. Aneka budaya Indonesia terus dipromosikan di mancanegara.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Karya delegasi Indonesia yang mengangkat seni budaya lipatan janur melalui rangkaian bunga dipamerkan dalam pameran bunga Flowertime 2023 di Brussels, Belgia. Rangkaian janur yang dipadukan dengan bunga menjadi cara untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya Indonesia kepada dunia.
Delegasi Indonesia, yang didukung Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Kedutaan Besar Republik Indoneisia (KBRI) Belgia mengikuti pameran bunga Flowertime 2023 yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali di Grand Place, Brussels, Belgia, pada 11-15 Agustus.
Delegasi atau Tim Sukri (Sumbang Kawruh Indonesia) terdiri dari Riana Setyaningrum, Wendy Kartini Mandik, Sigit Paripurno, dan Ainur Rofiq. Mereka menampilkan rangkaian janur dan daun lontar yang dipadukan dengan beragam bunga menjadi beragam karya seni.
Perpaduan antara janur dan bunga menjadi kreasi rangkaian bunga yang unik ini disukai oleh masyarakat Eropa.
”Selain berpartisipasi dalam pameran bunga internasional, kami ingin memperkenalkan seni merangkai janur Indonesia ke mancanegara sebagai budaya Indonesia,” ujar Riana, Senin (14/8/2023).
Riana menjelaskan, untuk mengenalkan budaya lipatan janur diperlukan kreativitas dan inovasi sehingga bisa diterima di mancanegara. Pameran bunga dinilai jadi ajang yang tepat untuk memperkenalkan seni budaya lipatan janur tradisional Jawa melalui karya yang dipadupadankan dengan beragam bunga.
Janur, lanjut Riana, mencerminkan budaya Indonesia yang mengandung filosofi kehidupan yang sudah berkembang di wilayah Jawa dan Bali. Di Jawa, janur dikaitkan dengan harapan hingga sering kali rangkaian janur digunakan dalam prosesi pernikahan. Berbagai bentuk lipatan janur mengandung makna, arti, dan fungsi yang berbeda-beda.
Bahkan, pemilihan warna janur juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Contohnya, janur kuning dianggap sebagai warna yang mencerminkan kemakmuran. Keunikan janur ini memiliki tekstur luwes yang cocok dibuat dalam berbagai bentuk.
Kendati demikian, proses membuat lipatan janur bukan hal mudah dan memerlukan waktu yang tidak sedikit. Teknik lipatan janur dapat menghasilkan beragam bentuk sesuai dengan apa yang diinginkan.
Ada 20 bentuk lipatan dari 84 ragam jenis seni lipatan dengan lidi sebagai struktur menjadi komposisi penyusun figur burung cenderawasih. Setiap bentuk lipatan itu memiliki nama, arti, dan makna masing-masing. Misalnya, candranaya (bulan sabit), nayaka (wulandari), pedang segara (pedang samudra), wajik (berlian), blekete, walang, dan lain-lain.
Kreasi figur burung cenderawasih ini dibentuk dengan tiga teknik lipatan tradisional, yaitu teknik penyederhanaan, teknik pengembangan, dan teknik kombinasi. Dengan tiga teknik itu, menghasilkan karya yang semakin memperkuat simbol sosok cenderawasih. Arti cenderawasih sendiri diambil dari dua kata yaitu ”cendra” yang berarti dewa-dewi bulan dan ”wasih” yang berarti wakil atau utusan; burung utusan dewa-dewi bulan.
Burung yang berhabitat asli di Pulau Papua dan Kepulauan Maluku ini biasa dijuluki burung dari surga karena keindahannya. Karena itu, figur burung ini menjadi pilihan sebagai mahakarya dari tim Indonesia pada ajang dua tahunan ini dan ditampilkan di pintu masuk utama pameran.
Burung cenderawasih yang menjadi penghias pintu masuk utama dalam Ekshibisi Flowertime di Grand Place, Brussels, Belgia. Perpaduan antara janur dan bunga menjadi kreasi rangkaian bunga yang unik ini disukai oleh masyarakat Eropa. Hal ini membuat tim Indonesia kembali dipercaya mendapatkan undangan untuk hadir dengan kreasi janurnya.
Diplomat
Duta Besar Indonesia untuk Belgia, Andri Hadi yang hadir dalam pembukaan acara mendukung dan berterima kasih kepada Tim Sukri yang hadir di Brussels untuk menyemarakkan Flowertime sebagai upaya mengenalkan Indonesia lewat seni melipat janur. ”Kalian adalah diplomat-diplomat informal yang membawa nama Indonesia,” ujarnya.
Andri juga mengapreasiasi Tim Sukri membuat mahakarya lipatan Janur Burung Cendrawasih sebagai representasi Papua, ”Teman-teman di Papua pasti senang lipatan janur cendrawasih bisa ditampilkan di Brussels,” kata Andri.
Setiap kali penyelenggaraan Flowertime, Grand Place disulap menjadi sebuah taman bunga yang indah. Selama lima hari tercipta tempat penuh dengan kreasi bunga warna-warni bernilai seni tinggi yang dibuat oleh para perangkai bunga dari berbagai penjuru dunia.
Ajang internasional tahun kelima ini diikuti oleh 23 tim desainer bunga terbaik dari berbagai negara antara lain Belanda, Belgia, Portugal, Perancis, Ukraina, dan Indonesia yang menyuguhkan karya terbaik. Acara ini mampu menarik minat wisatawan dari seluruh dunia.