Inspirasi Pendidikan Vokasi Memberikan Aneka Pilihan Hidup
Inspirasi keberhasilan pendidikan vokasi perlu terus dibagikan. Kehadiran sekolah vokasi di daerah memberdayakan sumber daya manusia dan ekonomi lokal.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pendidikan vokasi di daerah memberikan pilihan bagi masyarakat untuk menguatkan keterampilan yang relevan dengan kondisi lokal. Kehadiran sekolah vokasi, baik di sekolah menengah kejuruan, politeknik, maupun lembaga kursus dan pelatihan mengubah peserta didik jadi lebih merdeka dan berdaya sehingga memiliki beragam pilihan hidup.
Sayangnya, masih ada mitos yang menganggap sekolah ini sekadar menghasilkan ”tukang”. Padahal, dari berbagai sekolah vokasi di pelosok negeri, banyak cerita inspiratif yang memberdayakan masyarakat di daerah.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim dalam acara peluncuran buku berjudul Mendobrak Mitos: 20 Kisah Inspiratif Pendidikan Vokasi, di Jakarta, Senin (26/6/2023), membacakan satu tulisan yang berkisah tentang anak-anak yang sekolah di SMK Yapis Fakfak, Papua Barat.
Seorang siswa perempuan sering tidak bisa masuk sekolah karena harus mengurus adiknya di rumah atau membantu keluarga mengolah kebun agar bisa makan. Terkadang, siswi di sekolah vokasi bidang keahlian menjahit ini harus ke sekolah sambil membawa adiknya. Ia butuh waktu 2,5 jam untuk berangkat ke sekolah.
Meski demikian, sang siswi begitu semangat untuk bersekolah karena merasakan keterampilan menjahitnya semakin baik. Ia juga belajar membuat desain pakaian.
Di sekolah ada mini konfeksi sebagai teaching factory, yang membuat para siswa bisa menjahit pakaian dengan mesin jahit listrik. Ada nilai plus dari lulusan SMK (sekolah menengah kejuruan) bidang keahlian tata busana yang menyiapkan para siswa bisa mendesain busana guna mendukung industri mode lokal.
”Jika blusukan atau berkunjung ke daerah-daerah, saat ini sedang terjadi transformasi pendidikan. Ada ribuan kisah yang menunjukkan keberanian, daya inovasi, dan keinginan untuk maju. Sayangnya, kita masih surplus cerita dan informasi konflik, tetapi defisit cerita inspiratif,” ujar Nadiem.
Dukungan industri
Ketua Tim Strategi dan Perencanaan Pengusaha Peduli Sekolah Vokasi Agustina Tutik berbagi kisah tentang dukungan dari dunia usaha untuk pendidikan vokasi di SMKN 8 Surakarta, Jawa Tengah. SMK yang memiliki kekuatan di bidang seni budaya, seperti pedalangan dan seni tari, itu mampu dibawa ke tingkat internasional. Sekolah tersebut memiliki auditorium dengan skala internasional.
Para siswa dan guru mendapat gemblengan langsung dari seniman Eko Supriyanto dan Garin Nugroho. Mereka juga mendapatkan pengalaman terlibat pementasan di panggung internasional.
Para siswa disiapkan untuk memiliki kecakapan mendukung industri hiburan dengan dukungan guru yang memahami seluk-beluk keahlian yang dibutuhkan karena magang di industri hiburan.
”Sejak 2021 hingga sekarang, kami dari perusahaan berbeda mendukung revitalisasi SMK. Sudah 15 SMK yang kami dukung, salah satunya lewat penyesuaian kurikulum agar relevan dengan kebutuhan industri. Jika melakukan sendiri lama hasilnya dan dana terbatas. Lalu, kami sepakat membuat konsorsium pengusaha peduli Covid-19 jadi pendukung sekolah vokasi,” ujar Agustina.
Sayangnya, masih ada mitos yang menganggap sekolah ini sekadar menghasilkan ”tukang ”.
Wakil Ketua Umum Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Kadin Indonesia Heru Dewanto berbagi kisah riset terapan dari Politeknik Negeri Jakarta yang mengubah limbah plastik menjadi genteng plastik. Idenya dari keinginan untuk mengatasi dampak gempa agar bangunan tidak rusak parah, terutama di bagian genteng.
Seusai peluncuran, Pelaksana Tugas Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, Uuf Brajawidagda mengatakan, ada 10 kisah inspiratif dari SMK dan 10 politeknik dari sejumlah daerah yang disajikan di dalam buku hasil kerja sama Kemendikbudristek dan Tempo Institute. Buku tersebut mengangkat kisah manusia di sejumlah daerah yang berubah hidupnya karena awalnya hanya punya pilihan terbatas, kemudian memiliki pilihan dan lebih merdeka, serta bisa mengangkat derajat yang lain dengan kehadiran pendidikan vokasi.
”Masih ada mitos yang membuat ada yang tidak pro-vokasi. Namun, kini kita sudah sadar dan mendukung revitalisasi pendidikan vokasi. Sebab, untuk mencapai lompatan ekonomi memang butuh SDM yang relevan. SMK, politeknik, serta lembaga kursus bisa dengan singkat mengasah keterampilan agar sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri,” kata Uuf.
Uuf menambahkan, pendidikan vokasi sudah ada sejak lama, tetapi sering kali belum dimengerti. Dengan komitmen revitalisasi pendidikan vokasi oleh pemerintah, pilihan belajar di sekolah vokasi mulai dianggap keren.
Pendidikan vokasi memberikan pilihan bagi anak muda untuk bekerja sesuai dengan minat dan bakat. ”Bukan cuma sebagai pekerja. Sebagai ilmuwan pun bisa,” kata Uuf.