Rendahnya literasi menjadi sandungan menggapai mimpi besar mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena itu, pengimbasan trik pembelajaran yang menarik perlu dimasifkan untuk membenahi capaian pendidikan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·5 menit baca
Guru-guru di sekolah dasar menjadi tumpuan membangun fondasi pendidikan. Rendahnya literasi siswa merupakan tantangan terbesarnya. Pengimbasan trik metode pembelajaran yang menarik minat siswa perlu lebih masif untuk membenahi capaian pendidikan.
Halaman Sekolah Dasar Negeri 1 Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, yang becek tidak menghentikan langkah Mochamad Sobirin (55) menuju stan-stan Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Membaca (Gernas Tastaba), Senin (19/6/2023). Guru SDN 13 Muara Enim itu ”bergerilya” mencari trik-trik baru dalam pembelajaran.
Berbagai stan, seperti galeri permainan Tastaba, rancangan perangkat pembelajaran (RPP) visualisasi, dan media pembelajaran fonik dengan kartu huruf didatangi. Saat rekan-rekannya masih malu-malu bertanya, guru olahraga itu justru tak ragu untuk mencobanya.
Sobirin penasaran dengan strategi visualisasi pembelajaran. Strategi ini mengajarkan siswa untuk membayangkan apa yang dibaca. Dengan begitu, peserta didik tak sekadar membaca, tetapi membayangkan agar mengerti isinya.
Ia terlebih dahulu membaca bahan bacaan berjudul ”Kemuliaan Hati Kupu-kupu”. Setelah itu, ia menuliskan kalimat inti dalam teks, menyebutkan kata-kata kunci, dan menggambarkan imajinasinya atau yang dibayangkan. ”Strategi ini membantu siswa memahami teks bacaan. Cara ini sebagai trik untuk menerapkan pembelajaran yang menarik minat siswa,” ujarnya.
Meskipun bukan guru Bahasa Indonesia, Sobirin menganggap trik tersebut tetap berguna baginya. Sebab, pelajaran olahraga juga membutuhkan pemahaman teks yang tepat. Tak dimungkiri, banyak siswa sulit memahami pelajaran jika guru hanya mengandalkan buku teks. Berbagai trik dengan menggunakan beragam medium pembelajaran diyakini memudahkan siswa untuk mengerti.
”Kemampuan setiap siswa berbeda. Ada yang cukup dengan teks. Namun, ada juga yang perlu dengan medium gambar agar pembelajarannya menyenangkan,” ujarnya.
Tiga tahun menjelang pensiun tidak menyurutkan semangat Sobirin untuk terus belajar. Ia tetap lapar ilmu demi mengoptimalkan pembelajaran bagi siswa-siswanya. Jadi, ia tak ingin melewatkan kesempatan menimba ilmu dari pameran galeri Gernas Tastaba. Berbagai trik pembelajaran dibidik demi mengoptimalkan kompetensinya sebagai pendidik.
”Belajar dan mengabdi tak mengenal usia tua. Upaya ini sebagai ikhtiar mencerdaskan anak-anak kita yang kelak akan menentukan masa depan bangsa,” ujarnya.
Di stan permainan Tastaba, guru SDN 8 Semende Darat Laut, Hernita, larut dalam permainan susun kata. Sebelum memulai permainan, ia mengambil delapan kartu huruf secara acak.
Permainan terdiri dari tiga putaran dengan durasi masing-masing 1 menit. Ia diminta merangkai kata sebanyak mungkin dari kartu-kartu yang dipilih.
Banyak siswa sulit memahami pelajaran jika guru hanya mengandalkan buku teks. Berbagai trik dengan menggunakan beragam medium pembelajaran diyakini memudahkan siswa untuk mengerti.
”Dengan permainan ini, guru bisa mengajarkan siswa untuk merangkai huruf dan mengenalkan kata. Konsepnya seperti bermain sehingga menyenangkan,” ucapnya.
Pameran galeri tersebut merupakan rangkaian kegiatan Festival Belajar Kabupaten Muara Enim 2023. Selain di SDN 1 Lawang Kidul, kegiatan yang berlangsung pada 17-19 Juni 2023 juga digelar di SDN 20 Rambang Niru.
Berbagi ilmu
Sekitar setahun terakhir, upaya meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran literasi dilakukan melalui Gernas Tastaba di Kabupaten Muara Enim. Program yang digagas Yayasan Penggerak Indonesia Cerdas itu bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat dan Universitas Sriwijaya, serta didukung oleh PT Bukit Asam Tbk.
Program ini melatih sekitar 160 guru dari sejumlah sekolah. Pelatihan terdiri dari tiga topik utama, yaitu ”Menjadi Pembaca Aktif”, ”Membaca Dasar”, dan ”Membaca Bermakna”.
Para guru yang mengikuti pelatihan untuk pelatih Gernas Tastaba ditugaskan untuk mengimbaskan ilmunya kepada guru-guru tingkat dasar lainnya. Dengan begitu, jangkauan gerakan ini semakin luas dan masif.
Mereka menjadi pemateri di kelas paralel. Di kelas strategi membuat hubungan pertanyaan dengan jawaban, guru SDN 9 Sungai Rotan Imam Setiawan menekankan pentingnya menerapkan konsep ”Guru Bertanya”. Siswa diharapkan menggali informasi lebih mendalam dan berusaha memahaminya. ”Dengan berbagai tipe pertanyaan, guru bisa mengetahui tingkat pemahaman siswa dan melatih mereka untuk berpikir kritis,” tuturnya.
Menurut Imam, membaca tak sekadar merangkai bunyi huruf, kata, ataupun kalimat, tetapi juga mencerna atau menyerap informasi dan mampu mengomunikasikannya kembali. Karena itu, kelancaran membaca tidak menjamin siswa mengerti. Hal ini menjadi tantangan guru membangun kompetensi literasi peserta didik. Apalagi, berdasarkan Asesmen Nasional 2021, satu dari dua peserta didik di Tanah Air belum mencapai kompetensi minimum literasi.
”Guru perlu menguasai trik-trik pembelajaran yang interaktif. Menumbuhkan ketertarikan siswa agar tidak merasa terpaksa saat belajar,” ucapnya.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Penggerak Indonesia Cerdas Ahmad Rizali menyebutkan, sangat penting mengintervensi metode pembelajaran literasi di tingkat dasar. Sebab, kompetensi itu sebagai fondasi bagi pendidikan di tingkatan selanjutnya. ”Guru menjadi titik sentral. Kemampuan mereka harus terus ditingkatkan agar bisa membenahi kualitas pendidikan,” ujarnya.
Kolaborasi
Kepala Bidang Pembinaan Ketenagaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muara Enim Marsip Agustam menuturkan, penguatan literasi di daerah itu membutuhkan kolaborasi sejumlah pihak. Tidak hanya guru dan pemerintah, tetapi juga badan usaha dan peran aktif orangtua.
Menurut Marsip, tidak adil jika pemenuhan kompetensi dasar siswa hanya dibebankan kepada guru. Ia pun berharap gerakan itu berkelanjutan dengan melibatkan lebih banyak guru.
”Ada usulan untuk membentuk pokja (kelompok kerja). Dengan mengolaborasikan alumni Gernas Tastaba, K3S (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), dan KKG (Kelompok Kerja Guru), upaya penguatan literasi diharapkan semakin optimal,” ujarnya.
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sriwijaya Akhmad Rizqi Turama mendorong pemanfaatan bahan bacaan yang beragam dalam pembelajaran. Menurut dia, hal ini bisa dimaksimalkan mengingat melimpahnya sumber bacaan, baik daring maupun buku fisik. ”Diperlukan juga buku cerita berbasis cerita lokal agar kontekstual dan membuat siswa lebih tertarik,” katanya.
Rendahnya literasi menjadi batu sandungan meraih mimpi besar mencerdaskan kehidupan bangsa. Berbagai gerakan kolaborasi dari penjuru negeri menyalakan harapan perbaikan kualitas pendidikan.