Kampanye sekolah sehat berfokus pada sehat bergizi, fisik, dan imunisasi. Sekolah didorong menyosialisasikan kampanye itu kepada siswa, pendidik, tenaga kependidikan, dan orangtua.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
Seorang siswa mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir di Sekolah Dasar Negeri Palmerah 07 Pagi, Jakarta, Senin (11/7/2022). Sekolah itu memulai pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen dengan menerapkan protokol kesehatan.
JAKARTA, KOMPAS — Satuan pendidikan didorong gencar mengampanyekan sekolah sehat untuk meningkatkan derajat kesehatan siswa. Apalagi, kesehatan peserta didik menjadi salah satu modal dasar mengoptimalkan pembelajaran.
Perwakilan Kelompok Kerja Regulasi dan Tata Kelola Direktorat Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Kurniawan, mengatakan, penerapan sekolah sehat berfokus pada sehat bergizi, fisik, dan imunisasi. Menyambut tahun ajaran baru seperti saat ini, sekolah diharapkan menyosialisasikan kampanye itu kepada siswa, pendidik, tenaga kependidikan, dan orangtua.
Menurut Kurniawan, kampanye ini diperlukan mengingat di masa pandemi Covid-19 banyak siswa kurang gerak karena lebih dominan belajar dan beraktivitas di rumah. Hal ini membuat anak berpotensi mengalami gangguan kesehatan seperti obesitas dan anemia.
”Harapan (kampanye sekolah sehat) agar anak-anak kita menjadi sehat karena sehat itu adalah modal dasar untuk pembelajaran yang optimal,” ujarnya dalam webinar ”Menyambut Tahun Ajaran Baru Bersama Sekolah Sehat”, Kamis (20/7/2023).
Kampanye sekolah sehat diluncurkan Kemendikbudristek pada Agustus 2022. Kampanye ini merupakan upaya yang dilakukan bersama-sama untuk mewujudkan anak Indonesia sehat, kuat, cerdas, dan berkarakter.
Sehat bergizi diperoleh dengan memberikan pemahaman gizi seimbang. Selain itu, mengurangi konsumsi makanan cepat saji, makanan dan minuman berpemanis, berpengawet, kurang serat, tinggi gula, garam, dan lemak.
Untuk mencapai kesehatan fisik dilakukan dengan berbagai aktivitas, di antaranya senam kesegaran jasmani seminggu sekali, gerakan peregangan saat pergantian jam pelajaran, serta optimalisasi gerakan lompat, lempar, lari, dan loncat melalui permainan rakyat dan olahraga tradisional saat jam istirahat. Hal lain yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan intrakurikuler dan ekstrakurikuler olahraga serta membiasakan berjalan kaki.
Sementara sehat imunisasi dapat dilakukan dengan pemetaan status imunisasi, pemberian rekomendasi, dan pelaksanaan imunisasi dasar lengkap bagi anak usia sekolah. Oleh karena itu, sekolah diharapkan mendukung pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) pada Agustus dan November mendatang.
”Ketiga fokus ini dilakukan melalui kegiatan pembiasaan hal-hal yang sederhana, tetapi berkelanjutan yang akhirnya menjadi karakter dan budaya peserta didik,” ucapnya.
Kurniawan menambahkan, sejumlah strategi dijalankan untuk mengimplementasikan sekolah sehat. Selain penguatan regulasi, pihaknya juga mengeluarkan surat edaran kampanye sekolah sehat serta pedomanannya kepada dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota.
Sehat bergizi diperoleh dengan memberikan pemahaman gizi seimbang. Selain itu, mengurangi konsumsi makanan cepat saji, makanan dan minuman berpemanis, berpengawet, kurang serat, tinggi gula, garam, dan lemak.
Hingga Juli 2023 sudah 99 persen dinas pendidikan yang menerbitkan surat edaran terkait kampanye itu ke satuan pendidikan. ”Kolaborasi tripusat pendidikan, yaitu orangtua atau keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting dalam mengimplementasikan sekolah sehat,” jelasnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta Purwanto mengatakan, kesehatan siswa juga membutuhkan dukungan lingkungan sekolah. Upaya ini harus didukung orangtua untuk menciptakan lingkungan keluarga yang sehat.
”Tidak bisa hanya di sekolah. Anak lebih sering berada di rumah dan lingkungan masyarakat. Jadi, visi ini mesti disampaikan kepada orangtua,” katanya.
Berbagai upaya
Purwanto menuturkan, mewujudkan sekolah sehat di Purwakarta dilakukan dengan berbagai upaya. Sejak 2015, pihaknya mewajibkan siswa membawa bekal makanan dari rumah ke sekolah. Siswa juga membawa air minum menggunakan tumbler.
Selain itu, pihaknya menggelar kelas orangtua tentang pengasuhan (parenting) setiap semester. Program yang bekerja sama dengan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Purwakarta, Jawa Barat, itu bertujuan mendukung pemenuhan gizi seimbang pada anak.
”Pada MPLS (masa pengenalan lingkungan sekolah), kami juga mengedukasi siswa tentang konsumsi makanan bergizi dan memelihara lingkungan sekolah,” jelasnya.
Kepala Sekolah Dasar Negeri 3 Kesik, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Sahuri, mengatakan, sekolah sehat memberikan kesempatan peserta didik untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal. Salah satu manfaatnya adalah meningkatkan motivasi belajar siswa karena merasa bugar saat belajar di kelas.
”Hal ini turut berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Ada perbaikan dalam rapor pendidikan kami, khususnya pada literasi dan numerasi,” ujarnya.