Sani Sanusi, jurnalis harian ”Kompas” sejak tahun 1967 hingga 1998, berpulang dalam usia 90 tahun 4 bulan di Rumah Sakit Pelni, Jakarta Barat, Senin (10/7/2023) pukul 20.28.
Oleh
Stephanus Aranditio, Agnes Aristiarini
·2 menit baca
Sani Sanusi, jurnalis harian Kompas sejak tahun 1967 hingga 1998, berpulang dalam usia 90 tahun 4 bulan di Rumah Sakit Pelni, Jakarta Barat, Senin (10/7/2023) pukul 20.28. Almarhum dikenal sebagai wartawan yang berintegritas dan kritis terhadap isu-isu kesehatan di Tanah Air.
Galvin Sanusi, anak Sani, mengungkapkan, kesehatan ayahnya menurun dua bulan terakhir akibat demam berdarah dan tifus yang membuatnya harus dirawat selama lima hari di rumah sakit. Dalam masa perawatan, diketahui bahwa almarhum ternyata juga mengidap penyakit infeksi paru dan kanker prostat sehingga harus menjalani rawat jalan.
Pada Minggu (9/7/2023), kondisinya semakin menurun sehingga harus dibawa ke IGD RS Pelni. Saat diperiksa, almarhum mengalami kebocoran lambung. Dokter berupaya semaksimal menyiapkan tindakan operasi, tetapi Sani mengembuskan napas terakhir pada Senin, pukul 20.28.
”Kondisi bapak komplikasi dan makin lama kondisinya makin buruk sampai pukul 20.28 tadi bapak mengembuskan napas terakhir,” kata Galvin.
Bagi Galvin, Sani adalah sosok bapak yang selalu menanamkan kedisiplinan dan integritas tinggi kepada anak. Wartawan yang sering meliput isu kesehatan ini juga masih aktif di Paguyuban Pensiunan Kompas sampai usia senjanya.
Jenazah Sani disemayamkan di Rumah Duka Rosebay, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, dan akan dimakamkan di Taman Pemakaman San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat. Almarhum Sani meninggalkan seorang anak dan satu cucu. Tujuh tahun lalu, istrinya telah mendahului berpulang kepada Yang Mahakuasa.
Agnes Aristiarini, mantan rekan kerja almarhum di harian Kompas, mengungkapkan, SAS— demikian inisial sekaligus panggilan akrabnya—sangat luas jaringan relasinya. ”Siapa pun narasumber yang dibutuhkan, Mas SAS dengan segera mendapatkan kontaknya. Yang mengagumkan, Mas SAS tidak pelit membagi narasumbernya. Para wartawan baru yang ditugaskan meliput kesehatan langsung diajak berkeliling, dikenalkan dengan tokoh-tokoh kunci yang sangat bermanfaat dalam menulis laporan kesehatan,” ungkapnya.