Peningkatan Standar Kesehatan Jemaah 2024 Menjadi Prioritas
Jumlah anggota jemaah haji Indonesia yang wafat di Tanah Suci hingga Rabu (19/7/2023) sore waktu Arab Saudi terdata 683 orang dan menjadi yang terbanyak dalam lima tahun terakhir penyelenggaraan ibadah haji.
Oleh
ADI PRINANTYO dari Mekkah, Arab Saudi
·4 menit baca
MEKKAH, KOMPAS — Peningkatan standar kualitas kesehatan anggota jemaah haji Indonesia pada 2024 dan tahun-tahun berikutnya menjadi salah satu prioritas dalam penyelenggaraan ibadah haji mendatang. Proyeksi perbaikan standar kesehatan itu seiring dengan tingginya angka kematian jemaah Indonesia pada 2023.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Liliek Marhaendro Susilo menyatakan, tingginya angka kematian anggota jemaah haji Indonesia 2023 menjadi bahan evaluasi bersama. Salah satu poin penting evaluasi adalah peningkatan standar pemeriksaan kesehatan jemaah haji Indonesia 2024 dan tahun-tahun berikutnya.
”Kemudian, hasil pemeriksaan kesehatan itu dijadikan dasar untuk menentukan jemaah yang berhak melunasi Bipih (Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji),” ujar Liliek saat dihubungi dari Mekkah, Arab Saudi, Selasa (18/7/2023). Dengan demikian, hanya mereka yang lolos standar kesehatan yang bisa membayar atau melunasi biaya ibadah haji.
Data jemaah Indonesia yang wafat hingga semalam waktu Arab Saudi tercatat 683 jiwa. Jumlah ini menjadi yang tertinggi dalam penyelenggaraan lima tahun terakhir karena mencapai 25 orang lebih banyak daripada yang wafat pada 2017, sebanyak 658 jiwa. Data kematian lainnya dalam lima tahun terakhir, pada 2018 tercatat 388 jiwa, lalu 473 orang wafat pada 2019, dan 89 jiwa pada 2022.
Keberadaan jumlah anggota jemaah lansia sebanyak 67.199 jiwa, menjadi fenomena tersendiri pada 2023. Jemaah lansia yang sepertiga dari total jemaah haji 2023 sebanyak 221.000 orang adalah konsekuensi dari pembatasan sosial selama pandemi Covid-19, yang tanpa kuota normal pada 2020 dan 2021. Ibadah Haji 2022 juga belum normal penuh karena usia jemaah dibatasi maksimal 65 tahun dan kuota RI hanya 105.000 orang.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily menyampaikan, tingginya angka jemaah haji yang meninggal tahun ini harus menjadi evaluasi bersama. Pemeriksaan kesehatan sebelum berangkat dan koordinasi pada situasi darurat perlu diperkuat agar risiko kematian dapat diminimalkan. ”Tingginya angka kematian itu karena peserta haji banyak lanjut usia. Ini harus dievaluasi agar tidak terulang,” kata Ace di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/7/2023).
Dalam upaya mengurangi risiko jemaah haji lansia, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menjalankan tanazul atau pemulangan lebih cepat terhadap mereka. Hingga pertengahan pekan lalu, jumlah anggota jemaah yang dipulangkan lebih cepat mencapai 663 orang, baik yang sudah tiba di Tanah Air maupun masih menunggu dipulangkan.
Tingginya angka kematian itu karena peserta haji banyak lanjut usia. Ini harus dievaluasi agar tidak terulang.
”Kita fokus bagaimana mengisi seat (kursi pesawat) yang kosong, baik karena (jemaah/penumpang sebelumnya) meninggal dunia maupun pada saat kedatangan ada beberapa kursi pesawat yang tidak terisi. Ini kita akan coba isi,” kata Direktur Bina Haji Kementerian Agama Arsad Hidayat. Syarat tanazul adalah riwayat rekam medis anggota jemaah tersebut.
Suharja ditemukan wafat
Pihak PPIH Arab Saudi juga melaporkan penemuan jenazah Suharja Wardi Ardi (69), anggota jemaah Kelompok Terbang (Kloter) Embarkasi Kertajati 10 (KJT 10), yang dicari karena hilang. Dalam data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), Suharja terdata meninggal pada Kamis (6/7/2023) pagi, atau 10 hari sebelum ditemukan pada Minggu (16/7/2023).
Suharja ditemukan tim Pelindungan Jemaah PPIH Arab Saudi, dalam keadaan wafat di ruang jenazah (tsallajah) Rumah Sakit (RS) Mu'aisyim, Mina, Mekkah, Arab Saudi. Penemuan jenazah Suharja disampaikan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Hilman Latief, Minggu (16/7/2023).
Menurut Hilman, jasad Suharja ditemukan tanpa gelang identitas sehingga perlu kesaksian langsung keluarga terdekat, yakni istri Suharja, Hj Aat. Tim PPIH Arab Saudi menjemput Hj Aat yang sedang berada di Madinah untuk menuju RS Mu'aisyim di Mina.
”Setelah menempuh perjalanan dari Madinah ke Mina yang sekitar empat-lima jam dengan mobil, proses verifikasi jenazah Suharja berlangsung di Forensic Medicine Center Mekkah atau At-Thib asy-Syar'iy bi Shihhah al-Makkah,” ujar Hilman di Mekkah, Arab Saudi, Minggu (16/7/2023).
Verifikasi jenazah Suharja itu, selain dihadiri Hilman dan Hj Aat, juga disaksikan oleh Kepala Kantor Urusan Haji Nasrullah Jazam, Kepala Bidang Pelindungan Jemaah Harun Arrasyid, dan Kepala Daerah Kerja Madinah, Zaenal Muttaqien. Hj Aat, setelah menyaksikan jenazah tersebut, memastikan bahwa itu benar suaminya.
Suharja terpisah dari istrinya pada saat wukuf di Arafah, 27 Juni 2023. Di tengah-tengah wukuf, Suharja dan Aat keluar dari tenda mereka untuk menuju toilet. Namun, sekembali Hj Aat ke tenda semula, Suharja tak diketahui keberadaannya hingga saat ditemukan.
Suharja merupakan satu dari tiga anggota jemaah haji Indonesia yang diumumkan hilang karena belum ditemukan hingga lebih dari 10 hari. Di samping Suharja, ada dua anggota jemaah lainnya, yakni Niron Sunar Suna (77) dan Idun Rohim Zen (87). Niron terlebih dulu ditemukan pada Selasa (11/7/2023), juga dalam keadaan meninggal. Adapun Idun hingga Rabu (19/7/2023) masih dalam pencarian.