Program vaksinasi HPV untuk anak usia sekolah dasar kelas lima dan enam mulai tahun 2023 akan berlaku secara nasional. Pemberian vaksin tersebut diharapkan dapat mencegah kanker serviks.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Vaksinasi human papillomavirus atau HPV mulai diberikan secara nasional untuk anak usia sekolah dasar mulai tahun 2023. Ditargetkan sebanyak 2,9 juta anak usia sekolah dasar kelas lima dan enam akan mendapatkan vaksin tersebut dalam program bulan imunisasi anak sekolah.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan, vaksin HPV merupakan jenis antigen baru yang masuk dalam program imunisasi nasional. Secara bertahap, vaksinasi HPV dimulai sejak tahun 2016 hingga akhirnya dilaksanakan secara nasional pada tahun 2023.
”Vaksin HPV diberikan kepada anak perempuan kelas lima dan enam sekolah dasar. Tahun ini akan diberikan secara merata di 34 provinsi di Indonesia dengan sasaran 2.978.132 anak,” tuturnya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (25/5/2023).
Vaksinasi HPV diberikan kepada anak-anak perempuan untuk mencegah serangan kanker leher rahim atau kanker serviks. Vaksin tersebut diberikan pada anak kelas lima untuk dosis pertama dan anak kelas enam untuk dosis kedua.
Sesuai dengan peta jalan dari Kementerian Kesehatan, program pengenalan vaksinasi HPV dimulai sejak tahun 2016-2021 secara bertahap. Program pengenalan itu dilaksanakan di 20 kabupaten/kota, antara lain, di kota administrasi di DKI Jakarta, seluruh kabupaten/ kota di DI Yogyakarta, serta Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar di Jawa Tengah.
Program pengenalan vaksinasi HPV juga diterapkan di Kota Surabaya dan Lamongan di Jawa Timur, Kota Denpasar dan Badung di Bali, Kota Makassar di Sulawesi Selatan, dan Kota Manado di Sulawesi Utara. Pada tahun 2022, program pengenalan vaksinasi HPV diperluas di 111 kabupaten atau kota di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tenggara.
Vaksinasi HPV diberikan kepada anak perempuan untuk mencegah risiko kanker leher rahim atau kanker serviks. Vaksin tersebut diberikan kepada anak kelas lima untuk dosis pertama dan anak kelas enam untuk dosis kedua.
Pada tahun 2022 capaian vaksinasi HPV pada anak sekolah dasar kelas lima dan enam belum optimal. Dari target 90 persen, wilayah yang berhasil mencapai target adalah DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Sementara daerah dengan capaian di bawah target, yakni Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo.
”Saat ini belum ada rencana pemberian vaksin HPV gratis untuk perempuan usia dewasa. Pemerintah masih memprioritaskan pemberian anak sekolah dasar kelas lima dan enam,” tutur Syahril.
Kerja keras dari berbagai pihak, khususnya pemerintah daerah, dibutuhkan untuk memastikan capaian imunisasi dapat sesuai dengan target yang ditetapkan. Cakupan vaksinasi HPV pada anak sekolah dasar ditargetkan mencapai 90 persen, sedangkan cakupan imunisasi lengkap untuk bayi usia 0-11 bulan ditargetkan bisa mencapai 100 persen pada 2023.
Terkait dengan penanganan kanker serviks, pemerintah juga menyiapkan program percontohan untuk pemeriksaan kanker serviks dengan metode tes HPV DNA. Saat ini, program pemeriksaan tersebut baru dilakukan di lima kota di Provinsi DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, dan Jakarta Timur.
Aplikasi pencatatan
Syahril menambahkan, pemerintah kini mendorong penggunaan aplikasi Sehat Indonesiaku (ASIK) untuk pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi nasional. Meski begitu, sosialisasi masih harus dilakukan karena ditemukan sejumlah kendala dalam pemanfaatannya. ”Aplikasi ini tak mudah. Terbatasnya kecakapan dan ketersediaan petugas dalam penggunaan aplikasi ini masih ditemukan sehingga menghambat pelaksanaan di daerah,” tuturnya.
Aplikasi Sehat Indonesiaku atau ASIK merupakan aplikasi pencatatan digital yang digunakan oleh tenaga kesehatan. Penggunaan aplikasi ini bertujuan agar pencatatan data dari pasien, termasuk target imunisasi bisa lebih efisien dan terintegrasi dalam satu pusat data. Dari data yang terkumpul pun dapat mempermudah proses analisis dan rekomendasi lebih lanjut dari program yang dilakukan.
Aplikasi tersebut saat ini juga sedang dikembangkan agar dapat digunakan dalam kondisi tanpa akses internet. Dengan begitu, petugas kesehatan di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan yang belum terkoneksi dengan internet tetap bisa memanfaatkan aplikasi tersebut.
Sebelumnya, Expanded Programme on Immunization Programme Ghana Health Service William Opare dalam kunjungan ke Indonesia pada Rabu (17/5/2023) menuturkan, sistem pencatatan imunisasi digital merupakan praktik baik dari Indonesia yang dapat dipelajari dan dikembangkan untuk pelayanan bagi masyarakat di Ghana. Selain itu, pemberian makanan tambahan bagi anak-anak juga dinilai menarik untuk dicontoh.
”Kami melihat ketika anak-anak datang untuk melakukan imunisasi, mereka diberikan beberapa nutrisi untuk dibawa pulang. Ghana biasa melakukan itu di bagian utara negara itu, tetapi itu belum di seluruh negeri. Ini bisa menjadi pelajaran bagi kami untuk mengimplementasikannya di seluruh Ghana,” tuturnya.