Surakarta dan Depok terpilih sebagai nominasi Jejaring Kota Kreatif UNESCO (UCCN) dari Indonesia. Menjadi bagian dari jejaring ini berarti memperluas kesempatan berkolaborasi dengan dunia untuk mewujudkan SDGs.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
Penari yang tergabung dalam Bengkel Seni Adanu Jumantoro berlatih di pendapa Sasono Mulyo, kompleks Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (17/3/2021). Latihan tersebut untuk mempersiapkan penampilan mereka tentang kisah Ramayana dengan judul ”Himanda Adilaga” yang akan disiarkan secara daring.
JAKARTA, KOMPAS — Kota Surakarta di Jawa Tengah dan Kota Depok di Jawa Barat terpilih sebagai wakil Indonesia untuk nominasi Jejaring Kota Kreatif Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO. Jejaring ini adalah kesempatan bekerja sama dengan kota-kota lain di dunia untuk pembangunan kota yang berkelanjutan.
Hal ini disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno melalui uraian mingguan Kemenparekraf di Jakarta, Senin (5/6/2023). Surakarta dan Depok terpilih dari total enam kabupaten/kota di Indonesia yang mengajukan diri sebagai nominasi Jejaring Kota Kreatif UNESCO (UCCN).
Jejaring Kota Kreatif adalah mitra UNESCO untuk mendorong pembangunan berkelanjutan secara kreatif dan inovatif. Jejaring Kota Kreatif UNESCO mencakup tujuh bidang kreatif, yakni Kriya dan Seni Rakyat, Seni Media, Film, Musik, Desain, Sastra, dan Gastronomi.
TANGKAPAN LAYAR
Kota Surakarta, Jawa Tengah, dan Kota Depok, Jawa Barat, terpilih sebagai wakil Indonesia untuk nominasi Jejaring Kota Kreatif Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO (UCCN). Hal ini disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno (tengah) di Jakarta, Senin (5/6/2023).
Surakarta mengajukan diri sebagai Kota Kriya dan Seni Rakyat, sementara Depok sebagai Kota Seni Media. Keduanya terpilih dari total enam kabupaten/kota yang mengajukan diri sebagai nominasi Jejaring Kota Kreatif UNESCO.
Empat kabupaten/kota lain yang mengajukan diri adalah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (Kota Kriya dan Seni Rakyat); Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta (Kriya dan Seni Rakyat); Kota Bitung, Sulawesi Utara (Kota Gastronomi); dan Kota Salatiga, Jawa Tengah (Kota Gastronomi). Sandiaga mengatakan, pihaknya telah mendampingi kabupaten/kota yang mengajukan nominasi Jejaring Kota Kreatif UNESCO.
”Ada enam kabupaten/kota yang sudah melengkapi formulir aplikasi Jejaring Kota Kreatif dan ikut seleksi tingkat nasional. Kami mengapresiasi karena ini proses (seleksi) yang cukup detail dan kadang melelahkan,” ucap Sandiaga.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah (Bappeda) Kota Depok Dadang Wihana mengatakan, potensi ekonomi kreatif Depok di bidang seni media sangat besar. Ini tampak dari banyaknya perusahaan rintisan (start up) di Depok. Pengembangan ekosistem perusahaan rintisan pun disebut sudah dilakukan dari hulu ke hilir, antara lain melalui pendidikan, pengembangan komunitas, dan pendanaan pengembangan usaha.
”Lebih dari 150 start up ada di Depok, mulai dari tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional,” kata Dadang seperti dikutip dari laman pemberitaan Pemerintah Kota Depok.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Proses transplantasi di Sabacotta, Cinere, Depok, Jawa Barat, Rabu (3/3/2021).
Adapun suatu kabupaten/kota mesti memenuhi belasan indikator untuk menjadi kota kreatif. Beberapa di antaranya ada peran dan dasar-dasar bidang kreatif di sejarah kota; ada peran profesional dan organisasi masyarakat yang aktif di bidang kreatif; serta ketersediaan fasilitas dan infrastruktur kreatif di kota.
Bukan lomba
Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Itje Chodijah menekankan bahwa Jejaring Kota Kreatif UNESCO bukan lomba. Bergabung dalam jejaring ini berarti kabupaten/kota terpilih akan memiliki banyak kesempatan untuk berjejaring dengan kota-kota sejenis di dunia.
Ia juga menekankan bahwa Jejaring Kota Kreatif UNESCO bukan sekadar ”etalase” untuk mempromosikan kota. Lebih jauh, keterlibatan di jejaring ini bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat dan menjamin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tercapai di kota tersebut.
”Jika nanti masuk Jejaring Kota Kreatif UNESCO, what’s next (apa selanjutnya)? Sebab, kota-kota (terpilih) itu akan berjejer dengan kota-kota lain di dunia. Artinya, ada upaya untuk melanjutkan, memberikan lebih banyak keuntungan ke masyarakat kota,” kata Itje.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA (BAH)
Anggota perwakilan daerah berpakaian adat Nusantara saat parade busana adat mengawali Festival Kepemimpinan Perempuan dan SDG's dan Kongres Nasional V di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (20/2/2020).
Adapun Indonesia memiliki empat kota yang ditetapkan sebagai Jejaring Kota Kreatif UNESCO. Kota Pekalongan, Jawa Tengah, ditetapkan sebagai Kota Kriya dan Seni Rakyat pada 2015. Ada pula Bandung sebagai kota Desain (2015), Ambon sebagai Kota Musik (2019), dan Jakarta sebagai Kota Sastra (2021).
Penetapan Jakarta sebagai Kota Sasta pun diikuti dengan sejumlah program terkait literasi. Beberapa program itu mencakup Sayembara Kampung Literasi, perpustakaan mikro di stasiun MRT dan KRL, serta pembuatan taman buku (Kompas.id, 28/12/2021).