ASI sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang bayi. Air susu ibu perlu diberikan secara eksklusif selama enam bulan sejak bayi lahir yang dilanjutkan hingga anak usia 2 tahun.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·6 menit baca
Air susu ibu merupakan makanan terbaik untuk bayi. Di dalam ASI terkandung berbagai nutrisi yang sangat baik bagi tumbuh kembang serta kesehatan bayi. Bahkan, sejak baru lahir hingga usia 6 bulan, bayi cukup diberi ASI secara eksklusif. Itu artinya, selama 6 bulan pertama kehidupan, bayi hanya diberi ASI tanpa ada tambahan makanan atau minuman lain.
Di dalam ASI terkandung nutrisi makro dan mikro yang dibutuhkan bayi, termasuk karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Hampir 90 persen ASI merupakan air sehingga ketika sudah diberikan ASI, bayi tidak lagi membutuhkan tambahan air. Keajaiban ASI pun ditunjukkan dengan besarnya volume dan komposisi nutrisi yang berbeda pada setiap masa menyusui.
Manfaat ASI
Ketua Ikatan Konselor Menyusui Indonesia (IKMI) Cabang Banten Maharani Bayu dalam acara seminar daring terkait peringatan Hari ASI Sedunia yang diadakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) di Jakarta, Selasa (1/8/2023), mengatakan, ASI memiliki berbagai manfaat baik bagi bayi, baik untuk kecerdasan, kesehatan jiwa, dan kesehatan fisik. ASI juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
”Menyusui dikaitkan pula dengan peningkatan kecerdasan hingga 30 tahun kemudian. Ini tentu memiliki efek penting dalam kehidupan nyata. Pada kelompok yang diberi ASI menunjukkan hasil skor tes IQ yang di atas rata-rata jika dibandingkan dengan kelompok yang diberi susu botolan,” katanya.
ASI juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi, termasuk pada bayi prematur. Karena itu, bayi yang lahir secara prematur diupayakan untuk tetap mendapat ASI dari ibunya. ASI amat berkontribusi untuk meningkatkan kekebalan bayi sekaligus dapat mengurangi risiko alergi dan asma pada anak.
Maharani menambahkan, sejumlah studi juga memperlihatkan bahwa anak-anak yang mendapatkan ASI memiliki kinerja kognitif dan respons sosial-afektif lebih baik. Pemberian ASI dapat mengurangi risiko gangguan mental pada anak dan remaja, terutama apabila ketika bayi disusui secara benar. Anak yang menerima ASI juga berisiko lebih rendah mengalami obesitas.
Dalam lembar fakta yang dikutip pada laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan merupakan perlindungan utama pada bayi dari infeksi saluran pencernaan. Kandungan yang terdapat pada ASI sangat diperlukan bagi tumbuh kembang bayi pada usia tersebut.
Di dalam ASI terkandung nutrisi makro dan mikro yang dibutuhkan bayi, termasuk karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Selain itu, ASI juga tetap menjadi sumber energi dan nutrisi penting pada anak usia 6-23 bulan. Sekalipun anak sudah mendapatkan makanan pendamping ASI, air susu ibu dapat menyediakan setengah dari kebutuhan energi anak pada usia 6-12 bulan dan sepertiga dari kebutuhan energi pada anak usia 12-24 bulan. Ketika anak sakit, ASI merupakan sumber energi dan nutrisi yang penting.
Selain pada anak, pemberian ASI juga bermanfaat bagi ibu. Menyusui dapat mengurangi risiko kanker ovarium dan kanker payudara pada ibu. Menyusui dapat membantu untuk menjaga jarak kehamilan. Pemberian ASI eksklusif memiliki efek hormonal yang sering menyebabkan menstruasi berkurang.
Tidak hanya itu, ibu yang menyusui dapat mengurangi stres fisiologis dan subyektif. Dengan menyusui, ibu pun dapat mendapatkan stimulasi positif serta meningkatkan kepekaan dan perawatan bayi.
Kandungan
Dalam buku Bedah ASI yang diterbitkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) disebutkan pula, kandungan ASI pada masa menyusui akan berbeda, mulai dari kandungan dalam kolostrum, ASI transisi, ASI matang, dan ASI pada saat penyapihan. Kandungan zat gizi pada saat ASI awal dan akhir juga akan berbeda pada ibu yang menyusui.
Kolostrum merupakan cairan yang diproduksi antara hari pertama sampai kelima sejak bayi lahir yang kaya akan zat gizi, terutama protein. Itu sebabnya, inisiasi menyusu dini setelah bayi lahir menjadi sangat penting agar bayi bisa mendapatkan kolostrum secara maksimal. Inisiasi menyusu dini disarankan dilakukan selama satu jam setelah dilahirkan sampai isapan pertama bayi yang menyusu.
Sementara pada ASI transisi lebih banyak mengandung lemak dan laktosa. Pada ibu yang melahirkan bayi prematur, ASI yang dihasilkan akan lebih banyak mengandung lemak dan protein, tetapi rendah laktosa. Ketika memasuki masa penyapihan, saat bayi menginjak usia 24 bulan, kadar lemak dan protein pada ASI akan meningkat.
Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI yang bermanfaat sebagai sumber energi untuk perkembangan otak bayi. Kadar laktosa pada ASI lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi maupun susu formula. Namun, kasus bayi diare akibat tidak dapat mencerna laktosa pada ASI jarang ditemui karena penyerapan laktosa ASI pada bayi lebih baik dibandingkan laktosa pada susu sapi ataupun formula.
Kadar lemak pada ASI juga tinggi. Lemak ini dibutuhkan untuk mendukung perkembangan otak bayi. Kandungan lemak omega 3 dan omega 6 yang dibutuhkan untuk perkembangan otak ditemui pada ASI. Kandungan asam lemak rantai panjang, seperti asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) juga ditemui pada ASI. Asam lemak ini baik untuk perkembangan jaringan saraf dan retina mata.
Berbagai vitamin dan mineral juga terkandung dalam ASI. Pada artikel terkait nilai nutrisi terbitan IDAI, kandungan vitamin pada ASI antara lain, vitamin K, vitamin D, vitamin E, vitamin A, vitamin B, asam folat, vitamin C, serta mineral zinc.
Ibu bekerja
Banyaknya manfaat ASI terus mendorong berbagai pihak untuk memastikan setiap anak bisa mendapatkan ASI secara optimal. Diharapkan tidak ada kendala dalam pemberian ASI, termasuk pada ibu bekerja. WHO dan Unicef pada peringatan Hari ASI Sedunia tahun ini mengangkat tema dukungan pada ibu bekerja agar bisa tetap menyusui secara optimal.
Perwakilan Unicef untuk Indonesia Maniza Zaman melalui siaran pers menyampaikan, dukungan pada ibu menyusui di tempat kerja bukan sekadar kebaikan, melainkan itu merupakan bentuk investasi untuk masa depan. ”Ketika ada lingkungan yang mendukung dan mengakomodasi praktik menyusui, perempuan dapat unggul di kehidupan profesional sekaligus bisa merawat bayi secara optimal sehingga generasi masa depan dapat terpelihara,” tuturnya.
Dukungan pemberian ASI pada ibu bekerja diperlukan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif pada bayi sebab hampir 40 persen pekerja di Indonesia merupakan perempuan. Pada 2021 tercatat hanya 52,5 persen bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif. Jumlah itu menurun dari capaian pada 2018 sebesar 64,5 persen.
Perwakilan WHO untuk Indonesia N Paranietharan mengatakan, dukungan pemberian ASI eksklusif di mana pun, termasuk di tempat kerja, berarti bisa menyelamatkan nyawa bayi. Penerapan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah mengamanatkan pemberian hak perempuan untuk menyusui dan memastikan setiap perempuan tidak kehilangan pekerjaan karena menyusui. ”Mari, pastikan kebijakan ini diikuti dan ditegakkan dengan lebih kuat,” katanya.
Unicef dan WHO pun telah mendorong agar ibu menyusui di tempat kerja, antara lain dengan memastikan lingkungan menyusui yang mendukung ibu bekerja untuk menyusui, memberikan cuti berbayar yang cukup pada semua orangtua yang bekerja, termasuk cuti hamil selama minimal 18 minggu, serta meningkatkan investasi kebijakan dan program dukungan menyusui di tempat kerja. Dukungan ibu bekerja untuk menyusui tersebut juga termasuk pemberian akses waktu istirahat yang cukup dan teratur serta penyediaan fasilitas untuk ibu menyusui ketika mereka kembali bekerja.