Perkuat Kolaborasi dengan Swasta untuk Atasi TBC di Tempat Kerja
Terdapat 7171.941 kasus TBC di Indonesia pada 2022. Semua pihak perlu berperan untuk mencapai target eliminasi tuberkulosis 2030 termasuk sektor swasta.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO
Petugas medis mengarahkan tubuh warga pada proses rontgen paru dalam kegiatan penapisan Tuberkulosis (TBC) di kantor Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, Banten, Kamis (5/1/2023).
JAKARTA, KOMPAS – Deteksi kasus tuberkulosis atau TBC di Indonesia terus ditingkatkan. Berbagai upaya kolaborasi dilakukan untuk menjangkau penderita di semua lapisan masyarakat. Masyarakat usia produktif yang berstatus pekerja dianggap rentan, tetapi di sisi lain mereka kerap masih abai dengan pemeriksaan kesehatannya.
Ketua Umum Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Raisis Arifin Panigoro mengatakan, penguatan kerja sama dan kemitraan diperlukan untuk berpartisipasi menyukseskan target eliminasi TBC pada 2030 dan bebas TBC pada 2050.
”PPTI dan pemerintah saling berbagi tugas. Pemerintah bertugas mengobati dan kami bagian sosialisasi dan bermitra dengan berbagai pihak,” kata Raisis saat peringatan Hari Ulang Tahun PPTI ke-55 di Jakarta, Sabtu (27/5/2023).
Terdapat 7171.941 kasus TBC di Indonesia pada 2022. Jumlah tersebut melonjak 61,98 persen dari tahun sebelumnya yang 443.235 kasus.
NASRUN KATINGKA
Acara peringatan Hari Ulang Tahun Ke-55 Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) di Jakarta, Sabtu (27/5/2023).
Bertepatan dengan peringatan HUT Ke-55, PPTI bekerja sama dengan salah satu perusahaan swasta, PT Amerta Indah Otsuka. Dengan kerja sama tersebut, PPTI akan memberikan edukasi dan pendampingan terkait TBC kepada perusahaan.
Kerja sama tersebut adalah implementasi Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2022 tentang Penanggulangan Tuberkulosis di Tempat Kerja. Pencegahan dan pengendalian penyakit TBC di tempat kerja ini merupakan bagian dari upaya keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Selain itu, upaya ini untuk mendorong efektivitas penanggulangan tuberkulosis sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
Berdasarkan Global TB Report pada 2022, jumlah kasus tuberkulosis terbanyak di dunia ditemukan pada kelompok usia produktif, yakni usia 25-34 tahun. Sementara di Indonesia, kasus tuberkulosis terbanyak pada usia 45-54 tahun.
Terdapat 7171.941 kasus TBC di Indonesia pada 2022. Jumlah tersebut melonjak 61,98 persen dari tahun sebelumnya yang 443.235 kasus. Tingkat keberhasilan pengobatan kasus TBC pada 2022 juga turun menjadi 85 persen setelah setahun sebelumnya mencapai 86 persen. (Kompas, 17/3/2023).
KOMPAS/PRIYOMBODO
Petugas medis mengarahkan warga yang akan menjalani rontgen paru dalam kegiatan penapisan tuberkulosis (TB) di di GOR Otista, Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta. Timur, Kamis (9/2/2023). Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban tuberkulosis tertinggi di dunia.
”Ke depan kita harap semakin banyak sektor swasta yang bekerja sama termasuk menjangkau sektor informal juga,” ucap Raisis.
Dokter spesialis paru di Klinik Jakarta Respiratory Center (JRC) Ika Herniyanti mengatakan, saat ini tantangan utama dalam menjangkau penderita tuberkulosis adalah stigma dari masyarakat, termasuk di lingkungan kerja. Dengan demikian, penyuluhan dan edukasi kepada semua lapisan bahwa tuberkulosis bisa disembuhkan penting dilakukan.
”Misalnya dengan diagnosis TBC yang menjalani penyembuhan selama enam bulan, kan, tidak mungkin dia harus istirahat bekerja selama jangka waktu tersebut. Jadi, cukup penting untuk juga mengedukasi lingkungan,” kata Ika.
Edukasi anak
Salah satu upaya menjangkau masyarakat lebih luas adalah melibatkan anak usia dini. Sejumlah cabang PPTI di daerah juga didorong untuk menggaet kader usia dini, salah satunya di cabang Kota Depok, Jawa Barat. Wakil Ketua PPTI Depok Andi Ina Gustina mengatakan, pelibatan anak usia dini cukup efektif.
NASRUN KATINGKA
Penampilan "lenong bocah" edukasi tuberkulosis saat acara peringatan Hari Ulang Tahun Ke-55 Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) di Jakarta, Sabtu (27/5/2023).
”Selain menjangkau anak-anak seusianya, anak-anak ini juga kami dampingi untuk menjadi perantara menyebar edukasi di kalangan masyarakat umum, misalnya dengan membagikan poster tentang TBC,” ujar Andi.
Dalam acara HUT ini, anak-anak yang tergabung dalam Kids For TB PPTI Depok menampilkan "lenong bocah" tentang edukasi TBC. Lakon lenong dibawakan dengan drama komedi sehingga penonton bisa teredukasi sekaligus terhibur.
Dalam lakon lenong yang ditampilkan, 11 anak usia sekolah dasar serta beberapa orang dewasa berperan sebagai pekerja. Dalam ceritanya, pekerja cenderung menutupi penyakit TBC yang dideritanya. TBC dianggap sebagai aib dan berpotensi membuat kariernya terhambat. Dengan keadaan seperti itu, TBC yang terus ditutupi membuat penanganannya semakin lamban. Dampak yang ditimbulkan juga akan semakin parah.
Dikisahkan dalam lenong tersebut, berkat edukasi dari anak-anak usia dini para pekerja mau menerima informasi yang disampaikan. Apalagi melihat adanya kesadaran sedini mungkin anak-anak, membuat mereka semakin termotivasi dan mau berubah serta menjalani proses penyembuhan TBC.
”Edukasi dengan melibatkan anak-anak, serta dibawakan dalam kesenian lenong seperti ini kerap kami bawakan dalam acara-acara peringatan hari kesehatan. Kepedulian seperti ini harus ditumbuhkan dan disebarkan sejak usia sedini mungkin,” kata Andi.