Interaksi dengan Benda Buatan Bisa Membuat Bayi Lebih Terampil Berbicara
Tampilan dan kompleksitas pada benda buatan mendorong bayi lebih aktif mengeluarkan interaksi berupa kosakata berbahasa dibandingkan tampilan benda alam.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keterampilan berbicara bayi ternyata lebih berkembang ketika berhadapan dengan benda buatan, dibandingkan dengan benda alam. Benda buatan lebih lebih memancing bayi untuk mengeluarkan ”bahasa bayi” atau protofon.
Protofon merupakan bahasa atau ucapan dengan artikulasi terbatas yang sering diucapkan bayi. Berbagai obyek benda memainkan peranan dalam proses anak bayi mengembangkan keterampilan berbahasa tersebut sebelum menjadi kosakata penuh.
Temuan ini merujuk pada studi yang dilakukan University of Portsmouth, Inggris, yang terbit dalam jurnal Nature’s Scientific Report pada Juni 2023. Tim peneliti mengamati perkembangan protofon anak usia 4-18 bulan yang tinggal di Zambia.
”Temuan kami menunjukkan bahwa tampilan dari obyek berdampak terhadap cara anak-anak berkomunikasi,” kata peneliti studi ini, Violet Gibson, dari Jurusan Psikologi University of Portsmouth, sebagaimana dilansir Sciencedaily, Senin (3/7/2023).
Dalam penelitian ini, Gibson dan rekan peneliti lainnya mengamati 58 bayi di sebuah kompleks perumahan di perdesaan di Zambia. Tim periset mengamati aktivitas bayi dalam mengeluarkan suara saat memakai mainan dan barang rumah tangga, lalu membandingkannya dengan cara mereka berinteraksi dengan benda alam.
Benda buatan lebih memancing bayi untuk mengeluarkan protofon karena berbagai kompleksitas bentuk dan fungsi dari benda tersebut.
Hasilnya, peneliti menemukan jumlah bahasa bayi yang dihasilkan lebih tinggi saat berinteraksi dengan obyek buatan manusia dibandingkan dengan daun, buah, batu, dan bulu burung, dan benda alam lainnya.
Interaksi dengan berbagai peralatan rumah dan mainan menghasilkan 28,85 persen protofon. Angka ini lebih tinggi dibandingkan protofon yang dihasilkan dari benda alam, yakni 7,58 persen.
Kompleksitas
Gibson menyebutkan, benda buatan lebih memancing bayi untuk mengeluarkan protofon karena berbagai kompleksitas bentuk dan fungsi dari benda tersebut. Sebagai contoh, sepatu yang dimainkan seperti mobil akan mengundang interaksi dan bahasa lebih aktif dari bayi.
Adapun dengan benda alam, interaksi bayi hanya terbatas dengan aktivitas menyentuh atau memukul. Hal ini menjadikan benda alam tidak mempromosikan banyak vokalisasi yang berhubungan dengan kosakata berbahasa.
”Bayi tampaknya menyukai barang-barang rumah tangga, mungkin karena benda tersebut dirancang untuk tujuan fungsional tertentu. Dalam kasus mainan, benda dirancang untuk menarik perhatian anak dan membangkitkan minat mereka,” ucap Gibson.
Peneliti lainnya, psikolog dan ahli bahasa Iris Nomikou mengungkapkan tampilan dari benda-benda buatan mendorong bayi untuk berinteraksi dengan orangtua atau pengasuhnya. Bayi yang penasaran dengan bentuk dan kompleksitas sebuah benda akan membuat mereka lebih aktif mempertanyakan hal tersebut.
Nomikou juga menyebut lebih jauh dalam perkembangan manusia, benda buatan ini berkontribusi dalam keterampilan berbahasa nenek moyang manusia. Hal ini turut mendorong mereka menciptakan berbagai benda yang lebih kompleks.
”Bahasa vokal tentang alat buatan manusia mungkin telah menyebabkan sejumlah kemajuan penting bagi nenek moyang kita, termasuk evolusi ucapan dan lonjakan pembuatan obyek yang lebih canggih,” tuturnya.