Wapres Minta Alumni PPI Jadi Penggerak Kemajuan Pendidikan
Wapres Amin menekankan bahwa pendidikan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan mobilitas sosial.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN KUNCORO MANIK
·4 menit baca
KOMPAS/MAWAR KUSUMA WULAN
Wakil Presiden Ma’ruf Amin memberikan sambutan kunci pada acara Sarasehan Alumni Connect Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia di Grand Ballroom Menara BNI, Pejompongan, Jakarta Pusat, Jumat (26/5/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah warga negara Indonesia yang mengenyam pendidikan tersier di jenjang S-1, S-2, dan S-3 masih sangat sedikit. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri Tahun 2022, dari 275 juta penduduk Indonesia, hanya sekitar 6 persen orang Indonesia yang menempuh pendidikan tinggi. Di tengah tantangan itu, Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta alumni Perhimpunan Pelajar Indonesia atau PPI Dunia menjadi bagian dari penggerak kemajuan pendidikan di Indonesia.
”Hanya 0,02 persen warga yang berpendidikan S-3. Adapun yang berpendidikan S-2 ada 0,3 persen dan tidak sampai 5 persen warga negara yang berpendidikan S-1,” ujar Wapres Amin ketika memberikan sambutan kunci pada acara Sarasehan Alumni Connect Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia di Grand Ballroom Menara BNI, Pejompongan, Jakarta Pusat, Jumat (26/5/2023).
Untuk mendongkrak pendidikan tersier warga, Wapres meminta alumni PPI menjadi penggerak kemajuan pendidikan masyarakat Indonesia. ”Saya berharap program dan kegiatan PPI dapat menginspirasi semakin banyak masyarakat Indonesia untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya, hingga ke luar negeri, lalu kembali ke Tanah Air membangun bangsa dan negara,” ujarnya.
KOMPAS/MAWAR KUSUMA WULAN
Wakil Presiden Ma’ruf Amin memberikan sambutan kunci pada acara Sarasehan Alumni Connect Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia di Grand Ballroom Menara BNI, Pejompongan, Jakarta Pusat, Jumat (26/5/2023).
Wapres menegaskan, sejak ratusan tahun yang lalu, institusi pendidikan telah diyakini menjadi jalan bagi sebuah negara untuk bisa tumbuh melesat. Pendidikan meningkatkan literasi. Literasi meningkatkan kecakapan. Individu yang cakap memiliki kesempatan yang lebih untuk mendapatkan pekerjaan sehingga tingkat pengangguran menurun.
Dengan demikian, pendidikan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan mobilitas sosial. Apalagi, dalam mewujudkan visi besar menjadi negara maju di tengah gempuran tantangan dan krisis seperti yang terjadi sekarang, bangsa Indonesia semakin membutuhkan ahli-ahli di berbagai bidang.
Salah satu prioritas negara saat ini adalah memastikan terwujudnya sumber daya manusia Indonesia unggul. Pemerintah ingin menciptakan ”generasi produksi” untuk menopang visi ”bangsa produsen”. ”Generasi muda dan kaum terdidik menjadi generasi baru yang mendorong semangat produktivitas dan nilai tambah ekonomi, bukannya menjadi makelar pembangunan atau pelaku pemburu rente,” kata Wapres.
KOMPAS/MAWAR KUSUMA WULAN
Penampilan tari Betawi di acara Sarasehan Alumni Connect Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia di Grand Ballroom Menara BNI, Pejompongan, Jakarta Pusat, Jumat (26/5/2023).
Bonus demografi
Beberapa waktu lalu, Wapres Amin juga telah meluncurkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2020-2050 yang akan menjadi rujukan bagi kementerian/lembaga serta pemerintah daerah dalam menyongsong bonus demografi. Indonesia diproyeksikan akan menikmati bonus demografi pada 2030 hingga 2040, dengan penduduk usia produktif mencapai 180 juta orang atau sekitar dua pertiga dari total penduduk.
Hal ini menuntut perencanaan dan perumusan strategi yang optimal dari banyak lini agar bonus demografi menjadi berkah bagi negara, bukan sebaliknya menjadi bencana karena menimbulkan banyak pengangguran. Salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan adalah mengurangi kesenjangan kualitas sumber daya manusia. ”Oleh sebab itu, kita perlu bahu-membahu untuk mewujudkan pembangunan yang merata di seluruh negeri, utamanya di perdesaan,” kata Wapres.
Wapres menegaskan, kemajuan teknologi dan transformasi digital memang menjadikan masa depan semakin sulit diprediksi. ”Saya menantikan kontribusi pemikiran dan karya dari alumni PPI Dunia dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia di seluruh pelosok Tanah Air, dan memunculkan talenta digital yang sangat dibutuhkan untuk menjawab berbagai tantangan masa depan,” katanya.
KOMPAS/MAWAR KUSUMA WULAN
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menerima plakat dari Koordinator PPI Dunia Achyar Al Rasyid pada acara Sarasehan Alumni Connect Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia di Grand Ballroom Menara BNI, Pejompongan, Jakarta Pusat, Jumat (26/5/2023).
Ketua Panitia Acara Pembukaan Alumni Connect PPI Dunia, Hamzah Assuudy Lubis melaporkan bahwa acara kali ini dihadiri 55 ikatan alumni luar negeri dari level kampus hingga negara. Hamzah menegaskan tentang tekad PPI Dunia untuk menyalurkan potensi besar yang dimiliki alumni untuk berkontribusi maksimal bagi kemajuan bangsa dan juga negara.
Koordinator PPI Dunia Achyar Al Rasyid menambahkan bahwa PPI Dunia hadir sejak 2007 dan telah ada di 62 negara. Saat ini, terdapat sekitar 120.000 pelajar Indonesia di luar negeri. Kehadiran PPI Dunia dilandasi spirit perjuangan Bung Hatta yang berkuliah di Belanda dan mendirikan Perhimpunan Pelajar Indonesia Belanda tahun 1922.
”Tentunya modal sosial ini perlu untuk kita kelola dan kita bentuk suatu ekosistem berkelanjutan antara pelajar atau mahasiswa yang masih berkuliah saat ini dengan para alumninya yang sudah lulus sehingga terbentuk satu alur generasi yang tersambung secara ide gagasan serta antarpotensi untuk kemajuan bangsa Indonesia,” ujarnya