Penguatan Layanan Kesehatan untuk Hadapi Pandemi di Masa Depan
Perbaikan layanan kesehatan diperlukan untuk menghadapi ujian pandemi di masa depan.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 mulai melemah di banyak negara sehingga pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat mulai diterapkan. Meski demikian, setiap negara perlu mengambil pelajaran dan refleksi dari langkah penanganan yang pernah diambil seperti penguatan layanan kesehatan. Hal ini perlu diterapkan untuk menghadapi ujian pandemi lain yang mungkin akan datang.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi di Rumah Sakit Kramat 128, Jakarta, Zubairi Djoerban, dalam upaya pengendalian pandemi Covid-19, terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan. Sejumlah komponen itu meliputi, antara lain, koordinasi lintas sektor dengan masyarakat, penguatan layanan kesehatan, serta informasi dan komunikasi.
”Ketika kasus Covid-19 di Indonesia turun signifikan seperti sekarang, kita bisa mengetahui bahwa semua upaya yang dilakukan bersama membuahkan hasil baik. Namun, becermin dari pengalaman, banyak perbaikan bisa dilakukan untuk menghadapi ujian pandemi yang akan datang,” kata Zubairi dalam bedah buku karyanya berjudul Pandemi, Pembelajaran, dan Kebijakan, Rabu (12/7/2023), di Jakarta.
Zubairi menambahkan, deteksi kasus di laboratorium masih membutuhkan waktu lama dalam penanganan Covid-19. Selain itu, sumber daya manusia (SDM), termasuk laboran yang andal, juga masih kurang. Begitu pula dengan pemanfaatan teknologi informasi.
Layanan kesehatan juga dinilai masih kurang. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengingat, selama puncak Covid-19, kebutuhan tempat tidur di ruang rawat, ruang intensive care unit (ICU), bahkan instalasi gawat darurat (IGD) meningkat pesat dan sulit terpenuhi. Antrean panjang ambulans yang membawa pasien untuk masuk ruang IGD membuktikan bahwa pelayanan kesehatan di Indonesia belum siap dalam menghadapi pandemi.
”Kita masih mengingat dengan jelas kepanikan yang terjadi karena kurangnya alat pelindung diri (APD), masker, dan antrean yang mengular di stasiun-stasiun pengisian oksigen untuk pasien yang masih bisa di rumah,” ujar Zubairi.
Menilik sejumlah kelemahan dalam sistem layanan kesehatan Indonesia selama puncak pandemi, maka sistem kesehatan nasional mesti diperkuat. Hal yang termasuk di dalam sistem kesehatan ialah kapasitas pemberian layanan kesehatan, institusi, dan populasi untuk mempersiapkan dan merespons krisis secara efektif.
Zubairi menambahkan, perbaikan sistem layanan kesehatan menjadi keharusan. Tanpa layanan berkualitas, masyarakat akan enggan datang untuk mendapatkan pertolongan. Pada akhirnya kepercayaan terhadap sistem kesehatan biomedis akan tergerus.
Menilik kelemahan dari layanan kesehatan Indonesia selama puncak pandemi, mau tidak mau yang harus dilakukan adalah memperkuat sistem kesehatan nasional.
”Dengan kata lain, pandemi mengajarkan kita mengenai pentingnya membangun sistem kesehatan yang tidak hanya canggih dan sesuai EBM (evidence based medicine/pengobatan berbasis bukti), tetapi juga yang tahan dalam menghadapi tekanan seperti yang dihadirkan Covid-19. Selain itu, hal lebih penting lagi adalah sistem kesehatan harus adil untuk setiap orang,” kata Zubairi.
Perlu kolaborasi
Menurut Zubairi, tingkat keparahan Covid-19 pada setiap negara tidak sama. Pengaruh iklim dan kesiapan menghadapi pandemi dipengaruhi ada dan tidaknya pengalaman sebelumnya. Selain itu, daya dukung finansial dan keahlian dapat pula menentukan respons negara-negara. Oleh sebab itu, kerja sama dan solidaritas internasional mutlak diperlukan untuk menghadapi pandemi-pandemi yang hampir pasti akan datang di masa depan.
”Untuk diingat, solidaritas dan kerja sama penting tidak hanya untuk menghadapi pandemi, tetapi juga perubahan iklim dan berbagai masalah yang mengancam hidup manusia,” lanjut Zubairi.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Moh Adib Khumaidi mengatakan, kolaborasi dan kesetaraan dalam pelayanan kesehatan dibutuhkan untuk meningkatkan derajat kesehatan sekaligus kesejahteraan masyarakat.
”Kolaborasi perlu dilakukan pada seluruh aspek pelayanan, mulai dari preventif, promotif, kuratif, hingga rehabilitatif. Intervensi yang dilakukan pada semua aspek tersebut perlu dilakukan dengan porsi yang sama,” ujar Adib.
Pandemi Covid-19 telah membuktikan penyakit bisa cepat ditangani apabila ada kolaborasi kuat dari lintas sektor. Di Indonesia, seluruh pemangku kepentingan terlibat aktif dalam penanganan pandemi mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi profesi kesehatan, akademisi, peneliti, pelaku bisnis, tokoh masyarakat, media massa, hingga masyarakat umum.