Malam Anugerah Sastra 2023, Upaya Apresiasi Karya Seni Indonesia
Pemerintah wajib memfasilitasi karya seniman serta merawat karya yang dihasilkan seniman.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
Pembukaan acara Malam Anugerah Sastra 2023 di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Sabtu (24/6/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Kolaborasi dan kerja sama berbagai pihak sangat penting dalam memajukan dunia sastra dan mengapresiasi karya-karya seni budaya. Malam Anugerah Sastra 2023 merupakan bukti konkret bahwa kolaborasi dan kebersamaan dari berbagai pihak dapat menciptakan harmoni dalam dunia kebudayaan.
Malam Anugerah Sastra 2023 dihelat oleh Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta, Pusat Dokumentasi Sastra H.B Jassin, serta Taman Inspirasi Sastra Indonesia di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Sabtu (24/6/2023). Acara tersebut sebagai bentuk anugerah kepada Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri dalam rangka memperingati ulang tahunnya yang ke-82.
Kolaborasi antara Dinas Kebudayaan DKI Jakarta dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta dalam penyelenggaraan Malam Anugerah Sastra 2023 menunjukkan komitmen mereka untuk memberikan ruang lebih luas bagi pekerja seni budaya dan meningkatkan tingkat literasi di Jakarta. Mereka menyadari bahwa peran masyarakat sangat penting dalam memajukan dunia sastra dan mengapresiasi karya-karya seni budaya.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta Firmansyah menyadari perlunya menggalakkan gerakan literasi untuk meningkatkan level literasi Jakarta. ”Ini adalah kerja bersama dan kolaborasi banyak pihak demi kemajuan literasi dan sastra,” tuturnya.
Firmansyah mengatakan, tugas pemerintah bukan sebagai kreator karena mereka bukanlah seorang seniman. Namun, pemerintah wajib memfasilitasi karya seniman serta merawat karya yang dihasilkan agar bisa menjadi sebuah kegiatan.
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
Pembukaan acara Malam Anugerah Sastra 2023 di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Sabtu (24/6/2023).
Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana menyampaikan, rangkaian acara Malam Anugerah Sastra 2023 telah dimulai sejak Februari 2023 dengan tema ”82 Tahun Sutardji Calzoum Bachri”. Berbagai kegiatan literasi dan sastra juga telah dilaksanakan di lima wilayah DKI Jakarta sepanjang periode peringatan.
”Road show pembacaan serta musikalisasi puisi karya Sutardji di lima wilayah DKI Jakarta bertujuan untuk mendekatkan sastra dengan masyarakat dan meningkatkan tingkat literasi publik,” ujar Iwan.
Road show pertama telah digelar di Taman Ismail Marzuki. Dilanjutkan dengan road show kedua di Universitas Negeri Jakarta, dan road show ketiga di Kota Tua Jakarta. Adapun road show keempat diselenggarakan di Tebet Eco Park, dan road show kelima di Museum Bahari.
Iwan berharap para pekerja seni budaya mendapatkan ruang yang lebih luas agar mereka leluasa mengekspresikan karya. Iwan menyadari, warga Jakarta membutuhkan beragam hiburan di sela-sela kesibukan mereka.
Malam Anugerah Sastra 2023 juga dihadiri Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Riau Raja Yoserizal Zen dan Ketua Harian Lembaga Adat Melayu Riau Datuk Munasir Ma'adab. Riau merupakan tanah kelahiran Sutardji.
Tidak boleh loyo
Sementara itu, di usianya yang memasuki 82 tahun, Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri mengatakan, manusia boleh menjadi tua dan loyo. Meskipun demikian, karyanya tidak boleh sampai loyo.
MEDSOS KOMPAS/ANTONIUS SULISTYO PRABOWO
Penyair Sutardji Calzoum Bachri saat membacakan puisi dalam konser amal “Gitaris untuk Negeri: Donasi Gempa Cianjur” di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (7/12/2022).
Puisi sebagai kesaksian yang otentik, menurut Sutardji, tidak bisa ditolak atau didustakan, bahkan oleh penyairnya sendiri. Sutardji mengatakan, dirinya telah menggeser kredo puisinya menjadi lebih religius. Tidak lagi membebaskan kata dari beban makna, tetapi menuju kredo puisi yang lebih agamis dan banyak merujuk pada Al Quran dan Hadis Qudsi.
Sutardji juga pernah menyampaikan, sebagai seorang penyair, dirinya tidak pernah menulis di atas kertas putih. Seluruh huruf dan gagasan yang ditulis seorang penyair berada di atas tumpukan biografi, sejarah, dan bahkan trauma psikologis dalam perjalanan hidupnya. Oleh sebab itulah, seharusnya, puisi seorang penyair satu dengan lainnya memiliki kekuatan yang berbeda-beda, sesuai dengan sejarah dan biografi hidupnya.
Tugas pemerintah bukan sebagai kreator karena mereka bukanlah seniman. Namun, pemerintah wajib memfasilitasi karya seniman serta merawat karya yang dihasilkan agar bisa menjadi sebuah kegiatan.
”Puisi itu ibarat ditulis di atas lempeng kaca, di mana di bawahnya ada laut biru dan ikan-ikan. Jadi sudah ada cerita sebelumnya. Itulah tantangan seorang penyair,” kata Sutardji (Kompas.id, 8/2/2020).
Pada malam perayaan ulang tahunnya yang ke-82 tersebut, Sutardji diberi hadiah sebuah lukisan oleh pelukis Paul Hendro. Lukisan tersebut menggambarkan Sutardji saat masih muda dan sedang membaca puisi. Selain itu, ia juga mendapatkan Sastra Award yang diserahkan oleh Iwan.
Sutardji lahir di Rangat, Indragiri Hilir, Kepulauan Riau, pada 24 Juni 1941. Penyair bergelar Seri Datuk Pujangga Utama ini pernah menerima Anugerah Seni dari DKJ tahun 1977 dan SEA Write Award tahun 1979.