Pameran seni berjudul “The Spirit Within” berlangsung di Galeri Seni Indonesia, Jakarta pada 8-16 Juni 2023. Pameran menampilkan karya-karya perupa beraliran abstrak Nunung WS.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Seorang pengunjung melihat pameran karya pelukis Indonesia beraliran abstrak, Nunung WS, di Galeri Nasional, Jakarta, Rabu (7/6/2023). Lukisan itu dipajang pada pameran bertajuk "The Spirit Within" di Gedung A Galeri Nasional. Pameran diselenggarakan pada 8-26 Juni 2023 dan menampilkan setidaknya 31 lukisan karya lama dan baru Nunung.
JAKARTA, KOMPAS—Perupa beraliran abstrak Indonesia, Nunung WS (74), menggelar pameran tunggal di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, pada 8-26 Juni 2023. Pameran berisi sedikitnya 30 lukisan itu menggambarkan karya retrospektif Nunung sejak tahun 1970-an hingga sekarang.
Pameran berjudul “The Spirit Within” atau “Jiwa dalam Manunggal” ini diselenggarakan oleh D Gallerie, Galeri Nasional, serta Museum dan Cagar Budaya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Sebetulnya pameran hendak dilaksanakan pada 2020, namun terhambat pandemi Covid-19. Pameran akhirnya dibuka pada Rabu (7/6/2023) oleh Franka Makarim.
Nama Nunung dianggap turut mewarnai perkembangan seni rupa Indonesia. Ia merupakan satu dari sedikit perempuan seniman Indonesia beraliran abstrak yang masih aktif berkarya.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Seorang pengunjung melihat pameran karya pelukis Indonesia beraliran abstrak, Nunung WS, di Galeri Nasional, Jakarta, Rabu (7/6/2023). Lukisan itu dipajang pada pameran bertajuk "The Spirit Within" di Gedung A Galeri Nasional. Pameran diselenggarakan pada 8-26 Juni 2023 dan menampilkan setidaknya 31 lukisan karya lama dan baru Nunung.
Kurator pameran Chabib Duta Hapsoro mengutarakan, Nunung bisa dibilang satu-satunya perempuan seniman di Indonesia yang mengeksplorasi bidang warna di karyanya. “Ekspresi atau karya Bu Nunung menyumbang khazanah visual seni abstrak Indonesia,” tuturnya.
Salah satu lukisan yang menjadi sorotan berjudul Verzon. Lukisan ini dibuat dengan cat akrilik di atas kanvas. Lukisan sepanjang 10,5 meter tersebut dibagi menjadi tujuh panel berukuran 150 sentimeter x 150 sentimeter. Menurut Nunung, ia membaginya menjadi tujuh karena tidak muat dikerjakan sekaligus di rumah.
Ekspresi atau karya Bu Nunung menyumbang khazanah visual seni abstrak Indonesia.
Lukisan yang didominasi warna hitam dan putih itu menggambarkan Candi Borobudur. Ada banyak garis horizontal serupa persegi panjang berbagai warna, seperti abu-abu, biru, hijau, dan merah. Sekilas, lukisan itu jauh dari bayangan akan bentuk Borobudur.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Direktur D Gallerie Esti Nurjadin berdiri di samping lukisan berjudul "Verzon" karya pelukis Nunung WS di Galeri Nasional, Jakarta, Rabu (7/6/2023). Lukisan ini dipajang pada pameran bertajuk "The Spirit Within" di Gedung A Galeri Nasional. Pameran diselenggarakan pada 8-26 Juni 2023 dan menampilkan setidaknya 31 lukisan karya lama dan baru Nunung.
Lukisan ini pernah dipajang pada pameran “Untouchables” di Ciptadana Center, Jakarta pada 2019. Saat itu, Nunung menyebut bahwa hitam adalah warna yang dilihat saat meditasi. Warna-warna lain adalah sinar yang dilihat hati ketika meditasi (Kompas.id, 1/12/2019).
Pada pameran kali ini, Nunung menuturkan, ia suka Candi Borobudur dan telah mempelajarinya sejak tahun 1980-an. Setelah mengamati dan merenung, Nunung mendapati bahwa ada ruang transenden di candi tersebut. Ruang itu tercipta dari hubungan Sang Pencipta dengan manusia. Ada unsur keilahian di ruang itu.
“Saya sering ikut upacara (di Candi Borobudur), lalu direnungkan. Akhirnya ketemu ruang-ruang yang subtil. (Borobudur) itu pertemuan antara dunia kita manusia dengan Yang Di Atas,” ungkap Nunung yang pernah belajar di Akademi Seni Rupa Surabaya (Aksera).
Keputusan untuk berkarya dengan gaya abstrak baru dilakoni Nunung pada tahun 1990-an. Sebelumnya, ia berkarya dengan gaya realis dan ekspresionis. Sebelum menemukan gayanya, Nunung sempat berguru pada pelukis Nashar dan Kartika Affandi.
Menurut Chabib, perjalanan karya Nunung terbagi dalam tiga periode. Pertama, manifestasi artistik dari pengamatan Nunung terhadap alam sekitar. Hasil pengamatan lantas diekspresikan melalui garis yang efisien.
Beberapa karyanya merujuk ke Bali, Borobudur, dan Maninjau. Periode ini sekaligus masa ketika Nunung berada di bawah bimbingan pelukis Nashar.
Kedua, periode saat Nunung berekspresi dengan sapuan kuas yang ekspresif. Ia meneladani gestur kaligrafi Arab, China, hingga Jepang. Chabib mengatakan, sapuan kuas itu ekspresif dan semarak, namun juga efisien dan hening.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Pelukis Indonesia beraliran abstrak, Nunung WS (kiri), dan kurator pameran Chabib Duta Hapsoro menjelaskan lukisan-lukisan karya Nunung yang dipamerkan di Galeri Nasional, Jakarta, Rabu (7/6/2023). Pameran bertajuk "The Spirit Within" ini diselenggarakan pada 8-26 Juni 2023 dan menampilkan setidaknya 31 lukisan karya lama dan baru Nunung.
Ketiga, periode ekspresi spiritual. Di periode ini, Nunung berekspresi dengan berbagai bidang warna. Ia terinspirasi dari berbagai hal yang diamati di museum, kain tenun Nusantara, serta eksplorasi atas kertas lipat atau origami.
Pada beberapa karya, Nunung menumpuk berbagai bidang dalam satu lukisan. Ia lantas menaruh beberapa warna yang dilukis dengan sapuan kuas berbeda-beda: ada yang tegas, ada pula yang samar.
“Bidang-bidang yang bertumpuk acap kali menghadirkan nuansa transparan dan garis tepi yang kabur sehingga menyarankan sebuah pengalaman ambang atau kediantaraan. Kediantaraan tersebut merujuk pada ruang transenden antara manusia dengan Tuhan," ucap Chabib.
Direktur Museum dan Cagar Budaya Kemendikbudristek Ahmad Mahendra menambahkan, Nunung perupa inspiratif di Indonesia. Setelah lima dekade berkarya, ia menunjukkan dedikasi, komitmen, kekuatan, dan keterampilan sebagai seniman. Kehadiran dan karya Nunung dianggap menyemarakkan dunia seni rupa nasional.