Sarapan Lebih Awal Mengurangi Risiko Diabetes Tipe 2
Diabetes tipe 2 bisa dicegah. Selain menerapkan pola makan sehat, pemilihan waktu makan juga bisa menurunkan risiko penyakit tersebut.
Oleh
EVY RACHMAWATI
·4 menit baca
Diabetes merupakan penyakit kronis yang banyak dijumpai di masyarakat. Studi terbaru menunjukkan, pencegahan masalah kesehatan tersebut tidak bisa hanya fokus pada mengubah pola makan melalui diet rendah gula. Penurunan risiko diabetes juga bisa dicapai melalui pengaturan kapan kita mengonsumsinya.
Kesimpulan itu diperoleh berdasarkan hasil riset tim peneliti di ISGlobal (Barcelona Institute for Global Health), lembaga yang didukung la Caixa Foundation. Sekitar 100.000 partisipan terlibat dalam studi kohort itu selama tujuh tahun di Perancis.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan, makan pagi atau sarapan setelah pukul sembilan meningkatkan risiko diabetes tipe 2 sebesar 59 persen dibandingkan dengan mereka yang menyantap sarapan sebelum pukul delapan.
Diabetes terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau saat tubuh tidak bisa memakai insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin ialah hormon pengatur glukosa darah. Hiperglikemia atau kenaikan gula darah merupakan efek diabetes tak terkontrol dan seiring waktu menyebabkan kerusakan sistem tubuh.
Insulin dihasilkan pankreas untuk memasukkan gula darah ke dalam sel tubuh sebagai energi. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat di laman resminya menyebutkan, jika seseorang menderita diabetes tipe 2, sel-sel tubuh tidak merespons insulin secara normal sehingga gula darah meningkat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, pada 2014, sebanyak 8,5 persen dari populasi orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita diabetes. Pada 2019, diabetes menjadi penyebab 1,5 juta kematian. Sekitar 460.000 kematian akibat penyakit ginjal terkait diabetes dan kenaikan glukosa darah memicu 20 persen kematian terkait penyakit kardiovaskular.
Lebih dari 95 persen dari total kasus diabetes memiliki diabetes tipe 2. Diabetes jenis ini umumnya dialami orang dewasa, tetapi kini makin sering terjadi pada anak-anak. Pada diabetes tipe 2, gejalanya bisa ringan dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyadarinya sehingga baru terdeteksi setelah ada komplikasi penyakit.
Gejala diabetes meliputi, antara lain, merasa amat haus, buang air kecil lebih sering dari biasanya, penglihatan kabur, merasa lelah, dan berat badan turun. Seiring waktu, jika tidak ditangani dengan tepat, diabetes menimbulkan komplikasi serius hingga merusak pembuluh darah di jantung, mata, ginjal, dan saraf.
Diabetes tipe 2 sebenarnya dapat dicegah. Faktor-faktor yang berkontribusi pada berkembangnya diabetes tipe 2 termasuk kelebihan berat badan, kurang olahraga, dan genetika. Karena itu, diperlukan diagnosis dini untuk mencegah efek terburuk diabetes tipe 2 dengan pemeriksaan rutin dan tes darah di fasilitas kesehatan.
Waktu makan
Diabetes tipe 2 selama ini dikaitkan dengan faktor risiko yang bisa dimodifikasi, seperti pola makan yang tidak sehat, aktivitas fisik atau olahraga yang kurang, dan kebiasaan merokok. Akan tetapi, faktor lain dinilai juga berkontribusi penting mencegah diabetes, yakni waktu kita makan.
”Waktu makan memainkan peran kunci dalam mengatur ritme sirkadian serta kontrol glukosa dan lipid. Sejumlah studi menyelidiki hubungan waktu makan atau puasa dan diabetes tipe 2,” kata Anna Palomar-Cros, peneliti ISGlobal dan penulis pertama studi itu, sebagaimana dikutip Sciencedaily, Selasa (18/7/2023).
Dalam studi tersebut, tim dari ISGlobal bergabung dengan tim dari INSERM di Perancis untuk menyelidiki kaitan frekuensi dan waktu makan dengan kejadian diabetes tipe 2 di antara 103.312 orang dewasa (79 persen perempuan) dari kelompok NutriNet-Santé, Perancis.
Peserta mengisi catatan diet secara daring mengenai apa yang mereka makan dan minum selama 24 jam dalam tiga hari tidak berturut-turut serta waktu makan mereka. Tim peneliti mencatat diet selama dua tahun pertama masa tindak lanjut dan menilai kesehatan peserta tahun-tahun berikutnya (rata-rata tujuh tahun).
Ada 963 kasus baru diabetes tipe 2 selama penelitian tersebut berlangsung. Risiko terkena penyakit tersebut secara signifikan lebih tinggi pada kelompok orang yang rutin sarapan setelah pukul sembilan dibandingkan dengan partisipan yang sarapan sebelum pukul delapan.
Waktu makan memainkan peran kunci dalam mengatur ritme sirkadian dan kontrol glukosa dan lipid.
”Secara biologis, ini masuk akal karena melewatkan sarapan diketahui memengaruhi kontrol glukosa dan lipid serta kadar insulin. Hal ini konsisten dengan dua meta-analisis yang menyimpulkan bahwa melewatkan sarapan meningkatkan risiko diabetes tipe 2,” tambah Palomar-Cros.
Selain itu, makan malam terlambat (setelah pukul 10 malam) meningkatkan risiko, sedangkan makan lebih sering (sekitar lima kali sehari) dikaitkan dengan insiden penyakit lebih rendah. Sebaliknya, puasa berkepanjangan bermanfaat jika dilakukan dengan sarapan (sebelum pukul delapan) dan makan malam lebih awal.
”Hasil studi kami menunjukkan bahwa makan pertama sebelum pukul delapan pagi dan makan terakhir sebelum pukul tujuh malam dapat membantu mengurangi kejadian diabetes tipe 2,” ungkap Manolis Kogevinas, peneliti ISGlobal sekaligus salah satu penulis studi tersebut.
Tim ISGlobal juga membuktikan hubungan antara makan malam lebih awal dan risiko kanker payudara ataupun prostat yang lebih rendah. Hasil ini mengonsolidasikan penerapan chrononutrition (kaitan pola makan, ritme sirkadian, dan kesehatan) untuk mencegah diabetes tipe 2 dan penyakit kronis lain.
Dengan demikian, pengendalian diabetes tipe 2 tak cukup dengan rutin beraktivitas fisik dan mengubah pola makan menjadi lebih sehat. Pengendalian faktor risiko diabetes tipe 2 juga perlu memperhatikan waktu makan yang tepat. Mari makan pagi lebih awal.