Data Genom Bantu Jelaskan Kemunculan ”Homo Sapiens” di Afrika
Kelangkaan fosil ”Homo sapiens” dari awal sejarah evolusi hingga penyebaran geografis telah mempersulit pengungkapan. Para peneliti lalu memanfaatkan data genom untuk membantu menjelaskan kemunculan manusia modern ini.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kelangkaan fosil Homo sapiens dari awal sejarah evolusi hingga penyebaran geografis ke sejumlah tempat, seperti Etiopia dan Afrika Selatan, telah mempersulit pengungkapan spesies manusia modern ini. Namun, para peneliti telah memanfaatkan data genom dari populasi Afrika modern untuk membantu menjelaskan kemunculan Homo sapiens di wilayah tersebut.
Spesies pertama manusia modern muncul di Afrika lebih dari 300.000 tahun yang lalu. Fosil Homo sapiens tertua yang diketahui ditemukan di sebuah situs di Maroko bernama Jebel Irhoud, yang terletak antara Marrakech dan pantai Atlantik. Setelah penemuan tersebut, beragam studi dilakukan untuk semakin mengungkap kemunculan Homo sapiens.
Sebuah studi terbaru yang dipimpin para peneliti dari sejumlah universitas di Amerika Serikat menggunakan data genom untuk membantu menjelaskan kemunculan atau asal-usul Homo sapiens di Afrika. Laporan studi ini telah terbit di jurnal Nature, 17 Mei 2023.
Penelitian menunjukkan bahwa beberapa kelompok leluhur dari seluruh Afrika berkontribusi pada munculnya Homo sapiens secara tidak menyeluruh, bermigrasi dari satu daerah ke daerah lain, dan bercampur satu sama lain selama ratusan ribu tahun.
Selain itu, ditemukan juga bahwa setiap orang yang hidup hari ini dapat melacak nenek moyang mereka. Bahkan, pelacakan ini setidaknya dapat diketahui hingga dua populasi berbeda yang ada di Afrika sejak sekitar satu juta tahun yang lalu.
Temuan ini tidak mendukung hipotesis lama bahwa satu wilayah di Afrika memunculkan Homo sapiens atau skenario yang melibatkan percampuran dengan spesies tak dikenal yang berkerabat dekat dalam garis keturunan evolusi manusia di Afrika.
”Semua manusia berbagi nenek moyang yang relatif baru, tetapi cerita di masa lalu yang lebih dalam dan lebih rumit daripada spesies kita yang berevolusi hanya di satu lokasi atau isolasi,” kata ahli genetika populasi University of Wisconsin-Madison, Aaron Ragsdale, yang juga penulis utama studi ini, kepada Reuters yang diakses pada Rabu (24/5/2023).
Ragsdale menyatakan, kelompok leluhur kemungkinan besar tersebar di lanskap geografis dalam struktur populasi yang lemah. Artinya, ada migrasi yang sedang berlangsung atau setidaknya berulang antarkelompok dan hal ini akan mempertahankan kesamaan genetik di seluruh populasi leluhur.
Penelitian menunjukkan bahwa beberapa kelompok leluhur dari seluruh Afrika berkontribusi pada munculnya Homo sapiens secara tidak menyeluruh, bermigrasi dari satu daerah ke daerah lain, dan bercampur satu sama lain selama ratusan ribu tahun.
Mengingat kurangnya sisa-sisa fosil dan bukti arkeologi, para penelitiberalih ke data genom dari orang yang masih hidup untuk menemukan petunjuk tentang masa lalu. Peneliti memeriksa data genom dari 290 orangdan di antaranyamerupakan empat orang Afrika yang beragam secara geografis ataupun genetik. Tujuannya ialah melacak persamaan dan perbedaan antara populasi serta mengidentifikasi interkoneksi genetik selama ratusan ribu tahun.
Genom yang dianalisis ini termasuk di antaranya 85 orang dari kelompok Afrika Barat yang disebut Mende dari Sierra Leone dan 44 individu dari kelompok Nama Khoe-San dari Afrika bagian selatan. Kemudian, 46 orang dari kelompok Amhara dan Oromo di Etiopia dan 23 orang dari kelompok Gumuz, juga dari Etiopia.Data genom juga diperiksa dari 91 orang Eropa untuk memperhitungkan pengaruh era pascakolonial dari spesies Neanderthal.
Minim catatan
Selama ini, catatan fosil sangat sedikit dalam periode waktu yang paling informatif tentang kemunculan dan penyebaran Homo sapiens. Bahkan, tidak ada catatan asam deoksiribonukleat (DNA) purba dari sisa-sisa kerangka atau gigi dari periode waktu ini.
”Kami menemukan bukti sisa-sisa manusia modern secara anatomis dan artefak di berbagai bagian Afrika. Catatan tentang mereka sangat jarang dalam ruang dan waktu sehingga sulit untuk memahami hubungan mereka satu sama lain, termasuk dengan kita,” kata ahli genetika studi dan rekan studipenulis, Simon Gravel, dari Universitas McGill di Montreal.
Gravel menyebut bahwa data genetik diwariskan dari rantai transmisi berkelanjutan jauh sebelum asal-usuldari manusia modern. Keterkaitan di antara manusia kontemporer mengandung banyak informasi tentang rantai peristiwa ini.
”Dengan membangun model bagaimana penularan ini terjadi, kita dapat menguji model terperinci yang menghubungkan populasi masa lalu dengan populasi saat ini,” ujarnya.