IDAI Merekomendasikan Penambahan Jenis Vaksin dalam Layanan Imunisasi Anak
Vaksin dengue dan Human Papilloma Virus serta pembaruan vaksin BCG (”bacillus calmette–guérin”) direkomendasikan masuk dalam layanan imunisasi pada anak.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan penambahan jenis vaksin dalam layanan imunisasi dasar lengkap bagi anak. Selain dua jenis vaksin baru, organisasi profesi tersebut mengusulkan untuk memasukkan satu pembaruan vaksin dalam rangkaian imunisasi dasar lengkap bagi anak. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak dari berbagai penyakit infeksi.
Dalam rekomendasi yang diterbitkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada dua jenis vaksinasi baru dan satu pembaruan dalam rangkaian imunisasi anak. Pembaruan tersebut meliputi vaksin dengue untuk demam berdarah yang pemberiannya dimulai dari usia 6 tahun dan vaksin Human Papilloma Virus untuk pencegahan kanker serviks atau leher rahim bagi anak perempuan mulai usia 12 tahun. Selain itu ada pembaruan vaksin BCG (bacillus calmette–guérin) untuk bayi dengan masalah imunitas.
Ketua IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, peluncuran rekomendasi imunisasi tersebut untuk meningkatkan dan menjaga kekebalan tubuh anak yang menurun saat pandemi Covid-19. Saat itu, cakupan imunisasi yang berkurang membuat sistem kekebalan anak menurun sehingga memunculkan sejumlah kejadian luar biasa (KLB) penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi (PD3I).
”Bagi orangtua, bebas memilih melengkapi dulu vaksin esensial yang dianjurkan Kementerian Kesehatan. Setelah itu, untuk lebih melindungi dari KLB PD3I yang berpotensi muncul, bisa menambahkan vaksinasi rekomendasi dari IDAI,” kata Piprim dalam acara peluncuran Rekomendasi Imunisasi Anak 2023 IDAI, di Jakarta, Senin (29/5/2023).
Pada Pekan Imunisasi Dunia 2023, Kemenkes menambahkan antigen baru dalam program imunisasi nasional. Empat jenis vaksin tersebut adalah vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine untuk mencegah pneumonia (radang paru), Human Papilloma Virus untuk mencegah kanker leher rahim (serviks), vaksin Rotavirus (RV) untuk mencegah diare berat, dan Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV) dosis kedua untuk memperkuat perlindungan polio (Kompas, 8/5/2023).
Sejauh ini pemerintah berupaya melengkapi imunisasi dasar anak Indonesia yang masih rendah. Setelah tahun 2019, capaian imunisasi dasar lengkap untuk bayi berusia 0-11 bulan selalu di bawah target nasional. Pada tahun 2020 hanya 83,3 persen dengan target 92,9 persen. Adapun pada 2021 pemerintah menetapkan target 93,6 persen, sedangkan capaiannya hanya 84,2 persen. Terendah di Provinsi Aceh dan Papua, masing-masing 42,7 persen dan 53,5 persen pada 2021.
Bagi orangtua, bebas memilih melengkapi dulu vaksin esensial yang dianjurkan Kementerian Kesehatan.
Untuk menekan jumlah anak yang belum divaksin, pemerintah menggelar Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Namun, capaian cakupannya belum maksimal, terutama di wilayah luar Jawa dan Bali. Capaian rata-rata cakupan BIAN di luar Jawa dan Bali masih di bawah 35 persen.
Ketua Satuan Tugas Imunisasi IDAI Hartono Gunardi mengungkapkan, orangtua tidak perlu khawatir jika anaknya mendapatkan imunisasi ganda. Suntikan ganda justru memiliki berbagai keunggulan, seperti dapat memberikan perlindungan tepat waktu, mengurangi jumlah kunjungan ke fasilitas kesehatan, mengurangi trauma dan rasa sakit pada anak, serta meningkatkan efisiensi dan cakupan imunisasi.
Menurut Hartono, penyuntikan ganda telah menjadi hal lazim dan aman di negara-negara lain. Dengan demikian anak-anak dapat terlindungi secara optimal dari KLB PD3I.
Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) Hindra Irawan Satari mengutarakan, orangtua sebaiknya tidak perlu ragu untuk memberikan vaksin ganda pada anaknya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah menyatakan bahwa imunisasi dengan suntikan ganda atau multiple injections aman dan telah disetujui untuk diberikan pada anak.
Imunisasi dengan suntikan ganda bermanfaat untuk melindungi anak dari berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, mengurangi jumlah kunjungan ke fasilitas kesehatan, serta meningkatkan efisiensi program imunisasi. Dengan memberikan imunisasi suntikan ganda, imunisasi bisa diberikan secepat mungkin (Kompas, 19/4/2023).