”Mars Keluarga Berencana” dan Kampanye Penanggulangan Tengkes
Pesan yang disampaikan dengan bahasa sederhana diyakini dapat mengefektifkan proses komunikasi. Hal ini dibutuhkan dalam mengampanyekan program yang menyasar masyarakat, seperti percepatan penurunan tengkes.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
KOMPAS/CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat menyampaikan keterangan pers seusai rapat terbatas tingkat menteri untuk percepatan penurunan tengkes triwulan I tahun anggaran 2023 di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 6, Jakarta Pusat, Kamis (25/5/2023). Turut mendampingi Wapres Amin pada kesempatan tersebut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (kiri) dan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hasto Wardoyo (kanan).
Ada sebuah lagu berirama mars yang sejak era Orde Baru lampau kerap terdengar untuk mengampanyekan program menciptakan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Lirik ”Mars Keluarga Berencana” karya Mochtar Embut ini sederhana dan mudah dicerna. Seperti ini liriknya.
”Keluarga Berencana sudah waktunya/
Janganlah diragukan lagi/
Keluarga Berencana besar maknanya/
Untuk hari depan nan jaya/
Putra-putri yang sehat/
Cerdas dan kuat/
’kan menjadi harapan bangsa/
Ayah Ibu bahagia, rukun raharja/
Rumah tangga tentram sentosa/...”
Penyampaian pesan dengan gamblang untuk mencapai tujuan yang diharapkan, seperti pada program Keluarga Berencana atau KB, pun kiranya berlaku sekarang di saat ada keinginan menurunkan angka tengkes di Tanah Air. Hal ini relevan dan urgens menimbang angka tengkes di Tanah Air yang di tahun 2022 masih di atas 20 persen.
Sebagai gambaran, survei Status Gizi Indonesia tahun 2022 menunjukkan persentase tengkes sebesar 21,6 persen atau turun 2,8 persen dibandingkan tahun 2021 yang 24,4 persen. Di sisi lain, pemerintah menargetkan angka tengkes di tahun 2024 menjadi tinggal 14 persen. Artinya, ditinjau dari kondisi tahun 2022, dibutuhkan penurunan hingga 7,6 persen untuk mencapai target tersebut.
Apabila dikalkulasi, mengacu pada pencapaian penurunan tengkes terakhir yang 2,8 persen per tahun, maka dengan langkah yang biasa saja, Indonesia hanya akan mampu menurunkan tengkes 5 sekian persen dalam waktu kurang dari dua tahun ke depan.
”(Padahal) Untuk mengejar target 14 persen tahun 2024, kita harus menurunkan stunting sebesar 7,6 persen dalam (waktu) kurang dari dua tahun. Untuk itu harus dilakukan intervensi strategis guna mendorong penurunan stunting lebih cepat lagi,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada rapat terbatas tingkat menteri untuk percepatan penurunan stunting triwulan I tahun anggaran 2023 di Istana Wapres, Jakarta Pusat, Kamis (25/5/2023).
Untuk mengejar target 14 persen tahun 2024, kita harus menurunkan stunting sebesar 7,6 persen dalam (waktu) kurang dari dua tahun. Untuk itu harus dilakukan intervensi strategis guna mendorong penurunanstunting lebih cepat lagi.
Di sesi keterangan pers seusai rapat tersebut, salah satu yang ditanyakan media adalah menyangkut strategi kampanye pemerintah dalam menurunkan tengkes. Bagaimana cara pemerintah membahasakan dengan sederhana perihal tengkes agar mudah ditangkap warga dan pemerintah daerah. Hal ini disandingkan dengan keberhasilan kampanye nasional KB di masa silam.
Dua anak digendong orangtuanya setelah mengikuti sosialisasi mencegah stunting pada anak di Balai Sekretariat RW 2, Kelurahan Gelora, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (25/5/2023). Tribune Jakarta yang merupakan bagian dari Tribune Network bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meluncurkan program Semesta Mencegah Stunting.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengamini bahwa ada kisah sukses BKKBN dalam program KB. ”Sebetulnya success story itu dalam bentuk merubah mindset, demand creation, mereka menjadi butuh (meskipun) sebetulnya tidak butuh. Itulah perubahan,” ujarnya.
Maka dari itu, Hasto menuturkan, hal yang dilakukan BKKBN berada di pilar kedua dalam strategi nasional, yakni sosialisasi secara masif. ”Massive information system yang kita bangun. Makanya kita, (di) semua lini kita melakukan sosialisasi. Harapannya akan terjadi perubahan pola perilaku dan mindset dan pengetahuan (sehingga) dari situ berubah,” ujarnya.
Terkait teknis menyampaikan bahwa tengkes ini penting, menurut Hasto, BKKBN biasanya memakai bahasa terkait pertumbuhan dan perkembangan, yakni agar anak bertumbuh dan berkembang lebih baik. ”Bagi masyarakat yang tidak nyaman dengan dikatakan stunting, kita pun tidak mengatakan stunting. Tetapi (diupayakan) untuk mencegah kejadian stunting dan untuk memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan. Saya kira itu yang kita sampaikan kepada masyarakat,” kata Hasto.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menuturkan, secara singkat kampanye penanganan tengkes sudah ada di lagu Keluarga Berencana. Hal ini termuat, antara lain, dalam baris tentang ”putra-putri yang sehat, cerdas, dan kuat” di lagu tersebut.
Penyiapan generasi yang sehat, cerdas, dan kuat dapat dilakukan dengan mencegah tengkes. ”Jadi, (pencapaian) semua, tiga ini, ancamannya di stunting. Jadi, kalau kena stunting itu jadi tidak sehat, tidak kuat, dan tidak cerdas. Jadi, itu simpel sebetulnya,” kata Muhadjir.
Masa depan Indonesia mesti disiapkan dengan generasi yang sehat, kuat, dan cerdas. Segenap upaya harus dioptimalkan untuk mengampanyekan penurunan tengkes demi menciptakan generasi berkualitas.