Peningkatan kualitas guru perlu kerja sama banyak pihak. Peningkatan kualitas guru yang dilakukan secara tepat dan relevan serta berkelanjutan mendukung kualitas pendidikan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peningkatan kualitas pendidikan butuh dukungan para guru yang berdedikasi untuk mengutamakan keberhasilan belajar siswa dari aspek karakter maupun kemampuan belajar. Namun, dukungan untuk menghadirkan sosok guru berkualitas belum dilakukan pemerintah secara total .
Gotong royong untuk peningkatan kualitas guru dilakukan berbagai pihak yang memiliki kepedulian pada pendidikan. Penggalangan dana hingga perancangan program pelatihan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pendidikan di daerah pun dirancang dan dijalankan secara berkesinambungan.
Penggalangan dana untuk peningkatan kompetensi kepala sekolah dan guru SD di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, dilakukan 19 pesepeda dari komunitas Green Fly dari Jakarta-Lombok Utara sepanjang 1.500 kilometer. Donasi yang terkumpul sebesar Rp 1,040 miliar diserahkan komunitas Green Fly kepada Indonesian Overseas Alumni (IOA) di acara Ramah Tamah Para Donatur Peserta dan Panitia Lombok Charity Ride 2023 di Jakarta, Minggu (28/5/2023).
Ketua Dewan Pengawas IOA Eugene Galbraith mengatakan, semangat gotong royong yang menjadi budaya Indonesia dapat mendukung program-program secara bekerlanjutan. Apalagi untuk kualitas sumber daya manusia, dukungan pada peningkatan kualitas pendidikan penting agar Indonesia menjadi negara yang semakin maju.
Dukungan IOA untuk meningkatkan mutu guru diawali dengan pelatihan kepemimpinan tarnsformasional untuk menggugah hati para pendidik menjalankan panggilannya sebagai pemimpin pendidikan di ruang kelas dan sekolah. Lalu, dilanjutkan dengan peningkatan kompetensi dalam pendidikan literasi dan numerasi atau metode pembelajaran yang mendukung terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.
Ketua Umum IOA Eric Sumar menyambut gembira dukungan dari komunitas sepeda untuk dunia pendidikan. Komunitas sepeda Green Fly pada 9 Maret lalu berhasil menuntaskan jarak tempuh sepeda Jakarta-Lombok sejauh 1.500 kilometer untuk mendukung pelatihan bagi 1.500 guru SD di Lombok Utara yang masih terus bergulir hingga saat ini.
”Kami berterima kasih kepada para pejuang sepeda. Komunitas ini berjuang luar biasa untuk turut mendukung cita-cita bangsa,” ujar Eric. Penggalangan dana untuk pelatihan guru di Wonosobo, Jawa Tengah, Lombok Utara, dan Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, dilakukan dengan menggandeng komunitas pelari, komunitas sepeda, dan donatur lainnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Lombok Charity Ride 2023 Adrie Evril mengatakan, penggalangan dana untuk mendukung pelatihan guru awalnya tidak terpikirkan meksipun komunitas sepeda Green Fly juga senang melakukan kegiatan amal. Namun, menempuh jarak sepeda yang panjang antarpulau agar 1.500 guru di Lombok Utara mendapatkan pelatihan dinilai sangat menantang.
”Kami merasa senang dengan sambutan luar biasa dari pemda, sekolah, guru, dan siswa saat para pengumpul dana yang bersepeda sejauh 1.500 kilometer berhasil sampai ke Lombok Utara. Momen ini tidak terlupakan dan membuat kami terinspirasi untuk bisa berbuat bagi dunia pendidikan di Indonesia,” kata Adrie.
Mendukung iklim kebinekaan
Tidak hanya terkait pembenahan dalam pembelajaran, para guru di negeri ini juga didukung menjadi rujukan keragaman, kemanusiaan, dan kebangsaan. Lewat program Sekolah Guru Kebinekaan (SGK) yang digagas Yayasan Cahaya Guru (YGC), para guru mendapatkan diklat untuk mampu menciptakan ruang perjumpaan bagi keberagaman demi memperkuat sikap toleransi pada perbedaan yang menjadi salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia. Para guru sering diajak untuk berefleksi terhadap hari-hari besar nasional untuk semakin memperkuat semangat kebangsaan melalui dunia pendidikan.
Apalagi, dari hasil Asesmen Nasional 2021 yang dilakukan Kemendikbudristek, lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan di sekolah masih menghadapi tantangan besar. Hal ini karena adanya tiga dosa besar pendidikan yang masih jadi masalah serius di sekolah, yakni intoleransi, perudungan, dan kekerasan sosial.
Kemendikbudristek mendorong guru-guru agar menjadi pemimpin pendidikan yang dapat mewujudkan rasa aman, nyaman, dan bahagia bagi para peserta didik, lewat program pendidikan Guru Penggerak.
Iklim kebinekaan di satuan pendidikan menjadi salah satu aspek penting untuk mendukung pendidikan berkualitas. Iklim kebinekaan menyangkut bagaimana lingkungan satuan pendidikan menyikapi keberagaman, seperti perbedaan individu, identitas, maupun latar belakang sosial-budaya, seperti agama, juga mengenai komitmen kebangsaan.
”Para guru dapat memberi inspirasi dari ruang kelas dan berbagi praktik baik. Kami mendukung guru untuk saling berjumpa dan menguatkan,” kata Ketua YGC Henny Supolo.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek Nunuk Suryani mengatakan, Kemendikbudristek mendorong guru-guru agar menjadi pemimpin pendidikan yang dapat mewujudkan rasa aman, nyaman, dan bahagia bagi para peserta didik, lewat program pendidikan Guru Penggerak.
”Program ini pengembangan keprofesian berkelanjutan melalui pelatihan dan pendampingan yang berfokus pada kepemimpinan pembelajaran agar guru dapat menggerakkan komunitas belajar di sekitarnya yang dapat mewujudkan Merdeka Belajar bagi peserta didik,” kata Nunuk.