Budaya yang tumbuh dan berkembang dari memuliakan alam akan menjamin keberlangsungan kehidupan manusia. Gerakan kebudayaan dapat menjadi salah satu upaya mengatasi berbagai persoalan lingkungan hidup di Indonesia.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
Sejumlah peserta membawa sesaji dan bibit pohon saat Kirab Sedekah Hutan di Hutan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Sabtu (3/6/2023).
Jika kebudayaan menjadi garda terdepan dalam memaknai bentang alam, niscaya alam di Indonesia akan terus lestari. Dalam upaya menjaga lingkungan, gerakan kebudayaan bisa menjadi sebuah pilihan yang patut dijalankan.
Pelataran Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat, dihadiri sekitar 170 peserta kirab ”Sedekah Hutan Universitas Indonesia”, Sabtu (3/6/2023). Orang-orang itu umumnya berasal dari Jabodetabek, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Acara sedekah hutan diadakan oleh Komunitas Bakul (Bareng-Bareng Kumpul) Budaya FIB UI bersama Makara Art Center UI. Penyelenggaraan acara yang baru sekali dilakukan ini sekaligus memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni.
Sejak pukul 07.00, para peserta sudah berkumpul. Mereka mengenakan pakaian adat Nusantara, seperti pakaian adat Papua hingga Betawi, lengkap dengan riasan wajah. Beberapa peserta membawa bibit pohon, angklung, gendang, hingga sesaji.
Kegiatan yang dilakukan dalam sedekah hutan antara lain penanaman seribu bibit pohon, pelepasan burung, dan pelepasan ikan. Selain itu, peserta juga memanjatkan doa bersama, memainkan pertunjukan musik dari barang bekas, dan mengadakan pameran foto.
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
Salah satu peserta memainkan gendang saat Kirab Sedekah Hutan di Hutan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Sabtu (3/6/2023).
Setelah peserta berkumpul dan membentuk barisan, peserta kirab menuju hutan UI. Di sana, mereka mulai menanam benih pohon, melakukan pertunjukan tarian tradisional, dan melakukan doa bersama. Ketua Umum Bakul Budaya FIB UI Dewi Fajar Marhaeni mengatakan, seluruh rangkaian sedekah hutan bertujuan untuk menjaga keberlangsungan dan keseimbangan ekosistem.
Menurut Dewi, sedekah hutan tidak hanya mengajarkan masyarakat mencintai alam semesta, tetapi juga turut mengajak masyarakat untuk kembali mencintai kearifan lokal yang terkandung dalam kebudayaan Indonesia yang luhur.
Kegiatan sedekah hutan merupakan proses agar masyarakat merenungi kesalahan-kesalahannya terhadap bumi. Masih banyak masyarakat yang aktivitasnya berpotensi memengaruhi kerusakan lingkungan, seperti membuang sampah sembarangan dan menebang hutan.
”Acara sedekah hutan ibarat sambil menyelam minum air. Aksi konservasi alam sambil merawat kebudayaan Nusantara,” ujar Kepala UPT Makara Art Center Ngatawi Al Zastrouw.
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
Kegiatan melepas burung pipit dari sangkar saat Kirab Sedekah Hutan di Hutan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Sabtu (3/6/2023).
Acara sedekah hutan juga mendapat dukungan dari Uni Eropa. Dalam memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, UE berkontribusi pada penanaman seribu bibit pohon melalui sedekah hutan yang diinisiasi Bakul Budaya.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket pun ikut serta mengikuti rangkaian kegiatan kirab. Vincent percaya bahwa kerja sama tersebut akan mendorong upaya bersama untuk menjaga lingkungan. Selain itu, kegiatan itu juga mendorong upaya untuk menuju masa depan yang berkelanjutan.
”Budaya adalah sarana yang kuat untuk memperluas dan menanamkan pentingnya aksi lingkungan. Oleh sebab itu, kami bekerja sama dengan komunitas-komunitas budaya untuk bersama-sama berbagi pesan tentang kebijakan lingkungan melalui seni,” kata Vincent.
Perlu literasi
Peserta kirab yang berasal dari berbagai kalangan dan usia semakin menunjukkan kepedulian masyarakat. Peserta kirab sekaligus mahasiswi FIB UI, Febby (20), mengatakan, kegiatan sedekah hutan tidak hanya sekadar kumpul bersama atau ajang eksis masyarakat. Makna dari kegiatan tersebut harus selalu dibawa dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Febby, anak-anak dan generasi muda merupakan kelompok yang paling rentan terdampak perubahan iklim. Untuk itu, penting bagi anak-anak mendapatkan literasi untuk menghadapi perubahan kondisi lingkungan akibat krisis iklim. Generasi muda juga perlu belajar mengelaborasi kebudayaan dan lingkungan.
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
Sejumlah peserta membawa bibit pohon saat Kirab Sedekah Hutan di Hutan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Sabtu (3/6/2023).
Sementara peserta kirab dari Bojongsari, Depok, Reni (53), mengatakan, kepedulian terhadap lingkungan harus dipupuk sejak seseorang masih kecil agar tidak terbiasa merusak lingkungan. Hadirnya kegiatan merawat lingkungan melalui gerakan kebudayaan juga dapat memperkenalkan anak terhadap lingkungan dan budaya sekaligus.
Menguatkan ikatan
Menurut Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid, serangkaian acara sedekah hutan mengajak berbagai elemen negara, seperti akademisi, pemangku kebijakan, pelajar, dan masyarakat luas, untuk bersama-sama melestarikan alam dan budaya Nusantara.
Sedekah hutan juga dianggap sebagai gerakan kebudayaan untuk mengatasi krisis iklim. Melalui pengetahuan dan praktik yang diwariskan dari generasi ke generasi, komunitas lokal memiliki pemahaman mengenai ekosistem dan pola cuaca yang merupakan solusi terhadap krisis iklim.
”Kearifan lokal juga mencakup nilai kebersamaan dan keadilan sosial yang diharapkan bisa memperkuat keterlibatan masyarakat luas untuk mengurangi emisi karbon. Ini adalah langkah penting untuk mencari solusi keberlanjutan terhadap krisis iklim,” tutur Hilmar.
Dekan FIB UI Bondan Kanumoyoso berpendapat, sedekah hutan dapat menguatkan kembali ikatan antara manusia, alam, dan budaya. Hubungan manusia dan alam seharusnya saling mendukung untuk membentuk budaya, yaitu budaya yang menghargai dan memuliakan alam.
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
Sejumlah peserta membawa sesaji dan bibit pohon saat Kirab Sedekah Hutan di Hutan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Sabtu (3/6/2023).
”Dalam sedekah hutan, kita diingatkan kembali bahwa alam adalah sumber kehidupan. Selain itu, budaya yang tumbuh dan berkembang dari pemuliaan bumi akan menjamin keberlangsungan kehidupan masyarakat,” ujar Bondan.
Bondan mengatakan, FIB UI sangat mendukung segala upaya untuk menjaga dan melestarikan alam. Menurut dia, dengan memuliakan air, tanah, udara, dan pepohonan, maka budaya akan dapat hidup dan terus berkembang.
Manusia, budaya, dan alam merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Memuliakan manusia beserta budayanya juga akan memuliakan alam.