Selaraskan Pendidikan Vokasi dan Agenda Ekonomi Daerah
Pendidikan vokasi jangan berjalan sendiri menyiapkan SDM untuk mengisi kebutuhan dunia kerja. Butuh kolaborasi dan keselarasan dengan pemerintah daerah dan industri agar pendidikan sesuai agenda pembangunan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
BATAM, KOMPAS — Pendidikan vokasi di daerah dapat dioptimalkan mendukung agenda ekonomi daerah. Kolaborasi pemerintah daerah, institusi pendidikan vokasi, dan kalangan industri dibangun mempersiapkan sumber daya manusia yang selaras perkembangan ekonomi.
Pelaksana Tugas Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Ditjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, Uuf Brajawidagda mengatakan, pendidikan vokasi di daerah intens menyepakati penyiapan SDM bersama dunia usaha dan industri untuk pemenuhan dunia kerja. ”Pembangunan kan ada di daerah. Karena itu, pendidikan vokasi perlu tahu agenda pembangunan daerah sehingga energinya sama-sama dihabiskan untuk agenda yang sama,” kata Uuf di Politeknik Negeri Batam, Jumat (11/8/2023).
Menurut Uuf, yang juga Direktur Politeknik Negeri Batam (Polibatam), akan dibuat program ekosistem kemitraan bersama pemerintah daerah bersama politeknik di Indonesia. Politeknik dapat menyelenggarakan pendidikan sesuai kebutuhan, bukan lagi dari sisi penyedia. Hal ini membuat keselarasan pembukaan program studi dan perencanaan talenta pekerja yang sesuai agenda pembangunan ekonomi di daerah.
Di Polibatam, pembukaan prodi dicoba selaras dengan pengembangan yang dilakukan Badan Pengusahaan (BP) Batam. Selama ini untuk koordinasi dan komunikasi tentang kebutuhan SDM dan industri berjalan lancar dengan BP Batam. Namun, dengan pemda belum dibuat agenda bersama.
Ketiadaan agenda bersama ini bisa menimbulkan kekeliruan di politeknik. Program studi dibuat dengan cara mengira-ngira. Contohnya, di tahun 2010, pihaknya membuka program studi multimedia, padahal industri yang ada animasi.
Pihaknya mendapat informasi akan ada pengembangan kawasan ekonomi hijau. Informasi itu perlu dielaborasi jenis pekerjaan dan posisi yang dibutuhkan supaya dapat dipersiapkan SDM-nya. ”Dari sini, perlu ada kesepakatan agenda pembangunan ekonomi bersama. Meskipun tidak seratus persen sama, tapi bisa memberi arah bagi pendidikan vokasi di daerah,” katanya.
Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dan Kawasan Ekonomi Khusus, Badan Pengusahaan Batam, Irfan Syakir Widyasa mengatakan, dalam tiga tahun terakhir Batam revitalisasi agar sesuai visi dan misi awal pembangunannya. Pengembangan ekonomi diperkuat untuk mendukung industri manufaktur, logistik, pariwisata, dan jasa bertaraf internasional, misalnya, kesehatan dan pusat data.
”Pengembangan akan terus ditingkatkan sehingga semakin naik kelasnya dan mendukung kemajuan ekonomi Indonesia,” kata Irfan.
Dalam pengembangan bandara, akan dibuat jalur logistik dari Batam ke negara tujuan lebih singkat dari biasanya. Potensi ini dimanfaatkan industri semikonduktor di Batam. ”Batam ini kan kota para pencari kerja. Kita berharap investor terus tumbuh sesuai pengembangan yang disiapkan,” katanya.
Perlu ada kesepakatan agenda bersama pembangunan ekonomi.
Namun, masih ada kendala berupa kesenjangan kebutuhan dan keterampilan pencari kerja. Dari sisi lowongan, misalnya di kawasan Nongsa butuh sekitar 16.000 pekerja. Di industri galangan kapal, butuh sekitar 20.000 orang. "Kami yakin, peran pendidikan vokasi penting supaya selaras,” katanya.
Irfan menyambut baik kolaborasi BP Batam dan Polibatam. Kebutuhan SDM bisa diantisipasi. Sebagai contoh, Polibatam memiliki prodi yang mendukung industri semikonduktor, juga prodi untuk perawatan pesawat.
Secara terpisah, di acara peringatan Hari Nasional Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2023, Direktur Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendibudristek Wartanto mengatakan, pendidikan vokasi dinilai penting melahirkan wirausaha muda baru.
Dibangun program lahirnya para wirausaha baru dengan memberi pelatihan pemasaran digital bagi pelaku usaha, mengembangkan inovasi produk, hingga membantu merancang desain kemasan produk. Program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) dirancang untuk melahirkan wirausaha seusai pelatihan.
Program PKW memberikan kesempatan bagi anak usia sekolah tidak sekolah (ATS) untuk menjadi wirausaha muda. Peserta didiknya mendapatkan bekal pengetahuan dan keterampilan, alat/bahan, dan modal awal usaha.
”Kalau pelaku UMKM mau akses dana kita untuk menyelenggarakan PKW, harus mendapatkan semacam dukungan PKS atau MOU dari UMKM setempat. Jadi kita kerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UMKM berkolaborasi di lapangan,” tutur Wartanto.
Ke depan, Kemendikbudristek bersinergi dengan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) untuk mendidik dan melatih calon wirausaha daerah sehingga peserta didik yang lulus dari PKW akan terlibat dalam program yang diselenggarakan PLUT. Pelaku usaha dapat memanfaatkan platform digital untuk berpromosi sehingga pemasaran mereka lebih efektif. Mutu pembelajaran kewirausahaan di satuan pendidikan juga ditingkatkan.