Cegah Obesitas pada Anak dengan Memantau Pertumbuhannya
Pemantauan pertumbuhan anak penting dilakukan untuk mengetahui apakah pertumbuhannya sesuai standar usianya atau tidak.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Orangtua perlu memantau dan memperhatikan pencegahan obesitas pada anak sejak usia dini. Pencegahan dan pengendalian obesitas pada anak dapat dilakukan melalui edukasi atau promosi kesehatan, deteksi dini, serta penatalaksanaan kasus.
Berdasarkan hasil studi Status Gizi Indonesia tahun 2022, jumlah anak balita kelebihan berat badan mencapai 3,5 persen. Sementara itu, data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan angka obesitas di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, dari 2007 yang hanya 18,8 persen bertambah pada 2013 menjadi 26,6 persen, dan tahun 2018 menjadi 31,0 persen.
Pelaksana Tugas Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes Lovely Daisy mengatakan, penyebab obesitas terbagi menjadi dua. Pertama, faktor genetik atau riwayat keluarga. Kedua, faktor lingkungan, yaitu pola makan, asupan energi yang berlebih, konsumsi gula, garam, lemak yang tinggi, serta pola aktivitas fisik.
”Pentingnya pemantauan pertumbuhan pada anak untuk mengetahui apakah anak tumbuh sesuai standar usianya atau tidak. Penyebab obesitas lebih dari 70 persen berasal dari pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat,” ujar Daisy dalam konferensi pers mengenai ”Situasi Terkini Obesitas di Indonesia”, Selasa (11/7/2023), di Jakarta.
Kenaikan jumlah penderita obesitas disebabkan oleh pengaturan konsumsi pola makan yang saat ini lebih banyak mengandung gula, garam, dan lemak. Selain itu, pola asuh dalam keluarga yang kurang teredukasi untuk menyediakan makanan bergizi seimbang.
Menurut Daisy, pemerintah selalu memperhatikan kesehatan dan status gizi masyarakat. Meskipun pemerintah tengah memprioritaskan program percepatan penurunan tengkes, Kemenkes juga terus berupaya memantau perkembangan obesitas, mulai dari tingkat sekolah hingga posyandu.
Daisy menyebut, di posyandu pemantauan tumbuh kembang bayi dilakukan melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan secara berkala. Setelah itu, hasilnya akan dimasukkan ke dalam buku kesehatan ibu dan anak (KIA).
Para kader akan memberikan informasi mengenai pengelolaan makanan bergizi bagi anak atau aktivitas ringan yang bisa mengembalikan berat badan anak menjadi normal.
Jika grafik dalam buku KIA menunjukkan anak mengalami obesitas, para kader yang mencatat akan segera memberikan edukasi. Para kader akan memberikan informasi mengenai pengelolaan makanan bergizi bagi anak atau aktivitas ringan yang bisa mengembalikan berat badan anak menjadi normal.
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta melalui seluruh puskesmas setempat rutin melakukan penjaringan kesehatan pada anak usia sekolah dan remaja yang mencakup pemeriksaan kesehatan pada seluruh anak usia sekolah dan remaja berusia 7-15 tahun. Berdasarkan hasil skrining penjaringan kesehatan 2022, sebanyak 59.657 orang (3,64 persen) mengalami kelebihan berat badan, sedangkan 14.784 orang (0,90 persen) mengalami obesitas.
Pejabat Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Esti Widiastuti mengatakan, dukungan kebijakan dalam pencegahan dan pengendalian obesitas pada anak sangat diperlukan. Upaya pencegahan dan pengendalian obesitas pada anak bisa dilakukan melalui fasilitas pelayanan kesehatan. Misalnya, di sekolah melalui usaha kesehatan sekolah (UKS), di masyarakat melalui upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM), serta yang paling penting melalui pendekatan keluarga.
Untuk mencegah peningkatan persentase anak usia sekolah dan remaja dengan obesitas, diperlukan tindak lanjut hasil pemeriksaan kesehatan yang mencakup rujukan ke puskesmas, pemantauan oleh guru dan orangtua, serta perencanaan dan pengembangan program yang terarah.
Kegiatan penjaringan di sekolah negeri, swasta, ataupun sekolah luar biasa (SLB) perlu dilakukan untuk mendeteksi dini masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses belajar dan tumbuh kembang anak. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan dalam penjaringan kesehatan yaitu pemeriksaan status gizi. Hal itu untuk mengetahui kondisi awal status gizi (sangat kurus, kurus, gemuk, dan obesitas) pada anak usia sekolah dan remaja.
Selanjutnya, Kemenkes juga telah menggerakkan UKS untuk memberikan pembinaan pada pengelola kantin. Mereka harus memastikan bahwa makanan yang dijual di sekitar area sekolah terjaga kebersihannya serta memiliki kandungan gizi yang baik bagi siswa.
Esti melanjutkan, jika mengalami obesitas, masyarakat diharapkan melakukan gerakan ”patuh”, yaitu periksa kesehatan secara rutin, atasi penyakit dengan pengobatan tepat dan teratur, tetap diet dengan gizi seimbang, upayakan aktivitas fisik dengan aman, serta hindari asap rokok, alkohol, dan zat karsinogenik lainnya.