Minat membaca anak bisa ditumbuhkan sejak dini dari rumah. Untuk mewujudkan ini, orangtua perlu berperan aktif.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Minat baca pada anak bisa ditumbuhkan dari rumah dan hal ini butuh peran aktif orangtua. Agar anak tertarik, orangtua bisa membacakan buku dengan nyaring, membuat pojok buku sederhana di rumah, mengajak anak ke perpustakaan atau toko buku, hingga menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan minat anak.
Selain itu, orangtua juga disarankan untuk membebaskan anak memilih bahan bacaan sendiri. Memaksa anak membaca hal yang tidak mereka sukai bisa membuat mereka frustrasi dan merasa bahwa membaca bukan aktivitas menyenangkan. Hal ini menyebabkan minat baca anak tidak tumbuh.
Ketua Komunitas Sidina Susi Sukaesih mengatakan, kedua anaknya dibiasakan membaca sejak kecil. Orang dewasa di rumah juga mencontohkan kebiasaan membaca di waktu senggang. Selain itu, anak-anak juga diberi tahu manfaat membaca sejak dini.
”Pertama, (kita) bisa jadi contoh bagi anak. Usahakan baca buku setiap ada kesmepatan dan alokasikan waktu untuk membaca bersama. (Kami) tanamkan mindset apa itu buku, apa pula manfaatnya, dan bagaimana cara menikmati proses membaca,” ucapnya pada diskusi Perjalanan Membaca di Balik Perjenjangan Buku, Kamis (13/7/2023) sore.
Anak-anaknya pun dibiarkan memilih buku bacaan sendiri. Anak pertamanya yang duduk di kelas I SD, misalnya, suka membaca profil pemain bola. Susi lantas mengajak anaknya berdiskusi soal pemain bola yang dibaca, seperti bagaimana masa kecil sang pemain bola, prestasinya, atau proses pemain bola tersebut menjadi terkenal.
”Anak jadi diajak berpikir kritis. (Saya) juga jadi tahu, anak sebetulnya mengerti atau tidak dengan apa yang dibaca,” kata Susi.
Minat baca penting dalam proses belajar. Anak-anak yang rajin membaca dinilai punya kemampuan berbahasa yang lebih baik dibanding mereka yang tidak membaca. Selain itu, membaca juga membantu mengembangkan imajinasi dan kemampuan kognitif anak.
Kecakapan membaca juga penting dalam proses belajar. Pada 2022, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) mengingatkan rendahnya tingkat pembelajaran anak-anak. Hanya satu per tiga anak berusia 10 tahun di dunia yang diperkirakan mampu membaca dan memahami tulisan sederhana. Angka itu turun setengah dibandingkan dengan masa sebelum pandemi Covid-19.
Unicef juga menyebut bahwa membaca bersama anak selama 10-15 menit setiap hari dapat memantik ketertarikan mereka akan buku. Namun, hal ini mesti dilakukan secara konsisten.
Membaca bertahap
Pegiat literasi Sofie Dewayani mengatakan, anak-anak dapat diajak membaca secara bertahap sesuai kemampuan bacanya. Anak-anak yang baru belajar membaca, misalnya, bisa diajak membaca buku dengan teks pendek dan sederhana, serta memiliki banyak gambar.
Seiring berjalannya waktu, ketika kemampuan membaca anak semakin baik, kompleksitas bahan bacaan bisa ditingkatkan. Kompleksitas ini bisa dari segi panjang kalimat, struktur kalimat, kosakata, kaidah bahasa, hingga penggunaan tanda baca.
Anak jadi diajak berpikir kritis. (Saya) juga jadi tahu, anak sebetulnya mengerti atau tidak dengan apa yang dibaca.
Untuk menentukan buku yang tepat sesuai dengan kemampuan anak, orangtua dapat merujuk pada kebijakan penjenjangan buku (book leveling). Buku-buku dikelompokkan ke jenjang A hingga E. Buku jenjang A untuk pembaca awal yang baru belajar membaca, sedangkan buku jenjang E untuk pembaca mahir.
”Dengan buku berjenjang, setiap anak dengan setiap kemampuan membacanya akan mendapat buku yang tepat,” ucap Sofie.
Kepala Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Supriyatno menambahkan, anak sebaiknya tidak dijejalkan dengan buku-buku yang belum dapat mereka baca. Ketika anak didorong membaca sesuai kemampuan dan ketertarikannya, ia yakin minat baca akan tumbuh. ”Ini akan berdampak ke budaya membaca, lebih besarnya ke pengembangan budaya literasi ke depan,” katanya.